Setelah menjalani serangkaian ujian tengah semester, kini Khanza sudah bisa bernapas lega. Gadis yang masih bersekolah kelas 10 itu sudah bisa menikmati hari libur nya.
Sudah ada terhitung tiga hari dari pembagian raport yang dilaksanakan disekolah nya. Khanza ini bukan siswi pintar yang selalu berprestasi. Selama bersekolah pun ia bukan siswi yang aktif ikut kegiatan sana-sini.
Setidaknya nilai Khanza masih berada terbilang sangat bagus meskipun tidak semua pelajaran berada diatas KKM.
"Nanti kamu jangan nakal dirumah Tante Sofi, ya."
Khanza yang sedang memakan tahu goreng itu langsung mengangguk ketika mendengar petuah dari Fania.
"Kalau mau kemana-mana, minta anter Sultan atau Riki. Jangan sendirian, bahaya."
"Iyaaa, Bundaaa."
"Jangan susah dibangunin kalo dirumah orang nanti. Kamu ini anaknya kalo udah tidur, suka susah buat dibangunin, pokoknya jangan bikin Tante Sofi sama Om Andra repot."
"Nanti Aza pasang alarm, kok, biar cepet bangun."
Fania yang mendengar itu mendengus kecil. "Kamu ini nggak bakal mempan meskipun pakai alarm. Bunda udah sering banget bulak-balik ke kamar kamu buat matiin alarm. Suara alarm enggak bisa ganggu tidur kamu."
Khanza mengerucutkan bibirnya. "Kan nanti disana Aza bobo nya sama Marsha, pasti nanti dia bangunin Aza."
Fania berdiri lalu mencuci daging ayam yang baru saja ia potong-potong itu.
"Kamu nanti jangan rewel kalo mau tidur," ucap Fania, suara nya sedikit teredam oleh suara air keran yang mengalir.
"Aza nggak rewel, kok."
Fania berbalik, lalu menyimpan ayam yang sudah bersih ke dekat tempat piring.
"Mana ada kamu nggak rewel." Fania menghampiri Khanza, ia menarik pelan pipi chubby anaknya. "Kamu ini kalo mau tidur, adaaa aja mau nya. Mau dikepangin, mau dibikinin susu, mau di puk puk," ejek Fania sambil tertawa.
Gadis dengan setelah piyama bermotif kartun Spongebob itu merengut sekilas.
"Tapi, kan, Aza emang nggak bisa bobo kalo nggak gitu dulu," keluh Khanza.
Fania bertopang dagu. "Ya, udah, kalo gitu kamu jangan jadi aja nginep dirumah nya Tante Sofi. Nanti yang ada kamu malah repotin mereka," ujarnya bercanda.
"Bundaaa," Khanza merengek. "Enggak mauuu, Aza mau nginep disana." Rambut Khanza yang sudah dikepang satu oleh Fania itu ikut bergerak ketika kepala Khanza bergeleng.
"Berarti nanti kamu usahain untuk bisa bobo sendiri tanpa harus ini-itu dulu. Cukup sikat gigi, baca doa, abis itu bobo."
"Mana bisa kayak gitu? Nanti meksipun Aza udah merem, tapi Aza tetep nggak bisa bobo. Kayak ada yang kurang."
Fania tertawa, wanita itu berjalan ke arah kulkas, mengambil satu kota susu strawberry lalu memberikannya pada Aza.
"Nih, abisin. Abis itu langsung bobo," ucap Fania.
"Terimakasih, Ibundaku."
Fania tersenyum menanggapi. Kemudian ia memeluk Khanza yang tengah meminum susu kotak itu dari samping.
"Nanti Bunda bakal kangen sama Aza," kata nya.
Khanza mendongak. "Kan, Aza cuman seminggu disana."
"Lama." Fania meletakkan dagunya dikepala Khanza. "Nanti selama seminggu nggak bakal ada yang minta dikepangin, minta diambilin susu, minta di peluk sama di puk puk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unifying Imperfection [✓]
RandomKhanza tidak pernah tahu apa yang sebenarnya semesta rencanakan pada tiap lika-liku kehidupan nya. Selama ini, kehidupan Khanza baik-baik saja. Ia bahagia walaupun hanya bersama Bunda dan Nenek nya. Sampai kemudian, kerinduan nya yang selalu ia ras...