Came Without A Reason

#028 - Truth of the Story

Lagiii aku benaran makasi dan banyak makasi banget sama yang udah baca..

--------

Pelukan hangat itu benar-benar hilang. Tergantikan dengan kenangan tak kan terlupakan. Melekat dan dekat didalam hati. Ikhlas adalah perjalanan panjang dari sebuah kerelaan—,Lavender

--------

"Lalu siapa yang mempengaruhi Mike, dad?" tanya Valerie setelah menyeka air matanya.

Chris diam. Sorot mata penuh luka dan amarah juga penyesalan terlihat didalam sana. Mata biru pekatnya menajam lalu melembut ketika ia kembali menatap Valerie.

"Keira..." Ucap Chris.

Kedua tangan Valerie menangkup mulutnya sementara tubuhnya terhuyang kebelakang—refleks dari keterkejutan yang tak terkira. Tapi kenapa Keira? Apa hubungnya dengan Keira? Namun pertanyaan itu hanya mengitari isi pikiran Valerie. Seolah seperti cenayang—Chris mengetahui apa yang ada dalam pikiran Valerie—menantunya.

"Dua puluh satu tahun lalu. Kecelakaan yang sudah direncanakan. Pohon tumbang yang sudah disiapkan. Ini bukan tentang persaingan antar bisnis. Tapi seorang pria yang terobsesi dengan mommy. Dia—ayah Keira yang sebenarnya." jelas Chris menjawab isi pikiran Valerie.

Kening Valerie berkerut bingung, alisnya nyaris menyatu. Mike benar! Ini adalah benang kusut yang harus segera diluruskan.

"Keira memalsukan identitasnya. Dari awal aku sudah menentang hubungan Mike dan Keira. Tapi—Mike sangat mencintai Keira. Dia menentang ku. Mau mengambil alih Walton Sky dengan syarat dia bisa menikahi Keira. Sialnya! Aku baru tahu identitas Keira yang sebenarnya satu hari setelah pernikahan mereka."

"Tapi kenapa dia memalsukan identitasnya dad? Lalu hubungannya Keira dengan kecelakaan dan juga ayah Keira yang sebenarnya?"

Chris paham ini sangat membingungkan dan rumit. Wajar saja Valerie memiliki banyak pertanyaan padanya.

"Ayah Keira sangat terobsesi dengan Aleysa. Kami berpacaran cukup lama, tapi Charles tidak peduli meskipun Aleysa terus menolak. Dia menikah karena dijodohkan dengan Ibu Keira yang juga seorang dokter." cerita Chris mendaratkan bokongnya di sofa empuk yang sudah siap menampungnya.

"Rumah tangga itu tidak berjalan baik sehingga perceraian terjadi. Bagi Charles, Jika dia tidak bisa mendapatkan Aleysa. Membunuhnya adalah jalan terbaik. Karena tidak ada yang bisa memiliki Aleysa. Selain itu memang perusahaan kami terus bersaing. Benci itu semakin dalam ketika Walton Sky perusahaan kita naik tinggi dan rumah tangga kami tetap harmonis. Secara kebetulan, mobil yang dihindari Aleysa saat itu dikendarai oleh Keira dan dua orang temannya. Mereka masih dibawah umur dan dalam pengaruh alkohol." helaan napas berat terdengar menyesakkan. Chris mampu setenang ini menceritakan kejadian masa lalu. Memberitahu Valerie semua kebenaran yang terjadi yang membuat situasi saat ini memburuk.

"Ini kesalahan ku tidak bertindak lebih awal. Pikiran ku terlalu pendek karena berharap Mike akan lebih dariku. Seharusnya aku menyelesaikan ini sejak dulu." lirih Chris menatap nanar meja yang tertonggok di depannya.

Tenggorokan Valerie terasa tercekat. Kepalanya berdenyut setelah mendengar cerita Chris. Tidak ada yang harus disalahkan atau menyalahkan.

"Ini bukan salah daddy. Daddy sudah melakukan yang terbaik. Bahkan sangat baik. Daddy adalah panutan Mike. Matanya selalu memancarkan kebanggan saat menceritakan daddy. Kita perlu menyelesaikan ini semua. Membuka benang kusut perlahan." ucap Valerie tersenyum pada Chris. Tatapan Chris selalu sulit ditebak.

"Bisakah daddy meminta satu permintaan pada mu, Valerie?"

"Apapun, dad." jawab Valerie.

"Sebelum Mike menyelesaikan ini semua. Bujuk dia mengunjungi terapi. Daddy akan memberikan nama dan alamat psikiatri terbaik. Daddy mempercayai Mike, tapi dia harus benar-benar lepas dari pikiran yang tidak pernah ada."