Sring....
Ki Weling menjadi orang pertama dari enam pemimpin kelompok yang menghunus senjata. Beberapa detik lalu sebuah pedang yang tergenggam erat di tangan kirinya masih rapi terbungkus sarung. Namun sekarang bilahnya terlihat mengkilap di tengah kegelapan.
"Ular Hijau, demi istri dan anak buahku yang mungkin sekarang menjadi hantu penasaran akan kucabut nyawamu!" Usai berseru Ki Weling langsung melompat ke udara. Kemudian dengan cepat menukik turun menerjang Ular Hijau. Pedangnya ia julurkan lurus ke depan menikam lawan.
Melihat serangan datang Ular Hijau tampak tenang. Dengan cuma mengunakan gerakan sederhana memiringkan badan serangan Ki Weling berhasil dihindari. Pedang dari pemimpin kelompok ular tersebut hanya melintas begitu saja di depan Ular Hijau. Namun, sesaat kemudian pedang Ki Weling berbelok. Ujung pedangnya yang tajam kembali mengincar Ular Hijau.
Lagi, serangan itupun hanya mengenai tempat kosong. Sebab sesaat sebelum ujung pedang Ki Weling mengenai Ular Hijau, pria berjubah hijau tersebut sudah terlebih dahulu mundur tiga langkah ke belakang.
Dua serangannya sedikitpun tidak memberi luka pada lawan, Ki Weling pun jadi penasaran. Pemimpin kelompok ular tersebut kembali menerjang Ular Hijau sambil menusukkan pedangnya pada lawan. Tidak hanya sekali, tapi bertubi-tubi dan dengan kecepatan yang sulit ditangkap mata.
Itulah jurus pedang andalan Ki Weling. Namanya Jurus Pedang Seribu Patukan Ular. Sebuah jurus berpedang yang mengandalkan tusukan-tusukan yang dilancarkan secara cepat dan bertubi-tubi selayaknya seekor ular yang mematuk ribuan kali.Tusukan yang dilancarkan Ki Weling tidak cuma cepat tapi juga menyasar di bagian-bagian vital lawan. Kalau saja musuh Ki Weling pendekar biasa mungkin sekarang orang itu akan langsung roboh dengan puluhan lubang di tubuhnya.
Sayangnya, musuh Ki Weling kali ini adalah Ular Hijau, dedengkot dunia persilatan yang merajai dunia persilatan lebih dari sepuluh tahun. Mengunakan Jurus Langkah Ular Menyusur Tanah, Ular Hijau meliuk-liuk menghindari setiap ujung pedang Ki Weling yang mengarah padanya.
Setelah hampir melancarkan seratus tusukan tanpa membuahkan hasil sama sekali, Ki Weling akhirnya beringsut mundur. Namun, bukan berarti dia menyerah. Ki Weling berdiri sambil memasang kuda-kuda yang kokoh. Satu tangannya yang memegang ganggang pedang ia tekuk ke belakang sedang tangan satunya ia julurkan ke depan sejajar pedang. Posisi Ki Weling itu persis seperti seseorang yang sedang memanah dengan pedang sebagai anak panahnya. Kemudian, ia hentakan pedangnya itu lurus ke depan. Di mata awam apa yang dilakukan Ki Weling mungkin hanya sebuah gerakan tak jelas.
Namun, yang tidak mereka ketahui bahwasanya dalam gerakan itu Ki Weling juga mengalirkan tenaga dalamnya. Dalam dunia persilatan serangan mengunakan tenaga dalam merupakan serangan tingkat tinggi yang amat berbahaya. Sebab serangan itu begitu halus, tak dapat dilihat mata, akan tetapi sangat mematikan.
Dalam kasus Ki Weling tenaga dalam pria itu mengalir dari tangan, lalu ke pedang, setelah sampai di ujung pedang tenaga dalam melesat lurus ke depan. Laksana anak panah yang lepas dari busur. Menyasar Ular Hijau yang berdiri dua puluh langkah jauhnya dari tempat Ki Weling. Akan tetapi jarak tersebut bukan masalah, karena tenaga dalam Ki Weling sudah pada tahap yang bisa dibilang tinggi.
Hanya saja Ular Hijau juga bukan pendekar sembarangan. Ilmunya dalam olah tenaga dalam tak kalah tinggi dari Ki Weling. Maka dari itu ia dapat merasakan tenaga dalam Ki Weling yang kasat mata mendatanginya dengan cepat. Ular Hijau memiringkan badan dan tenaga tak terlihat milik Ki Weling hanya lewat begitu saja tanpa sedikitpun dapat menggoreskan luka pada lawan.
Jlebb...
Di saat hampir bersamaan, sebuah pohon yang berada empat puluh langkah di belakang Ular Hijau tiba-tiba berlubang di kedua sisinya yang berlawanan. Sudah pasti lubang di pohon adalah akibat terkena serangan Ki Weling yang berhasil di hindari Ular Hijau.
Sejenak Ular Hijau melihat lubang yang ada di pohon lalu kembali beralih pada Ki Weling.
"Jurus Kisanak benar-benar hebat. Memang pantas menjabat sebagai salah satu ketua kelompok penguasa Hutan Dedet," puji Ular Hijau.
"Yang keluar dari mulutmu memang pujian tapi ditelingaku terdengar seperti ejekan!" damprat Ki Weling.
"Begitukah? Jika seperti itu menurutmu yang memang begitu adanya. Toh, aku juga tidak peduli," balas Ular Hijau yang makin membuat amarah Ki Weling meninggi.
"Jahanam, akan aku libas kau!" Ki Weling sudah kembali memasang kuda-kuda siap untuk menyerang lagi.
Akan tetapi, tiba-tiba sepasang clurit terbang di udara. Kemudian terbang menukik menghujam Ular Hijau. Meskipun serangan itu datang secara tiba-tiba, tapi sedikitpun tak membuat Ular Hijau panik. Pria berjubah hijau tersebut mengibaskan ujung jubahnya. Tentu itu bukan sembarangan gibasan, melainkan juga telah disertai tenaga dalam. Akibatnya, sepasang clurit terbang yang akan menghunjam Ular Hijau terpental ke udara sebelum akhirnya kembali ke tangan si pemilik.
"Sepertinya kelima ketua yang lain juga sudah tak sabar bermain denganku," ujar Ular Hijau.
"Memang betul, tanganku sudah gatal dari tadi untuk menguliti ular-ularan sawah macam kau!" hardik si pemilik celurit yang tak lain adalah Wre Baranang pemimpin kelompok monyet.
"Heheh..." Ular Hijau terkekeh. "Kalau begitu jangan sungkan. Aku tadi sudah bilang, kan? Maju kalian semua aku siap melayani."
End......
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Ular Hijau
RandomSetelah Raja Shawarman II mengangkat tiga maha patih agung, Kerajaan Menjangan Agung yang dalam tiga belas tahun terakhir sempat mengalami kemunduran mulai menunjukkan kejayaannya kembali. Sementara itu, pada masa yang sama, di dunia persilatan yang...