"Jumawa sekali kau ular sawah! Tidak daripada ular sawah kau lebih cocok disebut kodok busuk!" Begitu ditantang emosi Wre Baranang langsung tersulut. Pemimpin kelompok monyet tersebut lekas melompat ke udara. Kemudian menukik turun, menerjang Ular Hijau.
"Kodok Busuk, rasakan Jurus Cakar Raja Monyet milikku!" seru Wre Baranang sambil sambil mengayunkan sepasang celurit yang berada di kedua tangannya dari atas ke bawah.
Jurus Cakar Raja Kera merupakan jurus pertama dari Ilmu Silat Raja Kera milik Baranang. Ilmu Silat Raja Kera sendiri memiliki empat jurus yakni Cakar Raja Monyet, Raja Monyet Berayun, Raja Monyet Menulis Kematian dan Raja Monyet Melempar Buah.
Cakar Raja Monyet, sesuai namanya gerakan dari jurus tersebut menyerupai seseorang monyet yang sedang mencakar. Hanya saja, karena tidak mempunyai cakar setajam monyet Wre Baranang menggantinya dengan sepasang celurit.
Melihat serangan datang, Ular Hijau lekas memegang tongkatnya dengan dua tangan, lalu direntangkan di atas kepala. Trang! Batang tongkat Ular Hijau berhasil menghadang sepasang celurit Wre Baranang. Namun, rangkaian serangan Wre Baranang belum berakhir. Pemimpin Kelompok Monyet tersebut berayun dengan bertumpu pada sepasang celuritnya yang masih terkait pada tongkat Ular Hijau. Sambil berayun laki-laki berwajah kucel itu juga menghunjamkan kedua kakinya ke dada Ular Hijau. Gerakan itu merupakan gerakan dari Jurus Raja Kera Berayun.
Begitu kedua telapak kaki Wre Baranang membentur dada Ular Hijau suara gedebuk yang teramat keras terdengar. Rupa-rupanya dalam waktu itu, bukan cuma telapak kaki Wre Baranang dan juga dada Ular Hijau yang saling berbenturan, tapi juga tenaga dalam mereka. Maka tak heran jika suara gedebuk yang timbul terdengar keras.
Hanya saja, jika dibandingkan Ular Hijau tenaga dalam milik Wre Baranang masih kalah satu tingkat. Maka dari itu seketika saja Wre Baranang terlempar ke udara sementara lawannya, sedikitpun tak bergeser dari tempatnya berdiri. Setelah beberapa kali bersalto di udara akhirnya Wre Baranang dapat mendarat di tanah tanpa kurang satu apapun.
Sebenarnya dalam serangan tadi Wre Baranang menggunakan dua pertiga tenaga dalamnya. Bisa dibilang itu tadi adalah serangan mematikan. Namun, jangankan membuat Ular Hijau terluka, Wre Baranang justru merasakan nyeri pada kedua kakinya karena seolah baru saja menghantam dinding baja. Dan hal itu membuat pemimpin kelompok monyet tersebut malah jadi penasaran.
"Kodok Busuk, kau memang hebat. Sekarang kau coba hindari Jurus Raja Monyet Melempar Buah ini!" Habis berseru Wre Baranang memutar celurit di kedua tangannya, setelah itu ia lemparkan ke depan. Namanya memang Jurus Raja Monyet Melempar Buah, akan tetapi yang dilempar oleh Wre Baranang bukan buah sugguhan melainkan celurit.
Celurit Wre Baranang melesat dengan cepat menuju Ular Hijau. Dalam hitungan tiga ketukan jari celurit Wre Baranang sudah tiba lima jengkal di depan Ular Hijau. Melihat senjata lawan sudah berada di depan mata Ular Hijau lekas berbaring dengan kedua kaki masih tegak di tanah. Sehingga sepasang celurit Wre Baranang hanya lewat saja di udara kosong. Setelah itu, Ular Hijau pun kembali berdiri tegak sempurna.
"Guru, awas di belakang!" seru Mayang Sari dari kejauhan tempatnya berlindung bersama Patih Mandala.
Namun rupanya ancaman dari sepasang celurit terbang milik Wre Baranang belum berakhir. Usai terbang melesat puluhan meter jauhnya di belakang Ular Hijau, tanpa diduga kedua celurit itu berbalik kembali menuju Ular Hijau. Meski begitu tak terduga, akan tetapi masih saja bisa dihindari oleh Ular hijau. Sesaat sebelum kedua celurit mengenainya, Ular Hijau dengan cepat melompat ke udara sambil bersalto ke belakang. Sehingga celurit-celurit terbang Wre Baranang hanya lewat di bawahnya. Kemudian, celurit-celurit itu kembali ke genggaman pemiliknya. Di saat hampir bersamaan Ular Hijau juga sudah mendarat di tanah.
"Garangan!" umpat Wre Baranang.
"Jurus Raja Monyet Melempar Buah rupanya belum cukup untuk membunuhmu. Baik, sekarang akan aku tulis kematianmu dengan Jurus Raja Monyet Menulis Kematian!" Setelah berseru Wre Baranang melompat ke udara lalu menerjang Ular Hijau.
Kedua tangan pemimpin kelompok monyet tersebut bergerak, menulis kata pejah di udara kosong. Pejah sendiri memiliki arti mati. Kata pejah di tulis mengunakan aksara ha na ca ra ka. Di awali dengan aksara pa yang diberi pasangan pepet sehingga berbunyi pe, lalu aksara ja dan diakhiri mengunakan pasangan wigyan, ha mati, sehingga kalimat pejah sempurna.
Gerakan menulis itu dilakukan Wre Baranang dengan teramat cepat sehingga bilah celurit yang ada di kedua tangannya hanya nampak seperti bayang-bayang. Hanya saja, gerakan yang disebut Jurus Raja Monyet Menulis Kematian tersebut, sampai Wre Baranang menulis kata pejah dengan sempurna belum mampu melukai Ular Hijau. Sebab serangan yang bisa dibilang cepat tersebut masih mampu dihindari Ular Hijau dengan Juru Langkah Ular Menyusur Tanah.
Namun, Wre Baranang tidak pantang menyerah. Pria berwajah kucel itu terus memburu Ular Hijau sambil menuliskan kata pejah berulang kali. Mengurung Ular Hijau dalam bayang-bayang sepasang celuritnya. Meski berulang kali pula Ular Hijau bisa meloloskan diri. Namun, lama kelamaan Ular Hijau mulai terlihat kewalahan menghindari serangan Wre Baranang yang tiada henti itu.
Melihat Ular Hijau yang mulai kewalahan, dalam hati Wre Baranang pun menjadi girang. Semangatnya ia pompa untuk melancarkan serangan yang lebih ganas dan cepat lagi. Tatkala Wre Baranang sudah merasa berada di atas angin secara tiba-tiba Ular Hijau menghunus pedang yang tersembunyi dalam tongkatnya. Kemudian ia ayunkan pedang tersebut dari atas ke bawah bertepatan dengan Wre Baranang yang akan menyelesaikan kalimat pejah nya. Ayunan pedang Ular Hijau tak kalah cepat dengan gerakan menulis Wre Baranang, dan ayunan itu tepat menyasar kepala pemimpin kelompok monyet tersebut. Sontak saja Wre Baranang menghentikan gerakan menulisnya, lalu dengan cepat ia silangkan kedua celuritnya di atas kepala.
Trang!
Sepasang celurit Wre Baranang berhasil menghentikan laju pedang lawan. Akan tetapi karena dalam ayunan pedang itu disertai dengan tenaga dalam, meski dapat di tahan tapi berhasil menindih pemimpin kelompok monyet tersebut. Wre Baranang jadi sulit bergerak karena merasa baru saja ditimpa oleh batu gunung.
Dengan sekuat tenaga serta memperkokoh kuda-kuda Wre Baranang berusaha mendorong balik tenaga besar yang menindihnya. Sialnya, sampai seluruh wajahnya di basahi peluh usahanya bukanya berhasil yang ada kedua kaki Wre Baranang justru tengelam beberapa centi di dalam tanah. Lebih sial lagi, belum juga ia berhasil keluar dari situasi berbahaya itu, Ular Hijau sudah melakukan serangan susulan. Tahu-tahu pria berjubah hijau tersebut sudah mengayunkan batang tongkat, yang ia genggam di tangan satunya, menyamping, mengincar kaki Wre Baranang.
"Modar aku!" keluh Wre Baranang dalam hati.
End.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Ular Hijau
DiversosSetelah Raja Shawarman II mengangkat tiga maha patih agung, Kerajaan Menjangan Agung yang dalam tiga belas tahun terakhir sempat mengalami kemunduran mulai menunjukkan kejayaannya kembali. Sementara itu, pada masa yang sama, di dunia persilatan yang...