Tujuh

4.6K 452 16
                                    

"Mana uangnya?"

Tidak ada sambutan yang hangat untuknya, tidak ada basa-basi yang mampu menenangkan pikirannya, Ia bak mesin uang yang diperas sedemikian rupa.

Lelaki itu tidak berpikir bagaimana kerasnya hidup untuknya, mencari pundi-pundi untuk memuaskan nafsu dunia, kali ini Ia harus menanggung puluhan juta dari keserakahan yang sang Ayah lakukan.

"Becky mana uangnya, Ayah gak ada waktu. "

Tangannya bergetar, di dalam amplop yang Freen berikan ada uang 10 juta rupiah, yang maksud hati akan Becky serahkan langsung kepada rentenir itu, namun kepalang ketahuan, Jo mengambilnya paksa, tidak peduli dengan ini semua.

"Yah, itu untuk bayar hutang, keluarga Kita diteror karena itu, Aku resign dari resto, pesangonnya Aku gunain buat bayar hutang Ay..

Menampar gadis malang itu dengan keras, Becky terhuyung cukup jauh dari tempat awalnya berdiri, ujung bibirnya pecah, mengeluarkan darah segar di sana, Ia meringis saat tangannya kembali di tarik, belum sempat berdiri dengan baik tendangan itu mengenai perutnya, memuntahkan kembali darah yang kesekian kali banyaknya.

"Anak gak berguna, dikasih kerjaan enak malah keluar, Ayah gak mau tau, cari lagi kerjaan yang gajinya lebih besar, kalau perlu jual tubuh Kamu untuk dapet uang, "

"Tapi Aku gak nyaman dengan dunia kerjannya Yah. " ucap Becky terbata.

"hidup itu hanya butuh uang jangan naif jadi orang, gak peduli nyaman atau tidaknya, sialan. "

Kaki kanannya menendang kembali tubuh sang anak, Becky tidak lagi mampu bergerak, Ia hanya pasrah dengan apapun yang Ayahnya lakukan.

"Ayah, hentikan. "

Suara itu, Ia merekamnya dengan jelas, Kaffa memohon untuk itu, karena terakhir kalinya Ia membiarkan semuanya terjadi, Mereka harus kehilangan sang Ibu di tangan Ayahnya sendiri.

"Ayah bakal bunuh Kakak juga kalau kayak gini. "

"Minggir Kamu, anak gak tau diri itu harus dikasih pelajaran. "

"Bagian mana Kaka gak tau dirinya Ayah? Selama ini hanya Kakak yang nyari kerja dan biayain Kita. "

Tidak hanya kepada Becky, tamparan itu juga melayang bebas pada pipi kiri adik lelakinya itu, rasa takutnya Ia lawan, namun akan selalu kalah dengan kekerasan fisik yang Ia terima, dan berakhir kembali tidak bisa menyelamatkan apa yang harus Ia selamatkan.

Jo menginjak tangan Becky, Ia memaki gadis itu lagi, mengancamnya jika tidak mendapatkan pekerjaan lainnya, hidupnya tidak lagi tenang.

"Ingat kata Ayah, jangan macam-macam Kamu Bec. "

Becky menangguk sembari meringis sakit, kepalanya pusing, perutnya sakit luar biasa, muntah darah itu masih mengalir di mulutnya, namun lelaki separuh baya itu seakan tidak peduli, memilih meninggalkan Mereka yang penuh rasa takut dan amarah.

"Kak, bangun. "

Kaffa menangis, selalu akan berakhir seperti itu jika menyangkut sang Kakak, tangan yang lebam, pipi yang memerah, luka di ujung bibir, darah segar yang keluar, mengingatkannya saat di mana Ia mendapatkan Ibunya meregang nyawa, persis seperti yang terjadi kepada Becky.

"Ke rumah sakit ya Kak. "

Gelengan lemah itu sebagai jawabannya, tangan Becky menggenggam tangan kanan Kaffa dengan erat, matanya liar menatap setiap bagian tubuh sang adik, Ia hanya takut Kaffa terluka sama sepertinya.

"Kamu luka Kaf?"

"Kak. "

"Pipi Kamu merah, Kakak obatin ya. "

HEAL ME (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang