Seharusnya tadi Khanza ikut bersama Sultan, Marsha dan Jordan untuk membeli bakso yang selalu mangkal di seberang perumahan. Tetapi karena hari ini Khanza kelelahan, jadinya ia hanya diam dirumah bersama Tante Sofi dan Riki. Sedangkan Om Andra berada di Malang mengurus proyek yang akan datang.
Maka disinilah sekarang Khanza dan Riki, mereka menikmati sore nya dibelakang rumah, ditemani oleh cupang hias milik Riki.
"Teteh laper, nggak?"
Khanza yang tengah bermain ponsel sambil tidur telentang di rumput sintetis itu langsung menatap Riki. Pemuda yang dua tahun lebih muda dari Khanza itu memangku akuarium kecil yang berisi ikan cupang hias miliknya.
"Biasa aja, sih," katanya, kemudian ia langsung duduk. "Iki laper?" tanya Khanza, sembari menyimpan handphone disampingnya.
"Laper." Riki memelaskan wajahnya. Jika sedang bersama Khanza, pasti anak itu akan berubah menjadi manja.
"Ke dalem aja, yuk. Siapa tau ada makanan. Aza juga pingin nyemil."
"Let's go!"
Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah, dengan Riki yang setia membawa ikan miliknya.
Saat sampai didalam, ternyata Tante Sofi tengah menyimpan beberapa potong sayur yang sudah dibumbui ke lumpia, katanya, wanita yang sudah memasuki kepala empat itu akan membuat risoles sayur.
"Biasanya kalo Bunda suka ditambahin sewiran ayam," kata Khanza yang sudah ikut membantu Tante Sofi menggulung lumpia.
"Bunda kamu itu, waktu masih di Jakarta, selalu aja bikin risoles." Tante Sofi mulai bercerita. "Tante aja bisa bikin risoles karena Bunda kamu."
"Bunda pernah tinggal di Jakarta?"
Pertanyaan dari Khanza membuat Tante Sofi berhenti menggulung lumpia. Wanita itu tersenyum lalu menatap Khanza.
"Iya, dulu."
"Oh ... pantesan aja." Khanza menganggukkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Tante Sofi.
"Kata Jojo, Aza, kan, pingin banget ke Jakarta. Terus katanya bisa aja dulu Bunda pernah jalan-jalan ke Jakarta pas hamil Aza. Jadinya Aza kadang kayak kangen banget sama suasana Jakarta, padahal Aza sendiri belum pernah ke Jakarta, dan baru hari ini Aza ada di Jakarta."
"Teteh mau?" tawar Riki yang baru saja datang dengan keripik bawang di tangan nya, pemuda itu menyela Tante Sofi yang baru saja hendak menjawab Khanza sebelumnya.
"Mau, dong!"
Riki langsung memberikan toples berisi keripik bawang itu pada Khanza, lalu ikut duduk bersama mereka; Khanza dan Tante Sofi.
"Enak banget!" Mata Khanza berbinar setelah ia memakai satu keripik bawang.
Tante Sofi terkekeh. "Udah cocok belum Tante buka usaha keripik bawang?" ucapnya.
Khanza membulatkan matanya. "Oh?! Ini bikinan Tante?!"
"Iya, dong. Enak, kan?"
"Enak banget ini, mah! Kalo kata Raffi Ahmad, top mantap is the best!"
Tante Sofi dibuat tertawa oleh Khanza. Wanita itu kemudian memasukkan lumpia yang sudah digulung ke dalam mangkuk besar.
"Mama siapa dulu, dong?" ucap Riki, bangga.
"Tante siapa dulu, dong?" Khanza mengikuti intonasi suara Riki. Mereka berdua langsung tertawa.
"Itu mau di goreng sekarang, Tan?" tanya Khanza saat melihat Tante Sofi yang sudah berada didepan kompor yang diatasnya sudah ada kuali dan minyak didalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unifying Imperfection [✓]
RandomKhanza tidak pernah tahu apa yang sebenarnya semesta rencanakan pada tiap lika-liku kehidupan nya. Selama ini, kehidupan Khanza baik-baik saja. Ia bahagia walaupun hanya bersama Bunda dan Nenek nya. Sampai kemudian, kerinduan nya yang selalu ia ras...