"Jadi itu yang namanya tongkat enam wujud? Sungguh senjata yang benar-benar ajaib," kata Alap-alap Ireng kagum. Meski kekaguman itu hanya di mulut saja, lain di hati.
"Hmmm, jadi kau sudah kenal senjataku ini rupanya," menyahut Ular Hijau datar.
"Hahaha...," Alap-alap Ireng tertawa datar. Kemudian berkata, "Ki Ular Hijau tak usah memuji. Di Andakara Dwipa ini hanya orang gunung yang tidak mengenal Ular Hijau."
Mulut memang bicara tapi di saat bersamaan biji mata Alap-alap Ireng bergerak. Memberi isyarat pada Lembu Sura dan Bajul Wesi yang berada di samping kanan dan kiri Ular Hijau. Begitu melihat isyarat dari Alap-alap Ireng, Lembu Sura dan Bajul Wesi lekas memasang kuda-kuda serta memegang erat senjata masing-masing.
Sebenarnya hal itu sudah dapat ditangkap oleh Ular Hijau, akan tetapi pria itu acuh saja. Ia tetap berdiri tenang di tempatnya, sedikitpun tak bergeming. Seolah menunggu musuh yang menyerang duluan.
Sementara itu di kejauhan Mayang Sari dan Patih Mandala melihat pemandangan itu dengan perasaan tegang. Meski begitu dalam hati Mayang Sari amat sangat yakin gurunya tidak akan kalah. Sedangkan Macan Loreng, Ki Weling dan Wre Baranang yang sebelumnya, bisa dikatakan kalah, telah menyingkirkan diri dari gelanggang pertarungan. Ketiga orang itu kini sedang bersemedi untuk memulihkan luka serta tenaga.
Satu detik, dua detik belum ada tanda-tanda pertarungan di mulai. Baru ketika Alap-alap Ireng menggoyangkan kepala kedua rekannya mulai bergerak. Bajul Wesi adalah yang pertama. Pemimpin kelompok buaya itu menjulurkan tangan kanannya yang terpasang perisai ke depan.
"Ular Hijau, jangan kira hanya tongkatmu yang ajaib! Lihat serangan!" Bajul Wesi membentak keras.
Kemudian di tekannya tombol rahasia yang ada pada perisai. Seketika pada bagian perisai yang menghadap ke depan terbuka sebuah celah kecil selebar sepuluh senti. Dan dari celah tersebut melesat keluar lusinan bintang-bintang besi nan tajam. Lusinan bintang-bintang besi itu terbang cepat menuju Ular Hijau. Melihat senjata lawan menyerbu, Ular Hijau lekas memutar tongkat yang sekarang telah menjadi tombak trisula.
Trang! Trang! Trang!
Putaran tombak trisula berhasil membuat bintang-bintang besi berguguran di tanah tanpa satupun yang lolos. Di saat Ular Hijau sibuk dengan bintang-bintang besi dari arah belakang Lembu Sura sudah menyerbu maju sambil melayangkan tinju. Seolah memiliki mata di belakang kepala, Ular Hijau lekas memiringkan badannya sehingga kepalan tangan Lembu Sura yang dibalut sarung tangan besi bergerigi hanya kena tempat kosong.
Di saat yang sama Alap-alap Ireng juga sudah menerjang seraya menghujamkan tombaknya. Namun, Ular Hijau dengan tangkas menggerakkan tombak trisulanya, menangkis serta membelokkan mata tombak lawan ke tempat kosong. Setelah itu dengan cepat Ular Hijau balik menikam Alap-alap Ireng dengan tombak trisula.
Sayang Alap-alap Ireng juga pendekar yang lumayan ahli. Melihat senjata musuh mendekat pemimpin kelompok elang tersebut lekas menghentakkan satu kakinya ke tanah lalu melesat ke udara sambil bersalto dan mendarat tepat lima langkah di belakang Ular Hijau.
Meski gagal di percobaan pertama akan tetapi rangkaian serangan dari Alap-alap Ireng, Lembu Sura dan Bajul Wesi belum berakhir. Setelah bintang-bintang besinya gagal menjatuhkan lawan, Bajul Wesi segera menekan tombol rahasia lain di perisainya. Kali ini bukan bintang-bintang besi yang keluar melainkan dari delapan sisi perisai muncul delapan pisau lengkung sepanjang lima belas senti.
Kemudian pemimpin kelompok buaya itu menerjang Ular Hijau seraya mengayunkan perisai yang sekarang memiliki delapan bilah pisau lengkung dari atas ke bawah. Ular Hijau pun lekas merentangkan tombaknya di atas kepala dan berhasil merintangi perisai. Setelah itu ia hentakan tombaknya ke atas sehingga memaksa Bajul Wesi untuk mundur kembali ke tempat semula.
Di waktu itu Lembu Sura juga telah kembali melayangkan tinju. Kepalan tangan pria botak itu yang dibalut sarung tangan besi bergerigi mengarah pada perut Ular Hijau. Akan tetapi Ular Hijau lebih cepat menggerakkan kakinya. Tumit kaki pria itu tahu-tahu sudah berada di depan dada Lembu Sura. Lembu Sura terpaksa menarik kembali tinjunya dan menyilangkan kedua tangan bersamaan di depan dada.
Setelah suara 'gedebuk' yang lumayan keras terdengar Lembu Sura terdorong tiga langkah ke belakang. Meski begitu ia masih mampu berdiri tegak bahkan kuda-kuda masih kokoh. Sedetik setelah Lembu Sura mundur Alap-alap Ireng memijak pundak pria botak tersebut lalu melompat maju, menerjang Ular Hijau seraya menghujamkan tombak.
Untuk kedua kalinya mata tombak Alap-alap Ireng hanya kena tempat kosong setelah ditepis serta dibelokkan oleh tombak trisula Ular Hijau. Akan tetapi Alap-alap Ireng pantang menyerah. Pemimpin kelompok elang tersebut dengan cepat menarik tombaknya lalu ia ayunkan sambil memutar badan. Itu ayunan bukan sembarang ayunan, sebab Alap-alap Ireng telah mengerahkan tenaga dalam di dalamnya.
Suara 'trang' terdengar kelas saat mata tombak Alap-alap Ireng bertemu batang tombak Ular Hijau yang merintangi. Tidak hanya suara keras benturan senjata dua pendekar itu juga menimbulkan angin yang berhasil menerbangkan debu dan dedaunan kering di tanah. Rupanya bukan cuma Alap-alap Ireng yang mengerahkan tenaga dalam, musuhnya juga.
Alap-alap Ireng berdecak. Kemudian lekas menarik tombak dan mundur beberapa langkah ke belakang.
"Melawan pri ini memang tidak mudah. Kalau tidak pakai strategi jitu kami bisa mati konyol," pikir Alap-alap Ireng, lalu memberikan isyarat mata pada dua temannya.
End....
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Ular Hijau
De TodoSetelah Raja Shawarman II mengangkat tiga maha patih agung, Kerajaan Menjangan Agung yang dalam tiga belas tahun terakhir sempat mengalami kemunduran mulai menunjukkan kejayaannya kembali. Sementara itu, pada masa yang sama, di dunia persilatan yang...