Kalimat yang keluar dari mulut Ular Hijau barusan benar-benar membuat geram Alap-alap Ireng dan rekan-rekannya. Meski hati telah dipenuhi emosi tapi enam pemimpin kelompok masih bisa berkepala dingin. Mereka tak buru-buru untuk langsung menerjang maju. Karena mereka tahu jika musuh mereka bukan orang sembarangan, tidak bisa asal serang atau mereka bisa babak belur lagi bahkan mati.
Setelah sepersekian detik termenung enam pemimpin mulai bergerak. Mereka memasang kuda-kuda, lalu bergerak ke enam arah berbeda, mengepung Ular Hijau. Senjata yang berada di tangan mereka pegang dengan erat, kecuali Lembu Sura dan Bajul Wesi yang telah kehilangan senjata. Meski tak memiliki senjata tapi baik Bajul Wesi maupun Lembu Sura masihlah punya ilmu simpanan yang mematikan.
Salah satu ilmu andalan Bajul Wesi yaitu Jurus Lima Jari Sakti telah diubah oleh pemimpin kelompok buaya itu menjadi Sepuluh Jari Sakti. Bila sebelumnya Bajul Wesi hanya menekuk lima jari pada satu tangannya, sekarang sepuluh jari di kedua tangan pria itu telah tertekuk sempurna.
Sedangkan Lembu Sura masih mengandalkan Jurus Sepasang Tinju Geledeknya. Pada dasarnya Tinju Geledek Lembu Sura memang sudah luar biasa kuat. Sarung tangan besi yang sebelumnya ia kenakan sebenarnya hanya menambah beberapa persen saja daya hancur dari tinjunya. Jadi bisa dibilang ada atau pun tidak ada sarung tangan besi tidak memiliki pengaruh terlalu besar pada Lembu Sura.
Sementara itu di tengah kepungan, Ular Hijau tampak tenang-tenang saja. Meski terlihat tenang akan tetapi kedua bola mata pria itu aktif bergerak mengamati gerak-gerik seluruh lawannya.
"Ha!"
Tiba-tiba terdengar suara seseorang membentak. Menyusul kemudian sosok Alap-alap Ireng melesat dari arah serong kiri Ular Hijau. Alap-alap Ireng melesat sambil mengulurkan tombaknya ke depan. Mengarahkan mata tombak ke perut Ular Hijau.
Melihat senjata lawan datang Ular Hijau tak tinggal diam. Tangan kiri yang sebelumnya menggenggam tongkat enam wujud bergerak cepat menyambar ganggang tombak lawan. Setelah ganggang tombak berhasil di cengkram, Ular Hijau lalu menariknya. Alhasil dalam sekejap tombak Alap-alap Ireng telah berhasil dirampas oleh Ular Hijau.
Namun, aksi Ular Hijau tidak sampai di situ saja. Setelah berhasil merampas senjata lawan Ular Hijau langsung melemparkan kembali senjata itu pada pemiliknya. Alap-alap Ireng yang tidak siap dengan serangan Ular Hijau itu pun langsung terhempas beberapa meter ke belakang setelah perutnya terkena ujung tumpul dari tombaknya sendiri.
"Ular Hijau, mampus kau!" Kembali terdengar suara orang membentak.
Dari arah serong kanan Ular Hijau, Wre Baranang telah melemparkan sepasang celuritnya. Ular Hijau pun lekas menekuk lutut lalu membaringkan badannya. Kedua celurit Wre Baranang pun cuma lewat saja di atas Ular Hijau. Baru juga beberapa detik celurit-celurit Wre Baranang lewat, Ular Hijau bahkan belum menegakkan badannya lagi, tahu-tahu sosok Macan Loreng sudah ada di samping kanan Ular Hijau. Pemimpin kelompok harimau itu langsung saja mengayunkan golok besar miliknya dari atas ke bawah.
Itu adalah serangan yang sangat berbahaya. Sebab dalam posisinya yang masih berbaring Ular Hijau tidak bisa leluasa untuk menghindari. Meski begitu Ular Hijau adalah Ular Hijau. Si pendekar terkuat masa ini. Dengan posisi yang kurang beruntung itu Ular Hijau masih bisa melawan.
Tangan kanan guru dari Mayang Sari tersebut bergerak. Menepuk bilah golok dari samping kanan sesaat sebelum mata golok mengenai badannya. Tentu itu bukan tepukan biasa, ada aliran tenaga dalam yang menyertainya. Akibat tepukan itu golok seketika berayun ke kiri. Menyapu dua celurit Wre Baranang yang kebetulan sedang terbang kembali ke arah si pemilik.
Kemudian Ular Hijau menjulurkan tangan kanannya ke arah Macan Loreng serta menembakkan tenaga dalam. Sebenarnya jarak antara tangan Ular Hijau dan Macan Loreng masih ada dua sampai tiga jengkal lagi. Namun, tenaga dalam yang Ular Hijau lepaskan begitu kuat sehingga membuat Macan Loreng serasa di timpa angin kuat dan seketika terhempas ke belakang puluhan meter. Dua ancaman bahaya telah berhasil Ular Hijau lumpuhkan sekaligus.
Namun, begitu Ular Hijau sudah menegakkan tubuh kembali mata pedang Ki Weling langsung menyambut. Mata pedang Ki Weling seketika terhenti karena dengan cepat pula Ular Hijau menggerakkan tangan kirinya, menjepit bilah pedang dengan dua jari.
Ki Weling tidak menyerah. Ia tambah tenaga untuk mendorong pedangnya, tapi itu sia-sia. Seujung kuku pun pedang Ki Weling tak bergerak. Sadar usahanya tak membuahkan hasil Ki Weling lalu menarik kembali pedangnya. Namun, hal itu nyatanya juga tidak bisa dilakukan. Sekuat apapun Ki Weling menarik, pedangnya urung lepas dari jepitan jari Ular Hijau.
Ular tertawa pelan, lalu berkata "apa kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja? Jangan harap."
Ular Hijau kemudian merentangkan tangan kanannya ke samping serta mengacungkan jari telunjuknya. Dalam sekejap jari telunjuk yang di acungkan itu tiba-tiba berubah warna jadi hitam.
"Kalian telah mengganggu ular maka bersiaplah mati kena bisanya."
End....
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Ular Hijau
RandomSetelah Raja Shawarman II mengangkat tiga maha patih agung, Kerajaan Menjangan Agung yang dalam tiga belas tahun terakhir sempat mengalami kemunduran mulai menunjukkan kejayaannya kembali. Sementara itu, pada masa yang sama, di dunia persilatan yang...