Setengah semester sudah berlalu.
Menurut sebagian siswa Intellegend, masa keemasan sekolah tentunya ada di semester ini. Para siswa tidak perlu bertempur dan memutar otak demi tercipta nilai tinggi. Peraturan ini mengukir nama Intellegend pada kandidat pertama sebagai sekolah terbaik di seluruh pulau Indonesia sekaligus citranya langsung melesat tinggi karena prestasi membanggakan yang diraih murid terpintar seangkatan.
Berita mengenai peraturan ini sudah tertulis di berbagai artikel berita ternama. Diagungkan, dihormati, disegani betapa adilnya cara pihak sekolah demi memperingati kematian muridnya.
Tanpa tahu bagaimana persis para siswa di sana yang masih bertarung dan mati-matian untuk bertahan meski aturan itu ditiadakan.
Rantai kekuasaan yang diagungkan memang berpatok pada peringkat, tetapi ada pengecualian jika penghuni posisi peringkat atas tersebut memperlihatkan sisi kebodohannya. Seperti Arga sebagai pelaku kebakaran yang menempati peringkat 11.
Lelaki yang mencangklong ransel di satu pundak itu berbalik badan, memindai kumpulan siswa di area sekolah termasuk teras lobi utama dan jendela kelas yang kompak memusat arah pandangan menuju satu siswa. Kalimat kebencian serta sumpah serapah menusuki telinga seiring langkah itu hampir mencapai gerbang utama.
"Beban sekolah gak pantes belajar di sini!"
"Bener, tuh. Pindah aja sekalian!"
"Gak malu lo ngerusak properti sekolah?"
"Dikira keren kali, ya?"
Arga menghentikan langkah. Tepat sedetik kemudian, mulut mereka otomatis terbungkam rapat.
Dilihatnya kembali para kumpulan manusia berbalut almamater hitam-merah itu. Matanya terpancar penuh amarah. "Peraturan gila yang manfaatin kematian siswa demi naikin reputasi sekolah." Ia tertawa sarkastik, sesekali meringis sebab luka tonjokan terbuka di ujung bibirnya. "Ditambah hukuman baru yang pasti gak bakal lama ini bikin semua siswa saling serang buat ngejatuhin nilai. Lo semua pada sadar, anjing! Si kepsek sialan itu sengaja bikin nilai kalian turun!"
Semua siswa memandang dengan tatapan yang sama.
Sedangkan satu siswa yang tubuhnya dipenuhi bekas luka itu masih memertahankan posisi sebelum berbalik arah. "Good luck, then. Selamat mertahanin nilai palsu itu."
Suara sorakan kembali terdengar. Sedang objek yang disoraki sudah keluar dari area sekolah seakan hanya dia yang selamat sebelum terjadi peperangan besar.
Mencapai detik terakhir, video berdurasi 2 menit itu berhenti. Empat siswa di ruangan yang sama kembali duduk di kursi masing-masing. Video itu menempati posisi teratas di laman komunitas Intellegend yang mana tiap detiknya dibanjiri komentar dan reaksi. Gema yang menunjukkan video tersebut mematikan ponselnya, lantas menatap satu per satu penghuni ruangan.
"Udah fix bukan Arga yang ngebunuh Virgi," celetuk Gema memecah hening. William yang duduk di paling ujung mengangguk setuju, kemudian matanya mengarah pada Alodya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEXTER
Misteri / ThrillerPernyataan kelima siswa yang dicurigai sebagai pelaku pembunuhan peringkat satu paralel membuat penyelesaian kasus menjadi makin rumit. Pasalnya, dalam pengakuan tersebut diceritakan kalau sebagian ingatan mereka hilang semenjak beberapa minggu sebe...