XXI. Memburu Ular Hijau

6 1 0
                                    

Ki Weling bangkit berdiri. Ditatapnya dengan nanar para pemimpin kelompok.

"Malam tadi, istri dan sebagian besar bawahannya telah di bunuh orang, di sini aku meminta bantuan kalian untuk membalas dendam pada orang itu," kata Ki Welang dingin.

"Hei, ular sawah, kematian ular sawah betina tidak ada hubungannya dengan kami kenapa juga kami harus membantumu balas dendam?!" Mendengus Wre Baranang.

"Weling, bukankah kau sangat membanggakan jurus pedang seribu patukan kobra milikmu, kenapa kau tidak membalaskan dendam sendiri?" timbrung Bajul Wesi.

"Karena orang itu tidak bisa aku kalahkan sendiri," sahut Ki Weling.

"Kau yang biasanya sombong bisa sampai merendah begini, memangnya siapa orang itu?" tanya Lembu Sora.

"Dia ular hijau." Begitu nama ular hijau keluar dari mulut Ki Weling semua orang langsung terkesiap.

"Hei, Weling, bagaimana orang yang berbahaya itu bisa ada di Hutan Dedet?!" cecar Macan Loreng.

"Loreng, tentu kau sudah tahu saat mengirim anggotamu untuk membunuh Patih Mandala ada si angin putih yang tiba-tiba ikut campur?"

"Ya, tentu saja, gadis sialan itu bahkan telah melukai kedua saudaraku!"

"Apa kau juga tahu jika gadis itu ternyata adalah murid ular hijau."

"Apa?! Jangan bercanda kau Weling!"

"Aku tidak bercanda. Semalam istriku dan bawahannya pergi untuk menangkap Patih Mandala dan Mayang Sari. Mereka hampir saja berhasil mendapatkan keduanya, tapi tiba-tiba ular hijau muncul dan membantai mereka semua. Dari kesaksian anggotaku yang masih hidup terungkap jika hubungan ular hijau dan Mayang Sari adalah guru dan murid," jelentreh Ki Weling.

Apa yang barusan dikatakan oleh Ki Weling berhasil membuat kelima pemimpin kelompok terkejut untuk kedua kalinya. Sebelumnya mereka hanya mengetahui Mayang Sari sebagai pendekar muda yang dalam beberapa tahun ini berhasil menggegerkan dunia persilatan sehingga mendapatkan gelar pemuda-pemudi unggul kelima. Tentang siapa guru dan dari perguruan mana ia berasal sama sekali tidak diketahui.

Tentu sudah banyak orang menebak jika guru Mayang Sari adalah seorang tokoh silat kenamaan. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana lihainya ilmu silat gadis itu. Meski begitu dilihat dari sepak terjang Mayang Sari, yang lebih condong ke arah aliran putih, aliran yang mengutamakan kebajikan dan keadilan, tak seorang pun akan menyangkutkannya dengan sosok ular hijau yang kejam. Namun, pada kenyataannya kedua manusia itu adalah guru dan murid. Mengejutkan memang, tapi begitulah adanya.

"Hahaha...!"

Alap-alap Ireng tiba-tiba tertawa, memecah keheningan yang sempat menelan pertemuan para pemimpin kelompok itu dalam beberapa waktu. Tawa pemimpin kelompok elang tersebut terdengar dingin.

"Aku pikir kedatangan ular hijau ke Hutan Dedet ini adalah hal yang tidak buruk juga," berkata Alap-alap Ireng kemudian.

"Hei, kepala ayam, apa maksudmu!?"tanya Wre Baranang penasaran.

"Saudaraku Wre Baranang, pemimpin para monyet kudisan, apa otakmu tak selancar mulutmu saat bicara?"

"Bangsat! Kepala Ayam sejak kapan aku jadi saudaramu! Jangan berputar-putar kalau bicara! Cepat jelaskan!" umpat Wre Baranang.

"Begini, dua saudara kita, Macan Loreng dan Ki Weling telah menyinggung langsung ular hijau ini melalui muridnya. Kita semua tahu, kalau orang ini sudah bertindak, sudah pasti tidak ada ampun. Itu artinya beberapa saat dari sekarang kelompok penguasa Hutan Dedet akan berkurang dua."

