"Bunda?"
Khanza sepenuhnya terkejut ketika melihat Fania ada di sini. Jejak-jejak air mata yang berada di pipi Fania membuat Khanza ketakutan. Pun dengan Fania yang tiba-tiba langsung memeluknya.
Mereka yang ada di meja itu sontak langsung berdiri. Sultan juga langsung menghampiri dan mengelus punggung Fania. Fania kembali menangis, untuk itu Sultan menenangkan, di ikuti oleh Marsha yang juga berusaha menenangkan ibu dari sahabatnya itu.
"Kak Deon?" gumam Khanza, ketika Deon datang dan menghampiri mereka.
"Lah? Bang Deon?" ucap Haris ketika Deon sampai di meja mereka.
"Abang? Abang ngapain kesini?" Juha terkejut, ia langsung menghampiri kakak pertamanya itu.
"Ini ada apa, sih?" Juan angkat suara. Pemuda itu langsung menatap Deon. "Lo ngapain ada di sini, Bang?"
Deon akan menjawab pertanyaan Juan, tetapi detik selanjutnya, ia langsung menatap Fania. Pun dengan Fania yang langsung melepaskan pelukannya pada Khanza. Wanita itu berbalik, untuk mendapati Juan yang saat ini tengah berdiri.
Juan ... anak keduanya, sudah sebesar ini. Fania tak dapat lagi membendung air matanya. Wanita itu mengeratkan genggaman nya pada tangan Khanza. Ia merasa bersalah karena sudah meninggalkan anak nya dan tidak melihat bagaimana tumbuh kembang mereka. Andai saat itu Fania bisa lebih tegas, pasti ia bisa melihat kata apa yang pertama kali di ucapkan oleh Juan. Apakah Juan mengucapkan kata mama untuk pertama kali?
"Tante Fania, ya?" Suara Juha membuat Fania menatap padanya. Kemudian, wanita itu tersenyum, lalu menghapus air matanya.
"Iya," jawabnya.
Juha tersenyum. "Akhirnya, aku bisa ketemu sama Tante. Tante sahabatnya Mami, ya?"
"Kamu ... anaknya Bella?" Ada rasa sesak di dada nya ketika Fania menyebutkan nama itu.
Juha mengangguk, ia kemudian menghampiri Fania. "Waktu itu aku pernah liat foto Tante sama Mami waktu kalian masih SMA. Kata Mami, Tante itu sahabat nya Mami yang paling baik. Tapi Mami udah lama enggak ketemu lagi sama Tante. Mami bilang, kalo aku ketemu sama Tante, tolong sampein maaf dari Mami buat Tante. Emangnya ... Mami aku pernah punya salah apa, ya, sama Tante?"
"Maksud kamu apa? Kok kamu gak pernah bilang sama Abang kalo Mami pernah bilang gitu," ucap Juan.
Juha menoleh pada Juan. "Maaf, bukan maksud aku gak mau kasih tau Bang Ju. Tapi ini permintaan Mami. Kata Mami, yang tau hal ini cukup aku doang. Makanya —" Tatapan Juha beralih kembali pada Fania. "— aku jadi penasaran. Mami emang punya salah, ya, sama Tante?"
Diam-diam, Deon mengepalkan kedua tangan nya ketika mendengar ucapan dari Juha. Itu semua tak luput dari perhatian Juan. Pemuda itu bisa melihat bagaimana mata Deon yang menyiratkan emosi kecewa dan perasaan terluka secara bersamaan.
"Nyokap nya Khanza ternyata cantik banget, ya, Ni. Pantes aja Khanza nya cantik," bisik Haris di tengah-tengah suasana yang tegang.
Hanni langsung menyikut perut Haris dengan siku nya. "Lo nggak tau kondisi banget, dah." jawab nya sambil berbisik.
"Sorry."
"Tante?" panggil Juha, ketika pertanyaan nya malah di abaikan.
Fania tak langsung menjawab, wanita itu sudah tahu bahwa tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Maka dari itu, ia hanya mengambil napas panjang, berusaha menetralkan emosi yang ada di dalam dirinya.
"Kamu cantik sekali, sama seperti mama kamu, Bella." Fania mengalihkan pembicaraan, tangan wanita itu mengelus rambut Juha.
"Jadi Tante beneran sahabat nya Mami?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unifying Imperfection [✓]
RandomKhanza tidak pernah tahu apa yang sebenarnya semesta rencanakan pada tiap lika-liku kehidupan nya. Selama ini, kehidupan Khanza baik-baik saja. Ia bahagia walaupun hanya bersama Bunda dan Nenek nya. Sampai kemudian, kerinduan nya yang selalu ia ras...