5. Don't Get Sick, He Said

109 12 8
                                    

Hari sudah menjelang sore ketika Juan bangun dari tidurnya. Ketika melihat ke arah jam, ternyata sudah jam 15:07 WIB. Dengan segera Juan bangkit untuk mandi dan setelahnya melaksanakan sholat Ashar nya.

Setelah selesai dengan kewajiban nya sebagai umat muslim, Juan membereskan sajadah nya, ia masih mengenakan sarung dan peci.

Tepat ketika Juan menyimpan sajadah di kursi belajar, pintu kamarnya terbuka dari luar.

"Lo sakit?" Haris datang bersama Hanni disamping nya. Memasuki kamar Juan dan duduk di kasur Juan.

Hanni meregangkan otot-otot tubuh nya, gadis dengan rambut yang di kuncir kuda itu menyimpan tas nya dilantai dan berbaring di kasur Juan.

"Aduh, capek banget dah," keluhnya.

Sedangkan Juan duduk di kursi belajar nya. Ia menatap Hanni sekilas lalu menatap Haris. "Udah agak enakan, sih," ucap Juan menjawab pertanyaan Haris tadi.

"Lo sakit apa emang nya?" tanya Hanni dengan posisi yang masih sama; tiduran di kasurnya.

"Tadi perut gue agak sakit, sih. Sekarang udah lebih enakan dipake tidur bentar."

Haris membuka tas nya lalu mengambil salah satu buku. "Nih, gue udah rangkum semua materi kemarin sama hari ini." Pemuda jangkung itu melemparkan buku nya pada Juan.

"Thanks."

Tok. Tok. Tok.

"Abang ~" Juha mengintip dibalik pintu kamar Juan.

Juan menatap Juha dan menyuruhnya untuk masuk. "Udah enakan?" tanya Juan, ia berdiri dan menyuruh Juha untuk duduk dikursi nya, sementara ia menduduki sofa kecil disana.

Juha mengangguk, matanya kemudian beralih pada Haris yang hendak memainkan handphone nya. "Haris mau jenguk Juha, ya?"

"Haa?" Pemuda itu menatap bingung pada Juha. Padahal niatnya kesini bukan karena itu. Baru saja ia akan menjawab, tapi dengusan kasar dari gadis disebelahnya yang justru menjawab pertanyaan Juha.

"GR banget, dah. Orang kita mau ketemu sama Juan." Hanni bangun dari tidurnya dan menatap Juha. "Lo kalo sakit, jangan bikin sahabat gue ikutan bolos juga, dong. Kasian dia udah ketinggalan pelajaran gara-gara ngurusin lo."

"Han, jangan mulai, deh." Juan memperingati.

"Apa? Emang bener, kan? Dia enggak separah itu, kan, sakitnya sampe-sampe lo harus 24 jam ada disamping dia."

"Udah, woi! Ngapa jadi sensi bener, dah?" ucap Haris.

"Aku beneran sakit, tau! Lagipula emang nya gak boleh aku dijagain sama kembaran aku sendiri?" jawab Juha kesal.

"Heh, udah!" Juan berdiri. "Kalian, tuh, bisa gak sih kalo ketemu jangan ribut terus? Ssshhh, aduh." Juan kembali duduk dan menekan perutnya ketika nyeri itu terasa lagi.

"Eh, eh, Ju, sakit lagi?" tanya Haris, pemuda itu menghampiri Juan, diikuti oleh Hanni.

"It's okay, santai aja, santai."

"Lo makan apa, sih?! Kok bisa-bisanya malah sakit gini?" ucap Hanni.

"Lho, Abang sakit?" Juha ikut menghampiri Juan dan berdiri disebelah Haris. Sekarang Juan jadi dikerubungi.

"Enggak-enggak, ini udah enakan, kok. Kayaknya kemarin gue salah makan aja, deh." Juan tersenyum. "Udah, elah! Santai aja, gue lagi enggak sekarat ini."

"Ngapain kalian ngumpul disitu?"

Suara Sultan mengalihkan perhatian mereka, bahkan Hanni sampai mengelus dadanya karena terkejut mendengar suara Sultan.

Unifying Imperfection [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang