"Gue pikir lo lurus, Sha."
Marsha langsung memberikan tinju nya pada Jordan setelah mendengar penuturan dari pemuda itu.
"MAKSUD LO APA, HAH?!"
"Ya —itu. Tadi kata lo, Aza bakalan ganteng kalo jadi cowok. Berarti selama ini, lo suka bayangin Aza jadi cowok, kan?"
"Eh sumpah, ya. Bang, mending lo pulangin aja, lah, nih anak. Gue gedeg banget."
Sultan hanya bisa menghela napas panjang, ia sudah lelah menghadapi kedua sahabat Khanza yang selalu saja bertengkar. Ia benar-benar takjub pada Khanza yang kuat menghadapi dua manusia itu.
"Berisik. Pengang kuping gue lama-lama."
Pandangan Sultan beralih pada Juan, Juha, Haris dan Hanni. Keempat remaja itu dengan tiba-tiba berkunjung ke rumahnya.
"Kalian ngapain disini?" tanya nya heran.
"Eh, risol saha ieu?" Jordan duduk di karpet dan langsung mengambil risol buatan Tante Sofi. Mengabaikan keempat remaja lainnya yang menatap Jordan.
Juan menatap Sultan. "Kita mau ngajakin lo ke kafe yang baru buka itu, Bang."
"Lah? Dah buka, tuh, kafe?" ucap Sultan, lalu ikut duduk bergabung bersama mereka, diikuti oleh Marsha.
"Udah. Makanya kita ngajak lo kesana. Tapi tadi kata Tante, lo lagi keluar," jawab Haris, lalu mengambil risol yang disajikan.
"Gue tadi makan bakso didepan komplek."
"Hanni, ini nomor Aza." Khanza memberikan handphone nya pada Hanni, ia duduk disebelah gadis itu.
"Thanks, Aza," ucap Hanni sembari mengembalikan handphone Khanza.
"Sama-sama."
"Eh iya, sorry, Ni. Gue lupa mau kirim nomor Aza ke lo," ucap Sultan.
"Iya, aih. Gue nungguin padahal."
"Kenalan dulu, dong, kenalan." Jordan membenarkan duduknya. Karena ia duduk didekat Haris, pemuda itu lalu mengulurkan tangan nya pada Haris.
"Nama gue Jordan, nama lo sapa, bro?"
Haris menerima uluran tangan Jordan. "Haris."
"Salam kenal, dari Jajaka Bandung." Jordan menampilkan senyum tengil nya.
"Lo serius?" tanya Haris, menatap tak percaya.
"Ya kagak, lah!"
Haris mendengus ketika mendengar jawaban dari Jordan.
"Eh, lo —aih, sumpah. Gue berasa liat Aza mulu, cuy. Lo kenapa bisa mirip banget sama sahabat gue, dah? Nama lo siapa?"
"Juan."
"Cewek disebelah lo, siapa? Pacar lo?"
Juan menghela napas panjang. Entah mengapa, pemuda bernama Jordan itu terlihat menyebalkan.
"Dia adek gue."
"Lho? Adek, toh. Tapi, kok, kayak seumuran, dah?"
"Mereka kembar," jawab Haris.
"Lah, masa? Kok nggak mirip?" Celetukan itu berada dari mulut Marsha, setelahnya gadis dengan rambut pony tall itu merutuki ucapannya.
"Mereka kembar tapi gak seiras," jawab Sultan, meluruskan.
"Nama aku Juha." Juha mengulurkan tangan nya pada Jordan, yang langsung diterima oleh pemuda itu.
"Ternyata beneran kembar, namanya aja mirip," kata Jordan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unifying Imperfection [✓]
Fiksi PenggemarKhanza tidak pernah tahu apa yang sebenarnya semesta rencanakan pada tiap lika-liku kehidupan nya. Selama ini, kehidupan Khanza baik-baik saja. Ia bahagia walaupun hanya bersama Bunda dan Nenek nya. Sampai kemudian, kerinduan nya yang selalu ia ras...