VI. Membuang Tembaga Mengunduh Berlian

16 1 5
                                    

Patih Aswatama hanya tertawa ringan setelah mendengar apa yang Shawarman II bisikan. "Gusti Prabu tidak usah khawatir, meski aku sendiri juga belum pernah bertemu dengannya tapi menurut rumor ia adalah bunga nomor satu di seluruh Andhakara dwipa ini," kata Patih tua itu kemudian.

"Tapi, apakah sebuah rumor bisa dipercaya?" tanya Shawarman II sangsi.

"Entahlah, akan tetapi menurut kabar yang sudah hamba pastikan kebenarannya, lima pangeran dari lima negara besar telah mengirimkan lamaran untuk Gusti Putri Mayang Widuri ini. Karena itu saya yakin jika rumor itu benar adanya," terang Patih Aswatama.

"Anda sungguh beruntung karena Patih Saksena telah mendapatkan putri cantik ini untuk Anda tanpa harus bersaing dengan kelima pangeran itu," tambah si orang tua.

Peristiwa ini terjadi empat tahun lalu. Setelah Patih Aswatama memutuskan pensiun Shawarman II langsung mengangkat tiga orang sekaligus sebagai patih. Yakni Patih Mandala, Patih Saksena dan Patih Wanarta. Keputusan ini oleh banyak kalangan dinilai konyol dan tak masuk akal sebab dalam sejarahnya kedudukan patih hanya bisa diemban oleh satu orang. Ditambah lagi ketiga patih pilihan sang raja ini sangat asing di telinga pejabat istana kecuali Patih Wanarta, yang merupakan anak ketiga Patih Aswatama, sehingga banyak pihak meragukan kemampuan mereka. Meski Patih Wanarta adalah anak Patih Aswatama tapi sosoknya sendiri tak begitu dikenal oleh orang-orang istana karena selama ini dia lebih sering berkecimpung di dunia perdagangan daripada politik kerajaan. Sebuah jalan yang terbilang menyimpang jika dibandingkan dengan ayah beserta saudara-saudaranya. Raja gila begitulah waktu itu orang-orang menjuluki Shawarman II atas kebijakan tak masuk akalnya.

Seminggu setelah pengangkatan patih baru pihak istana digemparkan dengan kabar jatuhnya dua kota terluar kerajaan, Ampeyan dan Wengkelan, ke tangan pasukan Kerajaan Shingapura pimpinan putra mahkota Pangeran Sadaharu. Seolah tak puas hanya dengan dua kota, pasukan yang berjumlah empat puluh lima ribu prajurit tersebut terus melaju menuju kota ketiga, Jengku. Untuk menghentikan agresi pasukan Shingapura itu Patih Saksena, yang didapuk sebagai kepala militer tertinggi, memimpin 56.000 prajurit menuju Jengku. Pertempuran antara pasukan Patih Saksena dan Pangeran Sadaharu pecah di hutan Alas Ringin. Hutan tersebut hanya berjarak dua puluh kilo dari Jengku.

Setelah bertempur selama dua puluh hari pasukan Patih Saksena berhasil dipukul mundur hingga terpaksa bersembunyi di dalam kota. Laju pasukan Shingapura seolah tak terbendung. Lewat dua puluh hari lagi, mereka berhasil menduduki Kota Jengku usai melakukan gempuran habis-habisan. Jatuhnya Kota Jengku ke tangan musuh membuat olok-olokan pada Shawarman II semakin menjadi karena dianggap mengangkat seseorang yang tidak becus sebagai patih

Namun, tujuh hari berselang datang berita gembira. Usai enam hari menduduki Jengku, Pangeran Sadaharu bersama tiga ratus pasukan pilihannya hendak pulang ke Shingapura untuk memberikan laporan pada raja atas kesuksesan ekspedisi yang ia pimpin. Akan tetapi begitu melewati hutan Alas Ringin ia bersama pasukannya disergap oleh 3000 pasukan Patih Saksena. Disaat bersamaan 50.000 pasukan Patih Saksena yang lain menyerbu Kota Jengku. Sebagai hasil akhir, cuma dalam sehari Kota Jengku berhasil kembali direbut dan Pangeran Sadaharu beserta 25.000 prajuritnya ditawan. Sebuah kemenangan yang terbilang gemilang.

Hasil gemilang dari perang tersebut seakan menjawab keraguan semua orang pada Patih Saksena. Selain itu, juga menunjukkan betapa tidak bisa dipandang remehnya kekuatan militer Menjangan Agung. Pasalnya waktu itu kekuatan militer Menjangan Agung dianggap sebagai yang terlemah di antara kerajaan-kerajaan besar  Andakara Dwipa. Sebaliknya, pasukan Shingapura, terlebih yang dipimpin Pangeran Sadaharu, merupakan pasukan terkuat di seluruh daratan. Peperangan di Jengku merupakan awal, setelah itu banyak lagi perang-perang lain yang dapat Patih Saksena menangi selama empat tahun belakangan. Baik itu perang di perbatasan melawan serbuan pasukan kerajaan lain maupun perang memadamkan pemberontakan dalam negeri. Maka tak heran sekarang ini di bawah pimpinan Patih Saksena militer Menjangan Agung sangatlah disegani.

Lalu, bagaimana nasib Pangeran Sadaharu dan 25.000 pasukannya yang ditawan. Begini, bagi kerajaan-kerajaan di Andakara Dwipa adalah sebuah aib ketika raja atau pangeran mereka ditawan kerajaan lain. Maka dari itu demi membebaskan sang putra mahkota raja Shingapura mengajukan sebuah perundingan. Perundingan tersebut terlaksana di Rekma, kota terbesar kedua di Menjangan Agung. Pihak Shingapura diwakili oleh raja Shingapura sendiri bersama sang patih. Sementara wakil Menjangan Agung adalah Patih Wanarta. Sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia perdagangan tentu saja Patih Wanarta sangat ahli dalam hal bernegosiasi. Setidaknya begitulah alasan Shawarman II mengutus patih satu ini.

Setelah berunding selama dua hari terbentuklah sebuah perjanjian. Dalam perjanjian itu pihak Menjangan Agung bersedia membebaskan Pangeran Sadaharu jika pihak Shingapura dapat melunasi dua puluh persyarat yang tercantum dalam perjanjian. Beberapa diantaranya bersedia melakukan gencatan senjata, bersedia membuka jalur perdagangan, mengembalikan kota Ampeyan dan Wengkelan serta kota dan daerah lain yang dicaplok Shingapura sebelumnya ke Menjangan Agung, membayar upeti kerugian akibat perang dan menyerahkan putri tertua raja untuk dijadikan permaisuri di Menjangan Agung.

Dalam kurun waktu dua tahun seluruh persyaratan dalam perjanjian dapat dilunasi dengan baik oleh pihak Shingapura, terkecuali satu, yakni menyerahkan putri tertua raja yang tak lain adalah Putri Mayang Widuri. Dengan berbagai alasan raja Shingapura menunda-nunda menyerahkan sang putri. Setelah memakan waktu empat tahun lamanya akhirnya raja Shingapura tak dapat lagi beralasan dan harus rela menyerahkan putrinya, Mayang Widuri. Tujuh hari dari sekarang, putri cantik dari Shingapura itu akan tiba di Mustaka. Dan sebuah acara pernikahan agung telah dipersiapkan.

Pelayan rumah Patih Aswatama datang membawa nampan. Di atasnya terdapat sepasang cangkir yang mengepul. "Silahkan, Gusti Prabu, hanya ini yang bisa hamba suguhkan," berkata Patih Aswatama setelah pelayan rumah meletakkan sepasang cangkir tersebut.

"Terima kasih, Eyang Patih. Maaf jadi merepotkan begini." Dengan perlahan Shawarman II menyeruput gelas yang masih mengepul itu. Setelah habis beberapa tegakan di letakan kembali gelas itu.

"Eyang, entah aku yang beruntung atau Gusti Putri Mayang Widuri ini yang sial. Bisa-bisanya manusia secantik rembulan seperti dia menikahi pria bodoh dan tak berguna sepertiku." Sebuah kekehan kecil keluar dari mulut Shawarman II pada akhir dari kalimat yang ia ucap barusan. 

"Aku jadi kasihan padanya karena tidak bisa menikah dengan orang yang dicintai," lanjut pria berkulit sawo matang tersebut.

"Tapi, ya, mau bagaimana lagi memang beginilah nasib orang-orang yang lahir di istana. Mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang diinginkan begitu saja," kata Shawarman II lagi usai kembali menyeruput gelas miliknya. Tersirat kegetiran pada kalimat Shawarman II barusan. Namun, orang nomor satu di Menjangan Agung itu begitu pandai menutupinya dengan sebuah tawa ringan.

Sayangnya hal itu tidak bisa menipu Patih Aswatama yang telah menemaninya selama sepuluh tahun. Wajah patih tua itu berubah serius. Ingin ia mengatakan sesuatu tapi baru juga mau membuka mulut teman bicaranya justru sudah terlebih dulu melengos pergi.

"Maaf, Eyang Patih, aku tidak bisa berlama-lama, soalnya kata dewan adat aku harus menjalani ritual pingitan sebelum menikah minggu depan. Eyang Patih tak perlu repot-repot mengantarku," ujar Shawarman II sebelum ia beranjak pergi diikuti pengawal beserta pelayannya.

Patih Aswatama hanya bisa menghela nafas panjang melihat rombongan Shawarman II yang meninggalkan kediamannya. "Andai waktu itu aku lebih waspada mungkin Gusti Prabu tak perlu menanggung beban berat ini," lirih orang tua itu kemudian.

End.....

Legenda Ular HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang