Dari semalam, semenjak Juan memutuskan untuk pulang ke rumah Geo karena pesan dari Juha, Khanza jadi tak bersemangat seperti biasanya. Ada banyak pertanyaan yang hinggap di kepala nya. Ada takut yang ingin ia suarakan. Ada keinginan yang ingin ia wujudkan. Dan ada rasa iri yang lebih mendominasi.
Khanza tahu, meskipun status nya kembaran Juan, tapi ia adalah orang baru dalam hidup pemuda itu. Berbeda dengan Juha yang sudah sedari kecil bersama Juan.
Maka saat Fania mengajak dirinya untuk pulang ke rumah Sofi, Khanza berusaha menutupi apa yang sedang terjadi pada dirinya. Sebisa mungkin ia terlihat baik-baik saja di depan kedua sahabat dan kedua sepupu nya yang sudah mengajak nya bercanda semenjak ia datang kesini tadi.
"Za udah, aih! Lo mau apain rambut gue?!"
Khanza tertawa, sambil mengikat rambut Sultan. "Bentar, Sultan. Bentar lagi selesai," katanya sembari tertawa.
"Sumpah, Azaaaa." Sultan merengek ketika melihat ke cermin kecil di tangan nya. Harga dirinya benar-benar jatuh jika bersama Khanza.
"Selesai! Hahahaha." Khanza tertawa melihat hasil karya nya di rambut Sultan. Pigtails yang ia buat di rambut Sultan membuat mood nya kembali lagi.
"HAHAHAHAHA."
Sontak penampilan Sultan dengan pigtails nya membuat Marsha, Jordan, dan Riki tertawa. Yang paling keras tertawa nya adalah Riki. Anak itu sampai memegang perut nya.
"BANG, SUMPAH! KOCAK BENER MUKA LO!"
Sultan memberikan bombastic side eye pada Jordan. "Ngomong sekali lagi gue usir lo dari rumah gue!"
"Ya Allah .. " Marsha menyeka air mata nya yang keluar akibat terlalu banyak tertawa. "Sumpah, Za. Ada aja ide lo."
Khanza masih belum bisa menghentikan tawa nya. Wajah nya bahkan sampai memerah.
"Istighfar, Za, istighfar," ucap Marsha dengan sisa-sisa tawa nya.
Khanza mengibaskan tangan nya ke kanan dan ke kiri. "Gak bisa —" Ucapan Khanza terjeda dengan tawa nya. Gadis itu berusaha menghentikan tawa nya dengan menutup mata dan mengatur napas.
"Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah —hhhhh," ucap nya kemudian saat tawa nya mulai mereda.
"Penghinaan banget, aih!" ucap Sultan tak terima.
"Bang, foto dulu, Bang," ucap Riki yang sudah menghentikan tawa nya.
"Jangan macem-macem lo!"
"EH IYA! Kudu di abadikan dalam moment dulu ini. Kapan lagi bisa liat Bang Sultan kek begini, kan?" Jordan menyahut, mengambil handphone nya dari saku celana dan mengarahkan kamera handphone nya pada Sultan.
"Jordan! Jangan macem-macem, lo!" Sultan berusaha menghalangi handphone Jordan yang mengambil foto dirinya.
"Ih, gapapa, Sultan! Foto dulu ya, foto, ya. Ayo senyum duluuuuuu." Khanza menahan tangan Sultan.
"Ah! Males gue males. Marah gue, nih."
"Dih, aih. Hahahahaha. Lo di video, Bang!" ucap Marsha ketika melihat handphone Jordan yang sudah merekam Sultan dan Khanza.
"JORDAAANNN!!!!!"
"Hahahaha. Halo!!! Liat, Sultan lucu, kan? Ini harus di masukin ke TikTok gak, sih? Biar Sultan viral terus kita dapet uang dari video Sultan." Khanza berbicara di depan kamera handphone Jordan.
"Guys, guys, gue temen deket nya Bang Sultan, nanti kalo kalian mau tanda tangan Bang Sultan, hubungin gue, ya. Asal gue dapet endorse-an aja. Jangan lupa nanti follow IG gue, ya! Namanya marsha titik lima. Nanti ada foto gue pake earphone abu-abu di sana, oke?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unifying Imperfection [✓]
RandomKhanza tidak pernah tahu apa yang sebenarnya semesta rencanakan pada tiap lika-liku kehidupan nya. Selama ini, kehidupan Khanza baik-baik saja. Ia bahagia walaupun hanya bersama Bunda dan Nenek nya. Sampai kemudian, kerinduan nya yang selalu ia ras...