[17] Unknown Picture of Us

188 25 13
                                    

"Gue tanya satu-satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue tanya satu-satu. Jawab jujur. Ada yang inget kapan foto ini diambil?" Sebuah kalimat interogatif membuat sekeliling meja melirik pada Alodya. Hanya tersirat satu sorot mata yang sama; kebingungan. Setelah itu mereka hanya bisa menggelengkan kepala.

"Daripada itu, kita aja gak pernah ngumpul apalagi seakrab itu sampe foto bareng. Tapi lihat, senyuman kita yang canggung bisa jadi kita kumpul cuma karena suatu alasan." Gema menambahkan pendapat.

Keheningan melanda meja ujung terlalu lama. Suara gesekan antara sendok dan piring seolah tertimpa jauh dengan suara yang terdapat dalam pikiran. Aneh. Padahal sebelum itu semuanya terasa baik-baik saja.

"Tapi di foto ini gak ada William," ucap Khalil setelah meneliti benda tersebut untuk yang kesekian kali. "Kamera dipegang sama Liz, jadi otomatis gak ada orang yang motoin kita, kan?"

Memang William tidak terlihat di foto itu, jadi dia pikir tidak ada alasan untuk mencurigainya. Ditambah tiga foto lain yang perbedaannya hanya mengubah gaya tangan dan raut muka dari masing-masing sosok di balik kamera.

Tapi, tunggu, William merebut lembar foto tersebut dari tangan Khalil dan segera membalikkan untuk melihat lebih jelas tulisan yang ia lihat sekilas tadi.

"Tanggal 30 Juli 2022, merayakan peringkat kita yang masuk top lima paralel," ucapnya mengulang kembali tulisan yang tertera di balik foto. Ia meletakkan di tengah meja.

Mendengar kalimat tersebut, Liz mendadak terpikirkan sesuatu. "Pelipis kiri gue luka." Ia memberanikan diri menatap sekeliling meja. "Virgi yang mukul gue pake piala. Tapi pengumuman ranking tuh 20 Juli, kan? Aneh banget kita rayainnya malah sepuluh hari setelah itu."

William mengangguk. "Yang anehnya, Kak Virgi udah jelas-jelas dapet peringkat satu tapi gak gabung sama kalian."

"Mungkin gara-gara konflik antara Virgi sama Liz?" tebak Gema. "Tapi yang paling aneh tuh, ya, ingetan kita seolah kehapus selama kasus pembunuhan itu."

"Wait," ujar Khalil memejamkan mata sebentar. "Di situ tanggalnya 30 Juli, terus Virgi dibunuh sekitar tanggal 4 Agustus. Berarti foto itu diambil waktu Virgi diumumin hilang. Al, pendapat lo gimana?"

Sekujur tubuh Alodya terasa beku. Padahal pertanyaan itu tidak sesulit memecahkan rumus Fisika ciptaan ilmuwan yang membutuhkan waktu lama untuk berpikir. Ketika mata batin merekonstruksi kejadian masa lalu terkait kasus itu, digali lebih dalam, ternyata simpulan yang akan ia katakan pada Khalil waktu itu belum sempurna seluruhnya.

Saat sampai pada suatu kejadian, jauh setelah itu, Alodya akhirnya sadar. Entah mengapa satu dari banyaknya sistem tubuh seperti sulit untuk dijangkau. Padahal Alodya tahu benar kalau keinginan otaknya setiap saat akan memberi informasi sesuai.

"Dipikir-pikir, informasi yang hilang dari otak kita bukan selama seminggu atau dua minggu, tapi tiga minggu sebelum Virgi dibunuh." Begitu simpulan Alodya dari diskusi malam hari yang mereka bicarakan. "Intinya, ingatan kita dihapus selama kasus pembunuhan itu."

DEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang