"Gadis cilik, siapa kau? Berani sekali mencampuri urusan kami!" bentak Macan Klawu.
"Aku? Aku hanya pendekar yang kebetulan lewat." Setelah berkata demikian gadis berbaju putih itu langsung unjuk kebolehan. Ia bergerak menuju Macan Klawu dan Patih Mandala. Ia tidak berlari ataupun terbang, tapi dengan kedua kakinya ia meluncur di atas tanah. Permukaan tanah yang kasar serta penuh kerikil seolah adalah permukaan es yang licin bagi gadis berbaju putih. Ia meluncur dengan kecepatan tinggi.
Ganong dan Gendon yang coba menghadangnya ia lewati dalam sekejap dengan gerakan zigzag. Setelah si gadis berhasil meraih Patih Mandala, ia menghentakkan satu kakinya ke tanah. Seketika saja tubuh si gadis melayang ke udara membawa Patih Mandala. Luar biasanya, tubuh Patih Mandala yang lebih besar seolah bukan apa-apa bagi gadis berbaju putih.
"Gadis kurang ajar, jangan kabur!" bentak Macan Klawu.
Si gadis berbaju putih berhenti di sebuah dahan pohon yang tingginya mencapai 15 meteran dan meletakkan Patih Mandala di sana. "Kisanak, tunggulah di sini sebentar," kata gadis berbaju putih pada Patih Mandala. Kemudian, gadis itu melompat turun, kembali ke tempat Macan Klawu beserta gerombolannya. Macan Klawu segera memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mengepung begitu kedua kaki gadis berbaju mencapai tanah. Selain itu mereka juga telah memegang golok di tangan masing-masing termasuk Ganong dan Gendon. Namun, tak sedikitpun raut takut ataupun ngeri terlihat di wajah gadis itu, yang ada ia justru menyunggingkan sebuah senyuman.
"Gadis cilik, berani sekali kau mencampuri urusan kami! Apa kau tak tahu siapa kami, hah?!" Macan Klawu berkata sampai urat-urat lehernya kelihatan.
"Aku tidak peduli kalian siapa, tapi aku akan malu pada guruku kalau takut dengan cecunguk semacam kalian," balas si gadis.
"Memang siapa gurumu, gadis kurang ajar?!"
"Tak perlu kau tahu. Takutnya kau dan seluruh anak buahmu akan kencing di celana begitu aku menyebut namanya!" Merah padamlah muka Macan Klawu.
"Gadis tak tahu di untung! Kalian, habisi dia!" Setelah Macan Klawu mengeluarkan perintah seluruh anak buahnya termasuk Ganong dan Gendon yang berjumlah sembilan orang langsung maju menyerbu dari segala arah.
Gadis berbaju putih pun tidak tinggal diam. Ia tarik pedang yang ada di punggung, lalu dengan jurus yang mampu membuatnya meluncur di atas permukaan tanah kasar ia melesat maju ke depan. Ia melesat dengan cepat selayaknya anak panah. Saking cepatnya sampai-sampai membuat musuh yang ada di depannya gelagapan. Goresan luka sepanjang 30 centi langsung muncul di perut orang itu begitu gadis baju putih mengayunkan pedang. Dan gadis baju putih mengakhiri orang itu dengan sebuah tendangan yang membuatnya terpelanting jauh.
Melihat satu rekannya telah kalah membuat anak buah Macan Klawu yang lain geram. Dua orang yang berada di samping kiri dan kanan si gadis langsung mengayunkan golok secara vertikal bersamaan. Akan tetapi si gadis dapat menghindari serangan itu cuma dengan mundur satu langkah ke belakang. Kemudian, ia balas mengayunkan pedangnya dan berhasil menggoreskan luka di satu kaki masing-masing dari keduanya. Kemudian, ia menambahkan tendangan ke wajah keduanya sampai mereka jatuh terjengkang dan gigi rontok semua. Tiga lawan telah berhasil ditumbangkan, sisa enam lagi serta pimpinan utama Macan Klawu.
Setelah sejenak memainkan pedangnya, gadis yang juga memiliki jepit rambut berbentuk kupu-kupu di kepalanya itu kembali melesat. Ia melesat menuju tempat Macan Klawu berdiri. Ganong, Gendon dan anak buah Macan Klawu yang tersisa mencoba untuk mengejarnya. Namun, mereka masih kalah cepat dengan gadis yang umurnya baru sembilan belas tahun itu. Sementara di pihak Macan Klawu sendiri, begitu melihat musuh datang mendekat, ia sudah siaga dengan mengangkat golok besarnya.
Akan tetapi, belum sempat Macan Klawu mengayunkan golok si gadis justru berhenti tepat 1 meter di depannya. Lalu, gadis berbaju putih itu berbalik arah dan kembali meluncur, ditujunya kawanan anak buah Macan Klawu yang tadi mengejar. Kemudian ia meliuk-liuk, bergerak secara zigzag sambil mengayunkan pedang di tangan. Kecepatan si gadis benar-benar luar biasa sewaktu ia bergerak secara zigzag. Kecepatannya sama sekali tak dapat ditangkap mata. Ia seolah terlihat seperti angin yang berhembus.Sret... Sret... Sret... Sret... Sret...
Dalam sekejap keenam anak buah Macan Klawu dapat dilewati. Dan begitu si gadis berhenti, Gendon, Ganong beserta rekan-rekannya menjatuhkan golok mereka sebelum akhirnya jatuh bergelimangan ke tanah. Mereka belumlah mati, cuma terluka di tangan dan kaki. Namun luka yang ditorehkan oleh si baju putih itu berhasil merusak jaringan otot mereka.
Seulas senyum terukir di wajah gadis belia itu saat melihat seluruh penyerangnya tumbang. Sementara ekspresi yang sebaliknya terlihat di wajah Macan Klawu. Wajahnya benar-benar merah seperti kepiting rebus dan tentunya tak enak untuk dipandang.
"Dasar kalian tak berguna! Melawan gadis cilik saja tak mampu!" hardiknya.
Kemudian ia ayunkan golok besarnya menyamping. Sasarannya adalah sebuah pohon yang ada di sampingnya. Luar biasa, begitu golok besar itu mengenainya, pohon itu langsung tumbang seketika.
"Gadis cilik, sekarang kau coba kalahkan jurus golok sakti pembelah gunung milikku ini!" Setelah berkata demikian sosok Macan Klawu melesat ke udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Ular Hijau
AcakSetelah Raja Shawarman II mengangkat tiga maha patih agung, Kerajaan Menjangan Agung yang dalam tiga belas tahun terakhir sempat mengalami kemunduran mulai menunjukkan kejayaannya kembali. Sementara itu, pada masa yang sama, di dunia persilatan yang...