Khanza mengeryitkan dahinya ketika melihat ada mobil asing yang terparkir didepan rumah nya. Karena rumah Khanza tidak memiliki halaman yang luas, jadinya mobil itu disimpan diluar, tepat didepan pagar rumah Khanza.
Gadis dengan kerudung abu-abu itu kemudian turun dari sepeda Marsha.
"Ada siapa, Za?" tanya Marsha.
"Enggak tau."
"Bang Sultan kali," sahut Jordan.
Memang rumah mereka itu berdekatan, hanya berbeda gang saja. Tadi, Khanza akan pergi ke warung untuk membeli beberapa bahan dapur. Kebetulan, ia melihat Marsha yang sedang bersepeda dengan Jordan. Jadilah gadis itu meminta Marsha dan Jordan mengantarkan ke warung depan gang, warung grosiran yang lebih murah.
"Masa, sih?" Khanza berjalan mendekati mobil itu. "Tapi beda tau, Sultan enggak pernah pake mobil ini," katanya.
"Tapi, kan, kata lo Bang Sultan mau datang hari ini, siapa tau aja dia pake mobil baru." Marsha menimpali, gadis dengan rambut yang digerai tanpa hijab itu ikut turun dan menstandarkan sepedanya.
"Bener juga, sih."
"Ini leter B, Za," kata Marsha setelah ia melihat plat nomor mobil tersebut.
"Berarti emang bener Bang Sultan," jawab Jordan, pemuda itu menahan kedua siku nya di stang sepeda.
"Kayaknya iya, deh. Ya, udah, Aza masuk dulu, ya. Kalian mau ikut masuk?"
"Gue lagi lomba dulu sama si Jojo. Entar kalo udah selesai, gue mampir, deh, ke rumah lo."
"Aza juga pingin ikutan lomba."
"Bocil kagak boleh ikutan. Udah sono masuk aja lo," ucap Jordan dengan nada menyebalkan.
"Awas aja, ya, Aza doain Jojo kalah!"
"Etdah, bocil."
Sedangkan Marsha yang melihat itu hanya tertawa lalu kembali menaiki sepedanya.
"Eh, kalian jangan lupa! Besok jadi, kan, ikut Aza ke Jakarta?"
"Jadi, lah. Calon barudak well, yeuh."
Marsha terkekeh sekilas melihat Jordan. "Jadi, Za. Kita juga udah izin, kok."
"Owkay! Besok Aza tunggu, ya!"
"Sip." Jordan menatap Marsha. "Yok, Sha. Yang kalah traktir baso Mas Parno nya."
"Oke, liat aja gue bakalan menang!"
"Aduh, aku atutj sekali."
"SEMANGAT, YA!" teriak Khanza ketika mereka sudah mulai melajukan sepeda nya.
Khanza melihat Marsha yang sudah memimpin dari depan sedangkan Jordan ada dibelakangnya sambil teriak-teriak tak terima.
Pintu rumah Khanza ternyata tidak ditutup ketika Khanza sampai didepan rumah nya, pun ada 2 sepatu disebelah sendal jepit milik Fania. Seingatnya tadi, ia sudah menutup pintu sebelum pergi ke warung. Sepertinya memang Sultan dan sepupunya sudah datang. Mengingat sekarang sudah sekitar jam delapan, pasti mereka memang sudah sampai.
Tok. Tok. Tok.
"Assalamualaikum," ucap Khanza setelah sebelumnya mengetuk pintu.
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka yang ada di dalam rumah.
Khanza menampilkan senyum nya ketika mata nya bertemu dengan sosok laki-laki yang seperti nya lebih tua beberapa tahun diatasnya.
"Kenapa lama banget? Kamu kemana aja tadi, hm?" Fania langsung menghampiri Khanza, mengambil alih plastik hitam ditangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unifying Imperfection [✓]
RandomKhanza tidak pernah tahu apa yang sebenarnya semesta rencanakan pada tiap lika-liku kehidupan nya. Selama ini, kehidupan Khanza baik-baik saja. Ia bahagia walaupun hanya bersama Bunda dan Nenek nya. Sampai kemudian, kerinduan nya yang selalu ia ras...