Chapter 21 : My Sanity

456 50 2
                                    


Nunew menjatuhkan dirinya di sofa ruang tamu. Salah satu tangannya memegang dadanya yang masih terasa berdebar, sementara tangan yang lain menekan pipinya.

Ia masih berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi di kamar Zee, dimana dirinya merasa terhipnotis hingga tak dapat bergerak maupun bersuara, hanya dapat mengikuti suasana.

Wajahnya ia sembunyikan dalam telapak tangannya. Ia masih bisa merasakan pipinya terasa panas. Jika melihat cermin, mungkin wajahnya sudah semerah tomat.

Berbagai macam rasa berkecamuk dalam dadanya. Ia malu, senang, namun juga bingung dan sedih.

Nunew sangat malu. Bagaimana tidak, jika saat momen mendebarkan tadi suara yang keluar dari mulutnya terdengar seperdi desahan. Memanggil pria tinggi dihadapannya.

Ia juga senang, karena Zee masih memiliki perhatian padanya. Bahkan lebih dibandingkan dengan sebelumnya.

Dan siapa yang tidak senang jika pria pujaannya memujinya cantik dengan jarak yang teramat sangat dekat?

Namun, Nunew juga merasa bingung dengan sikap Zee. Terkadang ia sangat perhatian, lalu beberapa saat kemudian ia terasa jauh.

Juga kenyataan bahwa Zee menganggapnya hanya seorang pengganti adiknya membuatnya sedih.

Nunew tak mau berharap, tapi segala perhatian dan tindakan Zee membuatnya terus merasa bahwa pria itu memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

Nunew menoleh ke arah foto wajah satu-satunya yang ada diruangan tersebut. Ia mendekatkan wajahnya dan tersenyum.

"You're so pretty."

Ia masih terus memandang foto itu. Nunew bisa melihat senyum gadis dalam foto itu terlihat menawan, namun seperti ada kesedihan dibaliknya.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan mencari dalam ponselnya. Sebuah foto hasil tangkapan Josh yang dikirim oleh Zee.

Nunew mensejajarkan foto dirinya dalam ponsel dengan foto gadis dalam bingkai. Ia terkejut.
Senyumannya dalam foto terlihat sangat mirip dengan sang gadis.

Ia tertawa dengan rasa perih di hatinya. Inikah yang membuat Zee mendekatinya?

"Ternyata, kita memiliki foto dengan senyum yang sama. Mungkin itu sebabnya Hia mendekatiku."

"Umm... Halo, aku Nunew. Senang berkenalan denganmu, Ally."

Nunew mengetuk foto gadis itu dua kali sebagai tanda berjabat tangan.

"Aku... teman Hia. Yaa.. walaupun aku tidak tau apakah Hia menganggapku teman. Tapi yang ku tau pasti adalah aku menyukai kakakmu. Ah, I even seem to love him alraedy."

Nunew kembali tertawa mendengar kalimatnya sendiri sambil menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Tetapi sayangnya, dia tidak memiliki perasaan yang sama sepertiku. He sees me the same way he sees you. Seorang adik."

Air mata membendung di sudut matanya.

"Aku pikir selama ini dia memiliki perasaan yang sama terhadapku. Perhatiannya, kata-katanya, tindakannya... Seperti yang baru saja terjadi..."

Ia berhenti sejenak

"...membuatku merasa jika aku tak bertepuk sebelah tangan. Padahal aku sudah mempersiapkan diri dan berusaha merelakan perasaannya terhadapku..."

Capture Your WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang