19. Taekwondo And Shrimp

49 7 9
                                    

Hari ini, Khanza, Sultan, Marsha dan Jordan sedang berada diperjalanan ke tempat kafe yang katanya baru buka itu. Sultan bertugas menjadi pengemudi kali ini. Karena Jordan yang belum punya SIM dan anak itu juga tidak bisa mengendarai mobil, terpaksa Sultan yang harus menjadi supir dadakan mereka. Riki awalnya akan ikut, tetapi tadi teman nya datang untuk mengajak anak itu latihan futsal. Jadilah mereka hanya pergi berempat.

"Za, foto, Za."

Marsha mengarahkan kamera handphone nya pada wajah Khanza. Gadis yang hari ini menggunakan kerudung pashmina berwarna pink itu refleks tersenyum pada kamera, tangan nya membentuk huruf V yang ia simpan di sebelah pipi kanan nya.

Cekrek.

"Buset, ada suaranya gitu." Jordan yang duduk di kursi depan lantas bersuara. 

"Lupa gue silent, aih. Malu-maluin." Marsha menertawakan dirinya sendiri.

"Aza mau liat fotonya, dong." Khanza mendekat pada Marsha untuk melihat hasil fotonya.

"Orang-orang kalo di foto pasti hasil nya cantik, kenapa Aza biasa aja, ya?" ucap Khanza mengomentari hasil foto dirinya.

Marsha berdecak. "Mulai, mulai." Gadis itu merotasikan bola matanya malas. Sedangkan Khanza hanya terkekeh.

"Masih jauh gak, sih, Bang?"

"Bentar lagi juga nyampe," jawab Sultan tanpa menoleh ke arah Jordan yang tadi bertanya.

"Za, gedung tinggi nya udah keliatan, Za."

"Mana? Mana?" Mata Khanza berbinar antusias ketika mendengar ucapan Sultan. Gadis itu melihat ke depan, mobil yang mereka kendarai sudah memasuki jalanan besar.

"Wah." Khanza yang duduk dibelakang bersama Marsha, membuka mulutnya kagum ketika melihat bangunan gedung tinggi menjulang di setiap jalan yang mereka lewati.

Kanan kiri nya ada banyak gedung tinggi. Ini pertama kalinya Khanza keluar rumah setelah 2 hari berada di Jakarta. Kemarin Khanza hanya melihat gedung tinggi sebentar ketika baru sampai di Jakarta.

"Mingkem, Za." Jordan terkekeh melihat wajah Khanza.

"Riweuh!"

"Eh, Aza, Astagfirullah ... bilangin, ah, ke Tante kalo Aza ngomong kasar."

"Aza nggak ngomong kasar!" elak Khanza.

"Lah, tadi itu lo ngomong riweuh, itu kasar tau!"

"Tapi, kan, itu gara-gara Jojo ngeselin!"

Jordan berdecak. "Alah, alesan aja itu. Bilang aja lo udah berani ngomong kasar, kan?"

"IH, JOJO!"

"Jo, jangan mulai." Marsha yang sedang bermain handphone langsung menatap Jordan. Terlihat dari tempatnya duduk, Jordan sedang tertawa.

"Aduan banget, sih, bocil."

"Sha, liat, Sha."

"Berisik. Bentar lagi kita nyampe, tuh." Sultan berusaha melerai agar tidak terjadi adu mulut antara Jordan dan Khanza.

"OH! AZA LIAT KAFE NYA!" ucap Khanza dengan nada suara yang tinggi.

"Kagak usah teriak juga kali, Za."

"Apa, sih?! Jojo ngeselin banget."

"Itu Juan bukan, sih?" tanya Marsha ketika ia melihat keluar jendela.

"Lah, iya."

"Mereka udah nyampe duluan, deh, kayaknya," ucap Sultan.

"Eh, emang gapapa kalo kita ikut? Aza nggak enak."

Unifying Imperfection [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang