20. Regret

53 6 18
                                    

Cekrek.

Cekrek.

Cekrek.

"Udah belum, Jo?" tanya Marsha.

"Udah."

Jordan menghampiri Marsha, memberikan handphone milik gadis itu.

"Bagus nggak, Sha?" Hanni melihat hasil foto yang diambil Jordan di handphone Marsha.

"Bagus, lah. Siapa dulu yang foto, nih," ucap Jordan, menyombongkan diri.

"Jordan emang hebat!" puji Juha.

Keempat gadis itu sedang mengambil foto di ujung sudut kafe. Memang spot itu sengaja di jadikan untuk foto-foto. Selain tempat nya yang aesthetic, pencahayaan nya juga pas di situ.

Jordan tertawa, mengalihkan pandangan nya. "Eh, jangan gitu, dong. Gue udah ada yang punya," katanya.

"Eh?! Siapa? Aduh, maaf, ya. Aku nggak tau."

"Bercanda." Jordan terkekeh.

"Ya ampun, kirain beneran."

"Ternyata Jojo ada bakat nya juga."

Suara Khanza membuat Jordan langsung menatap gadis itu seketika. Jordan berdecak, ia berkacak pinggang.

"Sejelek itukah gue di mata lo, Za?"

Khanza tertawa, pun dengan Marsha dan Hanni yang ikut tertawa melihat respon yang Jordan berikan.

"Bakat lo, kan, cuman ngelawak doang, Jo. Jadi kita-kita kaget pas lo bisa ambil gambar sekece ini," ucap Marsha.

"Tau, ah! Ngambek, gue. Nggak berterimakasih banget lo."

"Makasih, Jojo. Arigatou, khamshannida, thank you." Khanza membungkukkan badannya berkali-kali pada Jordan.

Jordan berdecak. Detik selanjutnya ia mengulas senyum nya. "Sama-sama, bocil," ucap nya lalu segera pergi dari sana sebelum Khanza mengamuk padanya.

"Ngeselin!" ucap Khanza.

"Kalian emang selalu berantem kayak gitu, ya?" tanya Juha yang sedari tadi memperhatikan Khanza dan Jordan.

"Mereka udah kayak kucing sama anjing. Kalo sehari nggak berantem bakalan sawan kayaknya." Jawaban itu bukan keluar dari mulut Khanza, tapi dari Marsha.

"Serius?" Hanni membulatkan matanya. "Lucu banget, dah, kalian."

"Lucu darimana nya, sih, Hanni? Jelas-jelas tadi Khanza kayak ngejek Jordan."

Entah apa yang salah dengan Khanza, tetapi gadis itu merasa, Juha seperti tidak terlalu menyukai dirinya. Setelah mendengar ucapan Juha yang seperti itu, Khanza jadi semakin yakin jika gadis yang saat ini tengah menatap nya dengan tatapan yang berbeda itu memang tidak menyukai dirinya.

"Tapi mereka emang selalu kayak gitu, kok. Gue rasa, Aza nggak ada niatan buat ejek Jojo," jawab Marsha.

"Kamu bela Khanza karena dia sahabat kamu. Kamu harusnya bisa bedain mana yang ngejek dan mana yang —"

"Lo apaan, sih, Juha? Kenapa kayak nyudutin Khanza gitu?" Hanni menyela ucapan Juha, ia menatap tak suka ke arah adik sahabat nya itu.

"Eh, gapapa, kok," ucap Khanza kemudian. "Aza emang salah. Tapi Aza nggak niat ngejek Jojo, kok. Jojo itu emang ngeselin, tapi dia sahabat Aza. Jadi, Aza nggak mungkin mau ngejek sahabat Aza sendiri."

"Tuh, kan, dengerin," ucap Hanni lalu menatap Juha.

"Udah-udah! Kita balik lagi aja ke meja kita," lerai Marsha.

Unifying Imperfection [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang