Kehidupan kadang terlalu abu-abu untuk semua orang, yang hanya pasti adalah rindu kepada seseorang, menahan hati untuk tidak lagi merasakannya adalah hal yang terburuk.
Di sudut ruangan ini, Ia meringkuk menangis menahan rasa yang sulit untuk Ia wujudkan, Ia terjebak dengan semua hal yang mungkin akan membuatnya menyesal di kemudian hari.
Ruangan megah ini tidak sekalipun membuatnya bahagia, uang di atas kasur itupun hanya sebuah benda semu pemuas nafsu duniawi, ternyata Ia salah tentang uang bisa membeli segalanya, Ia salah tentang jika harta bisa membuatnya bahagia.
"Sorry. "
Takut, bahkan Ia menjaga dirinya untuk itu, namun hari ini, Dia harus merasakan sakitnya menjadi seseorang yang hina.
"Saya mabuk, seharusnya Saya tidak melakukan itu kepadamu. "
"Iya, "
"Saya keluar, jangan katakan pada siapapun, "
Dia keluar, seperti tidak pernah terjadi apapun, seperti luka ini harus dirinya simpan sendirian.
Kali pertama, namun kejutan seumur hidup untuknya, bagaimana Ia akan menjelaskan dirinya nanti kepada semua orang jika Dia tidak lagi utuh.
CCTV, hanya itu yang bisa Ia jadikan bukti, namun akan dirinya pastikan untuk saat ini, hanya dirinya dan Tuhan yang tau tentang hal gila ini.
Gawainya berdering, ada nama Irin di sana, entahlah bagaimana jadinya, Ia tidak ingin siapapun tau hal gila ini nantinya.
"Bec, di mana? Mau hang out gak?" Suara dari seberang panggilan membuatnya tak mampu menahan air mata, Ia takut, takut sekali.
Lama terdiam, Becky memilih untuk mematikan panggilannya, Ia menangis lagi, membenamkan dirinya di dalam selimut tebal ini, Ia hanya berharap ini semua mimpi buruk.
🔻🔺🔻
Hiruk pikuk Jakarta terasa membuatnya muak, pembukaan restoran barunya, dengan banyaknya penjilat berkeliaran untuk mendapatkan perhatiannya benar-benar terlihat menjijikan.
Alkohol dan para penari berkeliaran di hadapannya, namun tidak sedikitpun mampu mengambil alih perhatiannya.
"Selamat untuk restoran barunya Ibu Freenky, gila ini bahkan udah restoran kesekian yang tetap menjadi primadona. "
Freen tersenyum, menjabat tangan laki-laki yang berada di hadapannya, hatinya tidak lagi di sini, berkelana entah kemana, karena ini terlalu bising untuknya yang butuh tenang.
"Matt udah dateng?" Bisik Nam.
"Belum, "
"Ya udah, "
Sibuk tersenyum dan menjabat tangan para koleganya, membuat energinya terkuras, Ia benar-benar ingin pergi dari sini setelah acaranya selesai.
"Hubungin Becky, apa Dia masih di apartemen? Nam Kamu mending carikan apartemen baru untuk Becky, karena tempat itu adalah hadiah dari Matt, dan pasti laki-laki sialan itu memintanya kembali nanti jika Aku menceraikannya. "
"Kau serius? kalau menceraikannya bisnismu akan bermasalah. "
"Semua atas namaku, bagaimana bisa bermasalah. "
"Kau lupa siapa Dia, sudahlah Freen, Kau bisa menikmati keduanya kenapa harus memilih. "
"Tsk, Aku harus memilih, hidup dalam rasa bersalah Aku tidak mau. "
"Kau tidak membohonginya, lalu kenapa? Dia saja yang tidak mendengarkannya, Aku sudah mengatakan jika Aku tidak mencintainya, berulang kali, Kau pun mendengarnya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL ME (Freenbecky)
Short Story(GXG⚠️) Sometimes peace comes with a lot of goodbye.