Lima belas

4.6K 462 47
                                    

Isak itu kadang terdengar begitu pilu, Freen tidak benar-benar terlelap dengan baik, Ia masih merekam apa yang Becky lakukan dengan mata yang terpejam.

Luka lebam itu menyakitinya, membuatnya tidak berhenti meringis sakit, ingin sekali membantunya, tapi Becky seakan memiliki tembok besar yang menghalangi siapapun untuk masuk ke dalamnya.

"Kau tidak tidur?"

Freen masih melihat bagaimana Becky mengusap air matanya dengan cepat, menatapnya seakan tidak terjadi apapun.

"Ini, ini mau tidur kok. "

"Aku mau peluk, ngantuk banget. "

Becky terdiam sejenak, lalu mengangguk setelahnya, Freen tidak tersenyum atau mengucapkan apapun, karena dirinya tau Becky sedang terluka, yang Ia butuhkan hanya tenang, itu saja.

Dalam pelukan itu, Ia benar-benar merasa aman, walaupun tangisnya menjadi tidak lagi mampu Ia tahan, Freen masih tidak ingin menanyakan apapun, membiarkan Becky tenang dengan semua gejolak emosi yang ada.

Membalikan tubuh Becky, membuat gadis yang tengah menangis itu menghadap penuh kepadanya, Freen menatapnya lamat-lamat, tidak juga berbicara, menikmati semua kesedihan yang ada di hadapannya.

Lama terasa, Becky kesulitan mengatur nafasnya, yang Freen lakukan hanya mengusap punggungnya, membiarkan tenang menghampiri gadisnya.

"Freen?"

"Hmm?"

"Kau mau menikmati tubuhku?"

Kening gadis berambut coklat panjang itu mengerut kebingungan, Ia cukup terkejut saat bibir Becky menempel dingin di lehernya, bohong jika tidak ada gejolak nafsu apapun yang Freen rasakan sekarang, namun tidak waktu yang pas untuk Mereka melakukan itu.

"Bec. "

"Bayar Aku, Kau bisa memakai Aku seharian, sampai Kau puas. "

"Apa maksudmu. "

"Aku butuh uang, Aku menjual tubuhku, Kau ingin bercinta denganku? Aku akan melakukan apapun yang Kau inginkan Freen. "

"Stop Becky. "

Melepaskan pelukannya, namun Becky menahannya, mata itu benar-benar frustasi menatapnya.

"Lepas Bec. "

"Aku mohon Freen. "

"Tidak. "

Meninggalkan Becky begitu saja, Ia bahkan keluar dari unit apartemen miliknya dengan kesal, Freen hanya menginginkan Becky menjadi sugar baby nya, bukan berarti gadis itu harus menjual tubuhnya begitu saja.

Sementara itu Becky kembali menangis, entah apa yang harus Ia lakukan, dua jam lagi adalah waktu tenggang, ancaman itu benar-benar membuatnya takut, Ia tidak akan mengorbankan adik-adiknya untuk membayar hutang sang Ayah.

Seakan ada harapan, saat pintu itu kembali terbuka, namun senyumnya redup seketika saat melihat lelaki yang dengan kondisi separuh sadar karena labuk memasuki apartemen mewah itu.

"Tu---tuan. "

"Kau...

Matt, lelaki yang bahkan bukan kali pertama berada dalam posisi ini bersama Becky, bahkan gadis itu sudah hina di bawah kungkuhannya beberapa waktu yang lalu.

Becky tidak memiliki tenaga saat tubuh penuh dengan bau alkohol itu mendorongnya ke sofa, mencumbunya dengan kasar, semua anggota tubuhnya memberontak sempurna, namun kekuatannya kalah besar.

Bajunya di lucuti paksa, tubuhnya dicumbui kasar, Becky berteriak berulang kali namun tidak satupun hal yang bisa menolongnya.

Matt memaksa miliknya masuk ke dalam milik Becky dengan keras, tangisan pilu itu bahkan tidak membuat lelaki itu menghentikan aktifitasnya.

"Sa---kit, berhenti. "

Seakan tangisan itu membuatnya tambah bergairah, Matt menggerayangi tubuh Becky dengan kasar, mencium bibirnya paksa, mempercepat gerakan di selangkangannya, menusuk dengan keras tidak peduli gadis itu menyerah karena rasa sakit yang Ia dapatkan dari ini semua.

Kepala gadis itu terbentur dengan keras saat dirinya memberontak, Matt mencekik lehernya membuat Becky sulit untuk bernafas, Ia benar-benar gila saat puncak sensasinya sampai ke ubun-ubun, tubuh lelaki itu bergetar saat Ia mengeluarkan cairan putih pekat itu ke dalam rahim gadis malang yang tepat memohon di bawahnya.

"Mattew. " teriakan bahkan tendangan itu berhasil merubuhkan lelaki itu, Becky mengenal suara nya, tapi tak lagi mampu melihat rupanya, Ia kesakitan, tubuhnya lemah, Ia benar-benar hampir kehilangan kesadarannya.

"Brengsek, "

Menarik rambut lelaki yang sudah bertelanjang sepenuhnya itu, Ia tidak bisa melawan saat dengan keras Freen membenturkannya ke meja batu hingga membuat Matt pingsan seketika.

"Bec, astaga, maaf, pakai baju ya, Kita visum, Aku akan melaporkan pria sialan ini ke polisi. "

Memakaikan baju Becky yang bahkan sudah robek itu kembali, ini salah Freen, karena masih membiarkan Becky tinggal di apartemennya dan Matt, yang bahkan lelaki itu masih memiliki akses penuh untuk unit ini, seharusnya Freen sudah memberikan unit baru untuk Becky, yang bahkan sudah Ia beli jauh-jauh hari.

Menggendong tubuh malang itu dengan lembut, Freen panik saat ringisan demi ringisan terdengar menyakitkan, darah yang keluar dari alat vital Becky membuatnya berteriak frustasi.

"Maaf, Becky, maaf. "

"Lapor polisi, di unit Saya ada Matt, yang baru saja memperkosa sahabat Saya, ambil buktinya di cctv, Saya berikan Kalian akses untuk itu. "

Semu keamanan apartemen bergerak cepat, Freen tidak peduli dengan pamor Matt, laki-laki itu cukup membuatnya emosi saat ini, Ia tahu konsekuensinya, namun Matt harus mendapatkannya.

"Freen. "

"Bec, tunggu sebentar. "

"Takut. "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HEAL ME (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang