Setelah melihat Alap-alap Ireng memberi isyarat, Lembu Sura dan Bajul Wesi segera mengambil langkah mundur sepuluh tindak. Kemudian dari jarak sepuluh langkah tadi ketiganya kembali mengepung Ular Hijau dari tiga arah.
Mereka bertiga telah memasang kuda-kuda serta menggenggam erat senjata masing-masing. Namun sampai hitungan dua puluh ketukan jari tak seorangpun dari mereka yang berinisiatif untuk maju. Ketiga orang itu hanya mengamati saja gerak-gerik Ular Hijau yang berada di tengah kepungan seraya saling menukar isyarat mata. Sementara Ular Hijau sendiri juga urung untuk bertindak lebih dulu. Jadi dalam sepersekian waktu tersebut keempat orang itu hanya berdiri layaknya patung.
"Serang!"
Baru setelah seruan tersebut keluar dari mulut Alap-alap Ireng pertempuran kembali dimulai. Lagi, adalah Bajul Wesi yang memulai.
"Ular Hijau rasakan Jurus Kura-kura Melempar Cangkang milikku ini!" Pemimpin kelompok buaya itu membentak keras, lalu melemparkan perisai di tangannya. Perisai Bajul Wesi yang dilengkapi pisau lengkung pada delapan sisinya terbang rendah, sepuluh senti saja di atas tanah, mengincar kaki Ular Hijau.
Hanya saja, serangan seperti itu masih mudah dihindari Ular Hijau hanya dengan satu kali lompatan ringan. Namun, perisai Bajul Wesi memang ajaib. Setelah lewat sekitar dua puluh meteran dari Ular Hijau, perisai Bajul Wesi menukik ke atas lalu kembali berbalik menuju Ular Hijau. Kali ini perisai ganti menyasar leher lawan.
Di waktu bersamaan Alap-alap Ireng dan Lembu Sura juga sudah maju menyerang. Dari depan Alap-alap Ireng menghujamkan tombaknya ke dada Ular Hijau. Sementara Lembu Sura menyerang bagian belakang lawan dengan melayangkan tinju ke arah punggung. Tiga serangan yang teramat mematikan mengancam Ular Hijau dari tiga arah.
Meski begitu, pria yang menyandang gelar orang terkuat masa kini tersebut tidak terlihat gusar. Dengan cepat Ular Hijau mengayunkan tombak trisula miliknya. Menangkis serta membelokkan mata tombak Alap-alap Ireng yang datang dari depan sehingga mata tombak hanya kena tempat kosong.
Setelah itu ia merendahkan badannya, menghindari perisai terbang Bajul Wesi. Di saat yang sama ia angkat serta ayunkan kaki kirinya guna menepis kepalan tangan Lembu Sura. Tiga gerakan tersebut dilakukan Ular Hijau dengan teramat cepat sehingga tiga serangan mematikan yang mendekatinya dapat dipunahkan semua.
Namun, rentetan serangan Alap-alap Ireng bertiga belum berakhir. Setelah mendapatkan perisainya kembali, Bajul Wesi menyusul kedua temannya menyerbu Ular Hijau. Bajul Wesi memasang kuda-kuda serendah mungkin, sehingga ia terlihat sedang berjongkok. Kemudian ia ayunkan perisainya mengincar kaki Ular Hijau. Akan tetapi serangan itu hanya kena angin kosong sebab Ular Hijau sudah terlebih dahulu melangkah mundur.
Meski begitu, Bajul Wesi tidak berhenti. Dengan berlari setengah jongkok pemimpin kelompok buaya itu memburu Ular Hijau sambil terus mengayunkan perisainya bolak balik kanan-kiri kiri-kanan, mengincar kaki musuh. Ular Hijau pun hanya bisa terus melangkah mundur untuk menghindari serangan tersebut.
Langkah Ular Hijau terhenti ketika punggungnya membentur sebuah pohon. Sementara Bajul Wesi sudah berada di depan mata. Saat itu segera Ular Hijau mengubah cara bertarung. Tombak trisula diputar dengan cepat, lalu ia arahkan mata tombak ke kepala Bajul Wesi. Bajul Wesi pun juga lekas mengubah cara bertarung. Melihat senjata lawan mengancam kepala, Bajul Wesi lantas berhenti mengayunkan perisainya. Kemudian ia gunakan senjatanya tersebut untuk menghadang mata tombak Ular Hijau.
Trang!
Mata tombak bertemu permukaan perisai. Benda keras bertemu keras. Mata tombak trisula Ular Hijau memang tidak mampu melukai musuh, tapi akibat serangan tersebut langkah memburu Bajul Wesi dapat dihentikan.
Namun, Bajul Wesi pantang mundur. Sementara tangan kanannya yang memegang perisai menahan tombak trisula Ular Hijau, tangan kirinya yang bebas menjulur ke depan dengan kelima jari di tekuk. Lagi-lagi serangan tersebut mengincar kaki Ular Hijau.
Tahu Bajul Wesi kembali mengincar kakinya, Ular Hijau lantas melompat tinggi ke udara. Alhasil bukannya mendapat kaki, jari-jari Bajul Wesi justru kena batang pohon yang tadinya ada di belakang Ular Hijau. Seketika saja kelima jari Bajul Wesi melesak beberapa senti ke dalam pohon. Dan begitu kelima jari tadi di cabut terdapat lima lubang pada pohon tersebut. Rupa-rupanya dalam kelima jarinya itu Bajul Wesi telah memasukkan tenaga dalam, maka tak heran jika jari-jarinya begitu sakti. Lima Jari Sakti itulah nama jurus yang Bajul Wesi perlihatkan tadi. Salah satu jurus andalan pemimpin kelompok buaya tersebut.
Sementara itu, Ular Hijau yang telah membumbung di udara langsung mendapat sambutan dari Alap-alap Ireng. Pemimpin kelompok elang itu melesat cepat ke arah Ular Hijau sambil mengayunkan tombak. Ular Hijau pun juga segera mengayunkan tombak.
Trang!
Tombak kedua pendekar saling beradu di udara. Setelah itu baik Ular Hijau maupun Alap-alap Ireng kembali menarik tombak masing-masing lalu di ayunkan lagi.
Trang!
Kedua tombak beradu untuk kedua kalinya. Setelah itu adu tombak berlanjut sampai setidaknya tiga kali lagi. Meski begitu, masih belum terlihat mana pihak yang unggul dan kalah.
Trang!
Sekali lagi Ular Hijau dan Alap-alap Ireng mengayunkan tombak mereka dan beradu. Sebelum pada akhirnya momentum mereka di udara habis dan mulai melayang turun. Akan tetapi keduanya lekas mengangkat satu kaki serta saling menjejak.
Telapak kaki Alap-alap Ireng dan Ular Hijau bertemu, saling tolak, saling dorong, dan saling pijak. Kemudian keduanya melesat ke arah berlawanan sebelum mendarat di atas dahan pohon.
"Ular Hijau di darat kau memang jago, tapi di udara jangan harap!" Alap-alap Ireng memutar tombaknya sekali.
"Jurus Elang Menyambar Harimau milikku akan merobek perutmu!" Habis berkata Alap-alap Ireng melesat cepat menuju dahan tempat Ular Hijau berada.
Selama di udara Alap-alap Ireng juga terus menghentak-hentakan kedua kakinya bergantian. Dan setiap kali kaki Alap-alap Ireng menghentak kecepatan Alap-alap Ireng akan bertambah.
Jurus Elang Menyambar Harimau merupakan jurus andalan Alap-alap Ireng. Sebuah jurus yang menggabungkan antara keterampilan bermain tombak dan juga ilmu meringankan tubuh. Baik itu ketrampilan bermain tombak maupun ilmu meringankan tubuh, kedua ilmu tersebut telah Alap-alap Ireng kuasai dalam tahap yang tinggi. Maka tak heran jika Jurus Elang Menyambar Harimau miliknya begitu berbahaya. Bahkan dengan jurus andalannya itu tak pernah sekalipun Alap-alap Ireng kalah dalam pertarungan udara. Karenanya ia juga mempunyai julukan sebagai raja langit.
"Ho, jika kau berpikir begitu maka kau pasti akan celaka, sebab sekarang ular sudah berubah jadi naga." Habis berkata Ular Hijau menghentakkan tombaknya lalu ia melesat menghampiri Alap-alap Ireng.
Mungkin saking cepatnya, cuma dalam hitungan satu ketukan jari kedua pendekar itu sudah bertemu. Keduanya pun lantas menggenggam tombak masing-masing dengan dua tangan lalu menjulurkannya ke depan. Bermaksud saling menikam lawan.
Ketika kedua mata tombak hampir bertemu, mungkin cuma satu mili lagi, secara tiba-tiba Ular Hijau menggerakkan tombaknya secara spiral. Akibat gerakan itu mata tombak Alap-alap Ireng jadi berkelok arah dan sialnya arah yang di tuju hanyalah tempat kosong. Sementara mata tombak Ular Hijau terus maju menuju sasaran.
Melihat senjata musuh sudah ada di depan mata, Alap-alap Ireng segera melepas tombaknya, lalu memiringkan badan ke kiri guna menghindari mata tombak Ular Hijau. Meski telah berusaha, tapi tetap saja satu dari mata trisula Ular Hijau berhasil merobek kulit pada pundak kanannya teramat dalam. Yang terjadi selanjutnya, Alap-alap Ireng langsung jatuh ke tanah. Walaupun Alap-alap Ireng masih bisa mendarat dengan dua kaki, tapi terlihat cairan merah membasahi pundaknya bagian kanan.
Sementara itu dari kejauhan terdengar suara Mayang Sari berseru, "itu jurus kelima Jurus Tombak Naga Terbang!"
End........
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Ular Hijau
AcakSetelah Raja Shawarman II mengangkat tiga maha patih agung, Kerajaan Menjangan Agung yang dalam tiga belas tahun terakhir sempat mengalami kemunduran mulai menunjukkan kejayaannya kembali. Sementara itu, pada masa yang sama, di dunia persilatan yang...