Sring... Sring... Sring...
Satu persatu seluruh anggota kelompok harimau mencabut golok mereka. Lalu, secara serentak mereka menyerbu ke arah Mayang Sari. Melihat itu Patih Mandala, sebagai orang yang berada di pihak yang sama dengan Mayang Sari, tidak tinggal diam saja. Dilihatnya sebatang kayu yang panjang lurus dan panjang mirip toya atau tongkat tergeletak di tanah. Kemudian pria berhidung mancung itu mengambil kayu tersebut dan menghadang gerombolan kelompok harimau yang menyerbu Mayang Sari.
Patih Mandala mengayunkan batang kayu yang di jadikan tongkat di tangannya. Sebuah ayunan menyamping dan rendah, dimaksudkan untuk menyasar kaki. Seorang penyerbu paling depan menjadi korban pertama. Dengan telak kaki kiri orang itu kena hantam batang kayu Patih Mandala. Akan tetapi orang itu tidak seketika jatuh, ia cuma hilang keseimbangan. Namun , sebelum orang itu berhasil memperoleh keseimbangan tubuhnya lagi kepalanya sudah kena pukul tongkat Patih Mandala. Orang itu pun tumbang seketika.
Penyerbu kedua sudah mengangkat golok, siap membacok. Dengan cepat Patih Mandala menggerakkan tongkatnya menghantam pergelangan tangan orang tersebut. Begitu kena golok orang tersebut langsung terlepas. Setelah itu Patih Mandala menarik kembali tongkatnya, lalu ia sodokan ke selangkangan lawan. Begitu benda 'itu' kena, ya benda 'itu', orang tersebut langsung tumbang. Melihat dua rekannya telah tumbang di tangan Patih Mandala, membuat anggota kelompok harimau yang menyerbu tidak berani bertindak sembarangan lagi.
"Kanda, ternyata ilmu silatmu bagus juga!" puji Mayang Sari dari kejauhan.
"Dinda Mayang, para kroco ini biar aku yang urus. Dinda, cukup lawan saja pria yang di sana itu!" ujar Patih Mandala. Pria di sana yang dimaksud Patih Mandala tentu saja adalah Macan Ireng.
"Baik."Setelah berkata Mayang Sari langsung melesat. Kedua kakinya dengan cepat meluncur menyusur tanah. Permukaan tanah yang kasar seolah adalah lapisan es yang licin bagi gadis berbaju putih tersebut. Mayang Sari menambah kecepatan sambil bergerak secara zigzag.
Wush...
Hanya sekejap gadis itu telah melewati Patih Mandala beserta anggota kelompok harimau yang dihadapinya. Bahkan mereka tidak melihat sosok Mayang Sari lewat dan hanya merasakan hembusan angin saja. Mayang Sari terus melaju dengan kecepatan tinggi menuju Macan Ireng.
Sementara itu di sudut sana, Macan Ireng sudah mengangkat golok. Begitu melihat Mayang Sari mendekat dengan kecepatan tinggi, Macan Ireng kontan mengayunkan goloknya. Berhembus angin kencang sejajar ayunan golok menyasar Mayang Sari. Sayangnya cara yang sama tidak berhasil pada Mayang Sari. Mengunakan kecepatannya gadis itu berhasil menghindari serangan Macan Ireng.
Macan Ireng mendengus, lalu kembali ia ayunkan golok besarnya empat sampai lima kali. Angin-angin kencang sejajar ayunan golok berhembus menyerbu Mayang Sari.
Golok sakti memotong gunung, itulah nama jurus yang digunakan Macan Ireng. Jurus itu merupakan jurus utama di perguruan dimana tiga Macan bersaudara menuntut ilmu. Inti dari jurus tersebut adalah keterampilan mengunakan golok besar yang disertai dengan tenaga dalam. Semakin tinggi tenaga dalam orang, maka semakin mengerikan jurus itu.Akan tetapi, meski masih muda Mayang Sari bukanlah pendekar sembarangan. Gelar pemuda-pemudi unggul disandang gadis itu sudah tentu didapat setelah mengalahkan pendekar-pendekar hebat lainya. Maka dari itu menghadapi serbuan angin kencang Macan Ireng, gadis itu sama sekali tak gentar. Dengan gerakan zigzag nya yang luar biasa cepat Mayang Sari berhasil meloloskan diri dari serangan Macan Ireng. Dan tahu-tahu saja gadis berbaju putih tersebut sudah berada tepat di hadapan Macan Ireng. Kemudian, ia tusukkan pedangnya ke leher Macan Ireng. Akan tetapi Macan Ireng tak kalah sigap. Melihat serangan musuh yang begitu berbahaya laki-laki itu segera menyilangkan bilah golok besarnya di depan badan.
Trang...
Bunyi benturan antara ujung pedang Mayang Sari dengan bilah golok besar Macan Ireng. Setelah serangan pertamanya gagal, Mayang Sari segera menarik pedang, lalu ia kembali menusukkannya ke paha kanan Macan Ireng. Namun, serangan tersebut hanya kena angin kosong sebab dengan cepat Macan Ireng menghindar ke belakang. Setelah itu, Macan Ireng melakukan serangan balik. Pria itu maju sambil mengayunkan golok menyamping mengincar pinggang lawan.
Melihat serangan yang begitu berbahaya, Mayang Sari segera melompat ke atas. Golok besar Macan Ireng hanya lewat saja di bawah kaki gadis itu. Di saat bersamaan Mayang Sari juga telah mengayunkan pedang menyamping menyasar leher Macan Ireng. Namun serangan itupun juga luput. Begitu melihat datangnya pedang Macan Ireng segera merendahkan badannya.
Sudah lima jurus terlewat, tapi pertarungan dua manusia ini belum ada tanda-tanda pihak yang unggul. Bahkan semakin lama semakin sengit dan berbahaya. Mayang Sari menyerang dengan mengandalkan kecepatan dan ketrampilan dalam berpedang. Sementara lawannya lebih mengunggulkan kekuatan dari perpaduan antara golok besar dan tenaga dalam.
Mayang Sari dan Macam Ireng saling bertukar serangan yang mematikan. Seperti namanya mematikan, sekali saja kena, lawan bisa langsung binasa. Mayang Sari selalu mengarahkan pedangnya ke bagian-bagian tubuh lawan yang terdapat urat nadi. Jurus pedang perusak nadi itulah nama jurus pedang Mayang Sari. Sesuai namanya jurus itu memang bertujuan untuk merusak urat-urat nadi lawan.
Sedangkan Macan Ireng menyerang secara serampangan. Meski serampangan tapi serangan pria itu sangatlah berbahaya. Perpaduan antara golok besar dan tenaga dalamnya dapat memotong pohon jadi dua, apalagi tubuh manusia. Belum lagi ayunan goloknya juga dapat menciptakan angin kencang yang dapat menerbangkan lawan.
Sret...
Setelah lewat empat jurus lagi akhirnya ada darah yang keluar. Golok Macan Ireng berhasil menggoreskan luka di lengan kiri Mayang Sari. Meski itu bukan luka yang dalam tapi darah yang keluar menodai baju putih si gadis.
End...
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Ular Hijau
RandomSetelah Raja Shawarman II mengangkat tiga maha patih agung, Kerajaan Menjangan Agung yang dalam tiga belas tahun terakhir sempat mengalami kemunduran mulai menunjukkan kejayaannya kembali. Sementara itu, pada masa yang sama, di dunia persilatan yang...