"Ho, aku mengerti Alap-alap Ireng. Begitu kelompok ular dan harimau hancur wilayah mereka akan kosong," potong Bajul Wesi.

"Hehehe... itu artinya siapapun diantara kelompok kita berempat bisa menempatinya!" seru Wre Baranang girang.

"Betul sekali. Jadi daripada kita membuang-buang tenaga untuk membantu Weling membalas dendam bukankah lebih baik kita mempersiapkan diri untuk merebut wilayah mereka nantinya," sahut Alap-alap Ireng.

"Cek!" Lembu Sora berdecak. "Sialan kau Alap-alap Ireng! Aku sedari tadi diam saja karena sudah memperhitungkan hal ini, tapi kau, malah dengan sengaja mengumbarnya," ujar pemimpin kelompok banteng itu kesal.

"Kebo botak, rupanya kau sudah punya rencana licik duluan!" rutuk Wre Baranang.

"Hmm... siapa suruh kau begitu bodoh," balas Lembu Sura sengit.

"Hei!" bentak Macan Loreng tiba-tiba dengan suara yang menggelegar. 

"Aku dan Ki Weling masih berdiri di sini, tapi kalian sudah membuat rencana untuk merebutkan wilayah kami! Sebenarnya manusia macam apa kalian ini!" hardik pemimpin kelompok harimau itu kemudian.

Lembu Sura terkekeh. "Kau tanya manusia macam apa kami? Bukankah kau sudah tahu kami manusia yang sejenis denganmu."

Kata-kata Lembu Sura itu membungkam Macan Loreng seketika. Meski hatinya telah dipenuhi emosi, tapi Macan Loreng sudah tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Hanya bisa mengepalkan kedua telapak tangannya untuk meluapkan emosi. Begitu pula dengan Ki Weling.

"Namun saudara-saudara sekalian, yang kita bicarakan ini adalah ular hijau yang kita kenal sebagai orang yang haus darah. Sekalipun kita tidak pernah bersinggungan dengannya bukan tidak mungkin dia juga akan menghabisi kita," ujar Alap-alap Ireng kembali.

Waktu itu, selain Macan Loreng dan Ki Weling, dalam benak semua orang diam-diam tengah memikirkan rencana untuk menguasai wilayah kelompok ular dan kelompok harimau. Akan tetapi kalimat yang barusan keluar dari mulut Alap-alap Ireng seakan membuyarkannya.

"Alap-alap Ireng, cara licik apalagi yang kau gunakan ini?" tanya Lembu Sura dengan dahi mengerut dalam.

"Hahaha...," Alap-alap Ireng tertawa. Kemudian baru berkata, "tidak ada, hanya saja aku mau mengingatkan kalian kalau orang yang kita hadapi adalah ular hijau. Orang itu adalah orang yang susah ditebak kemana tangan jahatnya diturunkan."

"Apa aku perlu ingatkan lagi kalian tentang 175 anggota serikat pembunuh bayaran Bulan Hitam, lalu 300 warga Desa Mulwa serta tokoh kenamaan aliran putih Ki Rangon dan seluruh anak murid Perguruan Pring Kuning miliknya. Pernah ada sangkut paut apa mereka dengan ular hijau? Tidak ada. Namun, mereka semua telah dibinasakan oleh orang itu," tambah pemimpin kelompok elang tersebut.

"Ireng, harus aku akui kau memang ada benarnya. Sejak ular hijau menginjakkan kakinya di hutan ini nyawa kita semua sedang dalam bahaya," dukung Bajul Wesi.

"Lalu, kepala ayam kau punya rencana apa?!" tanya Wre Baranang gusar.

"Jika bertindak sendiri kita mungkin akan kalah, tapi kalau kita berenam menyatukan kekuatan masih ada kesempatan untuk mengalahkan orang itu," sahut Alap-alap Ireng.

Lembu Sura mendengus. "Pada akhirnya kita harus membantu Ki Weling dan Macan Loreng untu balas dendam."

Baik Ki Weling dan Macan Loreng tak menyangka jika situasi akan berubah seperti itu. Sebenarnya dalam hati kedua ada rasa curiga jika itu adalah salah satu rencana licik Alap-alap Ireng. Namun, keduanya sudah bertekad, terutama Ki Weling, selama bisa menghabisi ular hijau bergandengan tangan dengan iblis pun tidak masalah.

End......

Legenda Ular HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang