Chapter 15 : I Miss You

584 60 11
                                    


Suasana diruang rapat cukup serius. Beberapa orang yang hadir adalah para kepala bagian dalam perusahaan, melaporkan satu persatu rencana proyek terbaru.

Pria yang duduk sendiri di kursi utama tak dapat fokus dengan jalannya rapat. Ia terus menerus melirik ke telepon genggamnya yang ia letakkan diatas meja.

Baru kali ini ia sangat berharap teleponnya bergetar yang menandakan sebuah pesan masuk. Itu hanyalah angan-angannya saja. Nyatanya tak satupun pesan masuk ke ponselnya.

Ia mencoba fokus pada orang yang sedang menyampaikan laporan dihadapannya.
Lagi-lagi ia lebih tertarik dengan telepon genggam berwarna hitam miliknya. Kertas-kertas dihadapan sudah lama ia tinggalkan dalam perhatiannya.

Ponsel yang tergeletak diam diangkatnya miring sedikit agar bisa melihat layarnya dengan jelas.
Siapa tau, ia tak sadar jika ada pesan yang masuk.
Tapi nyatanya, dia tak melewatkan satupun notifikasi karena memang tidak ada pesan yang masuk.

Tanpa sadar pria itu menghela napasnya sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada meja.

Ruangan rapat yang terdengar seseorang sedang berbicara tiba-tiba mendadak sunyi.
Ternyata helaan napas dan ketukan jari sang pimpinan terdengar cukup jelas seisi ruangan yang hadir.

Semua mata menatapnya. Namun pria itu tak menyadari jika sedang ditatap banyak mata karena dahinya ditopang dengan tangan kirinya di atas meja dan matanya terpejam.

"Emm... Maaf pak, apa ada yang salah dengan laporan ini?"

Wanita yang sedang menjelaskan laporannya bertanya dengan wajah resah sedikit ketakutan pada pria itu. Ia khawatir melakukan kesalahan dalam rencana proyek yang sudah susah payah dibuatnya.

Sayangnya, sang pimpinan yang ditanya masih belum menyadari. Pikirannya tidak berada bersama tubuhnya.

Seorang pria lain yang duduk tak jauh darinya menendang kaki sang pimpinan dibawah meja dengan kakinya yang panjang, berusaha menyadarkan pria tersebut.

Pikiran pria itu kembali pada tempatnya berada setelah dua kali ditendang oleh sahabatnya, Josh.

"Ah ya! Oh tidak, tidak! Maksudku tidak ada yang salah. Silakan lanjutkan."

Wajah resah wanita di depan tersebut menjadi lega setelah pria itu menyuruhnya melanjutkan laporannya.

Josh bertanya dengan membuat sebuah ekspresi sambil mengangkat alisnya tanpa mengeluarkan suara pada sang pimpinan.

"What?!"
Zee berbisik sambil mengangkat kedua bahu dan tangannya.

"You good?"
Josh berbisik mencondongkan badannya untuk dapat berbisik sepelan mungkin.

"I'm okay."
Zee menggeser kursinya lebih dekat dengan sahabatnya dan mencondongkan badannya untuk menjawab.

Ponsel milik Zee bergetar. Secepat kilat ia menyambar telepon genggamnya dan melihat pesan yang masuk.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Capture Your WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang