Epilog

96 7 23
                                    

Rintik hujan membasahi kota Bandung sore ini. Di hari Jum'at sore, saat bel pulang sekolah terdengar dan ketika seluruh siswa-siswi sudah keluar dari kelas, saat itu pula hujan turun tiba-tiba. Padahal sebelumnya awan tidak terlihat begitu mendung, masih ada matahari yang menyinari kota Bandung sore itu.

Salah satu dari siswa-siswi itu ada Khanza. Gadis itu terjebak hujan bersama murid-murid yang lain didepan halte sekolah. Andai saja hari ini Jordan dan Marsha masuk sekolah, pasti ia takkan sendirian meneduh diantara anak-anak kelas lain yang tak terlalu ia kenali.

"Aza!"

Khanza menoleh ketika ada yang memanggil namanya. Terlihat Jonathan yang berlari ke arahnya. Tas nya ia jadikan sebagai pelindung kepala dari air hujan.

"Belum dijemput atau mau naik angkot?" tanya Jonathan, setelah pemuda keturunan Aussie itu sampai ditempat murid-murid berteduh; di halte.

"Aza mau naik angkot, kalo Nathan kenapa belum pulang? Belum dijemput, ya?"

"Uhm, ya. By the way —" Jonathan membawa tas nya ke depan, membuka resleting nya lalu mengambil sebuah kotak dari dalam sana. "— I have this for you." Jonathan memberikan kotak kecil itu pada Khanza.

"Oh? Ini apa?" tanya Khanza, menerima kotak kecil itu dari Jonathan.

"Mm." Jonathan bergumam, sambil menampilkan senyumnya.

"Woah?! Basreng?!" seru Khanza ketika ia membuka kotak kecil nya. Didalamnya terdapat satu toples kecil berisi basreng yang sudah ditaburi bumbu.

Jonathan tertawa. "Do you like it?"

"Yes!" jawab Khanza. "Nathan beli sendiri? Kok Nathan tau kalo Aza suka sama basreng?"

"Waktu itu aku nanya sama Marsha, Aza suka apa selain sama dimsum," jawab Jonathan, lalu meringis diakhir kalimat. "Sorry, I've been presumptuous."

"Eh, gak apa-apa, kok. Nathan gak usah minta maaf." Khanza tersenyum, menampilkan deretan giginya. "Makasih, ya! Aza suka sama basreng nya!"

"Sama-sama."

Wajah Jonathan terlihat salah tingkah. Telinga pemuda itu memerah. Pun dengan mata nya yang berbinar-binar. Persis seperti anak anjing. Mungkin jika diilustrasikan di komik, telinga Jonathan akan naik turun dengan mata nya yang berkedip-kedip lucu.

Kemudian, Khanza menutup kembali kotak kecil itu, lalu menatap Jonathan. "Nathan suka nya apa? Biar nanti gantian Aza yang kasih ke Nathan."

"Aza."

"Ha?"

Sadar dengan perkataan, Jonathan reflek menggelengkan kepala. "Ah, i'm sorry, Aza. Maksud aku, apa aja. Iya, apa aja. Asalkan itu dari Aza, aku bakalan suka."

Khanza baru saja hendak menjawab, tetapi kedatangan mobil yang sangat ia kenali berhenti didepan mereka membuat Khanza menelan kembali kalimatnya. Tak lama, keluar sosok pemuda yang sangat Khanza kenali dari dalam mobil. Dengan payung yang melindungi dirinya, pemuda itu berjalan ke arah Khanza dengan tatapan dinginnya.

"Juan ... "

"Aza, ayo pulang!" ucap Juan, menarik tangan Khanza yang membuat gadis itu menjauh dari tempatnya berdiri dengan Jonathan. Juan tentu tahu siapa pemuda yang saat ini tengah menatap dirinya dengan tatapan terkejut. Ia masih ingat foto pemuda yang menyukai Khanza yang ditunjukkan oleh Marsha tiga bulan yang lalu.

"Geez, how are you?! Why are your faces so similar?!"

Menyadari kebingungan Jonathan, Khanza langsung memperkenalkan Juan. "Oh! Nathan, ini Juan. Juan ini kakak kembarnya Aza!"

Unifying Imperfection [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang