9. The Beginning Of All Wounds

55 9 6
                                    

Jakarta, September 2008.

Mata Fania menatap ke arah wanita dengan bayi perempuan yang seperti masih berumur sekitar satu bulan di gendongan nya.

"Bella? Kamu kemana aja? Kenapa baru kesini? Kamu pergi hampir satu tahun dan tanpa ngasih tau aku."

Fania menghampiri Bella, ia menuntun wanita itu untuk duduk di sofa. "Ini ... anak kamu?" tanya nya ragu.

Melihat anggukan dari sahabat nya, membuat Fania menatap penuh tanya padanya.

"Kapan kamu nikah? Kenapa enggak kasih tau aku?"

"Aku belum nikah."

Sontak pernyataan itu membuat Fania terkejut. Ia menutup mulutnya tak percaya. "Bel ... apa yang sebenernya terjadi sama kamu?"

Bayi di gendongan Bella menangis, wanita yang menjadi sahabat nya itu menimang-nimang bayi nya. "Sssttt.. bobo lagi, ya, sayang."

Setelah bayi itu tenang, pandangan Bella kembali pada Fania.

"Ini anak aku dan ... Mas Geo."

"Bel ... maksud kamu apa?" Fania memundurkan tubuhnya. "Kalo ini bercanda beneran enggak lucu, Bel."

"Aku enggak bercanda, Nia. Ini memang anak aku dan Mas Geo, suami kamu."

"Mas!" panggil Fania ketika melihat Geo yang baru masuk ke dalam rumah dengan Deon. Suami nya itu baru pulang membawa Deon jalan-jalan keluar.

Melihat wajah Geo yang terkejut ketika melihat Bella, Fania bisa melihat memang ada sesuatu diantara mereka.

Ketakutan tentang spekulasi yang ia punya membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Fakta yang baru saja ia terima membuatnya tak bisa berpikiran dengan jernih.

"Bi Ani!" panggil Geo pada ART dirumahnya. Tak lama setelahnya, wanita berumur itu langsung menghampiri majikan nya.

"Bibi bawa Deon ke kamar, ya," titah Geo pada Bi Ani yang langsung diangguki nya.

"Baik, Pak. Mari, Den, kita main dikamar."

Setelah melihat Deon yang sudah memasuki kamar nya dengan Bi Ani. Barulah Geo melangkah mendekati kedua wanita yang menatap nya dengan meminta penjelasan.

"Mas, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu sama Bella, Mas? Kenapa Bella bilang kalau bayi itu anak kamu?"

"Apa yang ada dipikiran kamu, itu memang kenyataannya." Jawaban dari Geo berhasil meruntuhkan pertahanan Fania. Wanita itu tak sanggup lagi menahan air mata nya.

"Kamu gila, Mas! Bella sahabat aku!"

"Kenapa kamu jadi marah?" tanya Geo tanpa rasa bersalah. "Kita cuman nikah karena perjodohan, Fan. Kamu jangan naif."

"Tapi kamu bilang kamu bakal belajar buat —"

"Iya, tapi itu dulu. Mau sekeras apapun kamu berusaha, kamu gak bisa bikin aku jatuh cinta sama kamu."

"Sejak kapan?" lirih Fania. "Sejak kapan kalian ada hubungan dibelakang aku? SEJAK KAPAN?!"

"Jangan teriak didepan Bella!"

Ditengah perdebatan itu mereka, diam-diam Bella tersenyum sembari menimang-nimang bayinya. Ini yang ia tunggu sedari lama. Jika tahu akan begini, ia akan melakukan nya dari ia memiliki hubungan dengan suami sahabatnya ini.

"Kenapa kamu tega ngelakuin ini, Mas? Aku baru aja lahiran minggu kemarin dan kamu —" Fania tak sanggup melanjutkan perkataannya. Ia menutup wajahnya dengan tangisan yang semakin terdengar.

Unifying Imperfection [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang