XXXIII. Tinju Kabut Beracun

0 0 0
                                    

Alap-alap Ireng, Macam Loreng dan Wre Baranang seketika jadi kehilangan semangat setelah melihat bagaimana ketiga rekan mereka mati mengenaskan di tangan Ular Hijau. Pada momen itu juga, ketiga orang ini menyadari betapa mengerikannya Ular Hijau.

"Untung tadi aku tidak ikut maju, kalau tidak pastilah aku sudah jadi mayat," pikir Wre Baranang. "Lebih baik aku mundur saja daripada mati konyol di sini."

Pada nyatanya bukan cuma Wre Baranang saja yang berpikir untuk kabur dari pertarungan. Hal yang sama juga telah diniatkan oleh Macan Loreng. Kedua orang ini tanpa ada tanda sepakat, kompak membalikkan badan dan langsung melompat ke udara untuk kabur. Macan Loreng dan Wre Baranang kabur ke dua arah yang saling berlawanan.

"Mau kabur, ha?" Sayang kesempatan kalian kabur telah habis." Namun, Ular Hijau juga tidak ingin kehilangan mangsa. Pria berjubah hijau tersebut menekuk jari telunjuk kanannya sehingga tangan kanannya mengepal sempurna. Tiba-tiba kepalan tangan itu berubah warna jadi ungu kehitaman. Warna ungu kehitaman tersebut merambat setidaknya sampai siku.

Kemudian Ular Hijau memukulkan kepalan tangan tersebut pada udara kosong tepat ke arah Wre Baranang melarikan diri. Gumpalan asap yang juga bewarna ungu kehitaman muncul, lalu melesat cepat mengejar Wre Baranang. Sekali lagi Ular Hijau memukulkan kepalan tangannya ke udara kosong, kali ini menuju arah Macan Loreng kabur. Gumpalan asap ungu kehitaman pun kembali muncul dan mengejar Macan Loreng cepat.

"Aaaaaa!"

Di waktu yang hampir bersamaan terdengar dua suara lolongan keras. Suara-suara itu tak lain berasal dari Wre Baranang dan Macan Loreng yang telah terkena gumpalan asap ungu kehitaman Ular Hijau. Tak lama kemudian tubuh kedua orang itu jatuh ke tanah dengan kondisi hitam legam serta kering kerontang layaknya mumi. Tentu saja dua pemimpin kelompok tersebut telah kehilangan nyawanya, tepat setelah gumpalan asap ungu kehitaman mengenai mereka.

"Setan kau, Ular Hijau!"

Entah apa yang merasuki Alap-alap Ireng. Begitu melihat dua rekan terakhirnya tewas pemimpin kelompok elang itu jadi kalap. Dengan cepat ia sambar tombaknya yang berada di tanah, kemudian maju menerjang Ular Hijau. Tombak digenggam erat lalu ia hunjamkan ke dada musuh. Namun, dengan satu gerakan memiringkan badan Ular Hijau berhasil menghindari tajamnya mata tombak Alap-alap Ireng. Kemudian dengan secepat kilat tangan Ular Hijau bergerak menyambar batang tombak Alap-alap Ireng.

Begitu tangan kanan Ular Hijau mencengkram batang tombak, warna ungu kehitaman yang ada di tangan itu merembet ke sepanjang tombak. Menyadari ada yang tidak beres Alap-alap Ireng pun lekas-lekas melepaskan kedua tangannya dari tombak. Sayangnya, hal itu sudah agak terlambat. Satu tangan Alap-alap Ireng yang kanan telah terinfeksi. Pada kenyataannya warna ungu kehitaman yang ada di tangan kanan Ular Hijau adalah sebuah racun mematikan yang dapat membuat tubuh manusia hitam dan kering layaknya mumi.

Naas bagi Alap-alap Ireng yang sudah terkena racun ungu itu. Dengan cepat racun ungu itu merambat di tangan kanan Alap-alap Ireng. Mengubah tangan kanan dari pemimpin kelompok elang tersebut jadi ungu kehitaman sejengkal demi sejengkal mulai dari telapak tangan terus berlanjut ke atas. Sedetik kemudian bagian yang bewarna ungu akan berubah jadi hitam dan mengering.

Tahu jika dibiarkan racun ungu itu akan membuatnya terbunuh, Alap-alap Ireng pun melakukan hal yang teramat gila. Pemimpin kelompok elang itu mengambil golok kecil yang tersembunyi di belakang pinggang lalu dengan golok tersebut ia tebas tangan kanannya sampai pangkal.

"Ahhhh!" Sebuah lolongan keras keluar begitu saja dari mulut Alap-alap Ireng.

"Ular Hijau, kau memang setan. Bahkan jurus setan seperti ini pun kau punya!" kata Alap-alap Ireng sambil mengerang.

Ular Hijau terkekeh pelan sambil melihat tombak Alap-alap Ireng yang barusan ia rebut. Tombak itu telah sepenuhnya berubah jadi ungu kehitaman.

"Kalau begitu bukankah kita sama?" kata Ular Hijau.

"Kau dan teman-temanmu itu telah banyak membunuh orang maka sekarang terima saja karmamu!" Habis berkata Ular Hijau menghujamkan tombak di tangannya pada kaki Alap-alap Ireng. Membuat pria berjubah hitam tersebut seketika jatuh sambil mengeluarkan lolongan keras.

Lebih ngeri lagi racun yang berada di tombak langsung merambat di kaki Alap-alap Ireng. Sejengkal demi sejengkal kaki Alap-alap Ireng berubah warna jadi ungu kehitaman. Kemudian berubah warna lagi jadi hitam dan mengering. Alap-alap Ireng hanya bisa mengerang saat sedikit demi sedikit tubuhnya digerogoti racun ungu Ular Hijau.

"Dasar setan kau Ular Hijau!" raung Alap-alap Ireng dalam kondisi yang sudah setengah sekarat.

"Wah, bahkan dalam kondisi sekaratpun kau masih bisa mengata-ngataiku?" decak Ular Hijau. "Jika aku lihat lagi, kau itu sepertinya orang yang pandai, sejenis orang yang tidak akan bertindak kalau tidak ada keuntungan. Tapi kenapa kali ini kau begitu bodoh untuk menantangku?"

Alap-alap Ireng menatap Ular Hijau nanar. "Ular Hijau masih ingatkah kau peristiwa berdarah di Hutan Telaga Getih empat belas tahun silam?"

"Tentu saja, karena itulah hari dimana aku mendapatkan pedangku, pedang Mpu Jilah setelah menyapu bersih seluruh pendekar yang coba memperebutkannya."

"Adiku adalah salah satu orang yang kau bunuh waktu itu! Sejak saat itu aku selalu mencarimu untuk balas dendam. Namun rupanya jejakmu terlalu sulit untuk ditemukan. Setelah bertahun-tahun melakukan pencarian yang sia-sia aku memutuskan untuk menetap di Hutan Dedet ini dan menghimpun kekuatan. Siapa tahu akan ada hari dimana aku dapat bertemu denganmu dan membalas dendam."

"Dan hari yang kau tunggu itu akhirnya tiba?"

"Kau benar. Langit memang benar-benar baik. Setelah belasan tahun menunggu akhirnya kau sendiri yang justru masuk ke kandangku. Dengan cepat aku pun segera memikirkan cara untuk mencabut nyawamu dengan bantuan kelima pemimpin kelompok yang lain. Sebab aku sadar kalau sendiri masih belum cukup untuk mengalahkanmu."

"Rencanamu memang bagus dan terukur. Sayangnya kau melewatkan satu hal, kau terlalu meremehkan diriku ini."

End...


Legenda Ular HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang