Side Story of Chapter 21

469 60 8
                                    


Sinar matahari diluar cukup terik. Namun hawa didalam terasa sungguh dingin.
Bukan karena penyejuk ruangan dalam mobil yang dipasang terlalu rendah. Tetapi karena diamnya Zee membuat suasana menjadi dingin.

Nunew tak tau harus berbuat apa untuk mencairkan suasana. Musik yang mengalun tak membantu menghangatkan keadaan.

Apakah Hia marah kepadaku?
Apakah ini karena kejadian pagi tadi?

Ia mengingat kembali kejadian sebelum mereka berangkat, dimana Zee hampir saja menciumnya dan tanpa sadar dirinya mengeluarkan bisikan yang terdengar seperti desahan.

Tapi, Hia yang memulainya.
Hia yang mendekatiku lebih dulu.
Aku... hanya tak sengaja mengeluarkan bisikan itu karena terbawa suasana.
Segala pikiran dalam benak Nunew mengatakan bahwa dirinya tak bersalah karena pria tampan itulah yang memulainya.

Tetap saja, Nunew tak tahan dengan keadaan canggung ini. Ia harus memberanikan diri memecah es yang menyelimuti mereka.

Nunew menarik napas dalam memberanikan diri bertanya,

"Hia..... Nhu minta maaf jika membuat Hia marah. Apa ini karena kejadian tadi pagi? Maaf Nhu tidak bermaksud...."

"You did nothing wrong, Nhu."

Pria tampan itu memotongnya berbicara.
Nunew tertegun dengan sanggahan pria disebelahnya yang sedang mengemudi. Ia hanya menatapnya.

Nunew kira ia akan mendengar penjelasan lanjutan dari Zee namun yang terjadi setelahnya benar-benar diluar dugaan dirinya.

Sebuah tangan hangat menyelimuti diatas punggung tangan kanannya.
Tangan tersebut mencari jalan menuju telapak tangannya lalu mengaitkan jemari mereka bersama.

Nunew hanya bisa memandang pria pemilik mobil.
Pria itu hanya fokus mengendarai dengan tangan kanannya.
Sementara tangan kirinya ada di pangkuan Nunew dengan jemari yang saling bertautan dengan miliknya.

Ribuan kupu terasa terbang dalam perut hingga mengetuk dadanya. Membuat debaran yang meronakan pipinya.

Ia membalas genggaman tangan itu dengan mengeratkan tautan jemarinya.

Tersenyum.

Kehangatan yang bersumber dari jalinan tangan mereka mulai menghangatkan suasana.

Sesekali ibu jari milik pria yang lebih besar mengelus punggung tangan pemuda yang lebih kecil tanpa melepas genggaman.

Tak ada kata terucap.
Namun, tak ada lagi hawa dingin terasa.

Nyaman.

Dan menyenangkan.

Perjalanan menuju cafe menjadi terasa cepat. Kehangatan pergi saat Zee melepas genggamannya untuk memarkirkan Porsche miliknya di area parkir cafe.

Pria tinggi itu membuka dan menahan pintu agar Nunew dapat masuk dengan mudah.

Suasana cafe sudah mulai ramai di jam makan siang.
Sebetulnya baru satu minggu Nunew tak bersua, tetapi entah kenapa rasanya sangat rindu.

Hwasa nuna, Seoham hyung, dan Jaechan datang memeluk Nunew bergantian.

Capture Your WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang