Seluruh anggota kelompok ular telah menghunus senjata mereka masing-masing. Mereka berpencar ke segala arah, membentuk barikade mengelilingi Ular Hijau.
Sementara itu dari atas dahan pohon Patih Mandala menyaksikan pemandangan itu dengan penuh ketegangan. "Dinda, apa tidak apa-apa kita berada di sini sementara gurumu menghadapi mereka sendirian?" bertanya Patih Mandala pada Mayang Sari.
Bila Patih Mandala tegang, lain halnya dengan Mayang Sari. Mata gadis itu tampak berbinar, seolah menantikan tontonan menarik yang akan terjadi di bawah sana. Patih Mandala sendiri pun sampai dibuat tak percaya dengan ekspresi gadis itu saat melihat wajahnya.
"Kanda, kau mesti pernah mendengar nama besar guruku, kan? Si ular hijau?" tanya Mayang Sari balik.
"Tentu, siapa yang tak mengenalnya. Dia disebut-sebut sebagai manusia terkuat pada masa ini," menyahut Patih Mandala.
"Kalau begitu apa yang Kanda khawatirkan? Apa Kanda pikir guruku yang disebut sebagai manusia terkuat itu akan kalah melawan gerombolan ikan teri ini?"
"Itu...," Patih Mandala tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Kanda duduk saja dengan tenang dan saksikanlah manusia terkuat masa ini beraksi."
"Serang!" Begitu Nyi Welang menyerukan sebuah aba-aba, seluruh anggota kelompok ular lekas berlari menyerbu Ular Hijau.
Sama halnya dengan sang murid, di wajah Ular Hijau tidak tampak sedikitpun rasa khawatir meski musuh datang dari berbagai arah. Pria bersuara parau itu menggenggam erat tongkatnya, lalu berlari lurus ke depan. Tidak, lebih tepatnya meluncur. Kedua kakinya bergerak menyusur tanah, akan tetapi ia bisa berseluncur dengan leluasa seolah sedang berada di atas permukaan es yang licin. Ia meluncur sambil meliuk-liuk, menghindari setiap senjata lawan yang diayunkan padanya. Jurus yang digunakan ular hijau itu adalah jurus yang sama dengan yang dipakai Mayang Sari. Meski jurusnya sama akan tetapi digunakan secara berbeda. Bila Mayang Sari lebih meluncur dengan kecepatan bag angin akan tetapi tidak dengan gurunya. Pria berjubah hijau itu memang meluncur cepat tapi tidak secepat Mayang Sari dan gerakannya masih dapat diikuti mata. Namun, cara dia berseluncur sambil meliuk-liuk itu sangatlah enak dipandang mata. Seolah ia sedang menari-nari saja. Meski begitu tak satupun senjata lawan dapat menggoresnya. Atau bahkan menghadang lajunya.
"Itu dia jurus pertama, jurus langkah ular menyusur tanah!" seru Mayang Sari dari atas pohon.
Memang itulah nama jurus yang digunakan oleh ular hijau dan juga Mayang Sari. Itulah jurus yang memungkinkan untuk bergerak secara cepat dan leluasa di atas permukaan tanah. Layaknya ular yang mampu bergerak menyusur tanah dengan cepat dan leluasa. Dengan jurus langkah ular menyusur tanah tersebut ular hijau mampu menerobos keluar dari kepungan kelompok ular.
Setelah berada di luar kepungan ular hijau menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Dengan kedua matanya pria itu menyapu ke segala arah.
"Sebelumnya karena gelap aku tidak memperhatikan, tapi sekarang aku baru sadar jika di lengan kalian semua terdapat tato ular. Kalau begitu pastilah kalian adalah kelompok ular, yang kata orang merupakan salah satu penguasa Hutan Dedet ini," berkata ular hijau kemudian.
"Benar, itulah memang kami!" sahut salah satu anggota kelompok ular lantang.
"Kalau begitu, pas sekali." Ular hijau menggenggam erat tongkatnya dengan kedua tangan, lalu ia hentakan ke tanah.
"Hei, apa kalian tahu bagaimana cara menaklukkan ular?!" Tak ada yang menyahut.
"Caranya gampang, cukup pukul saja kepalanya." Habis berkata ular hijau langsung melesat maju. Menyongsong orang-orang kelompok ular yang juga sudah siap menyerbunya.
Ular hijau memutar-mutar tongkatnya. Kemudian, begitu satu musuh ada di depannya ia ayunkan tongkat tersebut. "Bugh!" tongkat berkepala ular kobra tersebut dengan telak mengenai kepala lawan. Seketika orang itu jatuh tak sadarkan diri dengan kepala berdarah. Entah orang itu hidup atau mati tidak ada yang tahu.
"Bugh!"
Ular hijau kembali mengayunkan tongkatnya, satu orang lagi jatuh tak sadarkan diri dengan kepala berdarah. Tongkat ular hijau terus terayun, dan di setiap ayunannya selalu mengincar kepala, serta tidak ada yang luput. Satu persatu orang-orang kelompok ular pun mulai berjatuhan. Kepala mereka semua berlumuran darah akibat terkena hantaman tongkat ular hijau yang begitu mematikan.
"Itu dia jurus kedua, jurus tongkat penakluk ular!" seru Mayang Sari lagi dari atas pohon.
Dengan jurus yang disebut jurus tongkat penakluk ular tersebut ular hijau berhasil menumbangkan setengah dari anggota kelompok ular kurang dari seper minuman teh. Dan itu masih berlanjut. Melihat kondisi yang kurang baik, membuat Nyi Welang tidak sabaran. Dengan satu isyarat mata wanita itu menitahkan Uji beserta sepuluh bisa lainnya untuk langsung turun tangan.
End...
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Ular Hijau
CasualeSetelah Raja Shawarman II mengangkat tiga maha patih agung, Kerajaan Menjangan Agung yang dalam tiga belas tahun terakhir sempat mengalami kemunduran mulai menunjukkan kejayaannya kembali. Sementara itu, pada masa yang sama, di dunia persilatan yang...