Enam belas

4.6K 457 33
                                    

"Maaf, dengan berat hati Kami katakan jika bayi yang pasien kandung tidak bisa diselamatkan. "

Setiap kata itu berputar rusak di kepalanya, apa yang Freen lewatkan beberapa waktu ini, kenapa Ia seperti kehilangan episode penting yang seharusnya Ia ada di sana dan menontonnya.

Siapa orangnya, apakah Matt?, apakah lelaki itu melakukannya tidak sekali dua kali dengan Becky?, kenapa ini terdengar gila?, dan masih banyak kenapa lainnya yang mendadak menjadi pertanyaan untuknya.

"Apakah Ibu adalah Ibu Freenky?, "

Dua orang dengan seragam bebas, namun kartu identitas di tangannya membuat Freen mengangguk tegas, Ia tidak akan memberi ampunan apapun untuk pelaku, walaupun itu suaminya sendiri.

"Apakah sudah dilakukan pemeriksaan visum terhadap korban. "

"Belum Pak, Becky baru saja mendapat penanganan dan kemungkinan akan dikuret. "

"Pasien keguguran. "

"Iya. "

"Baiklah, Kami akan menunggu laporan dan barang bukti yang lengkap, agar semua pemeriksaan ini bisa berjalan dengan lancar. "

"Baik Pak, "

Freen yakin, dengan kekayaannya Matt akan membungkam mulut semua aparat itu, namun demi apapun, Freen tidak akan membiarkan Matt lolos begitu saja.

Semua orang sudah berlalu, hanya kembali Ia tinggal sendiri di lorong menakutkan rumah sakit ini, Freen mencengkram tangannya dengan amarah yang memuncah, Ia bahkan tidak tau kenapa Ia seemosi ini terhadap semua hal yang terjadi kepada Becky, walaupun tidak seharusnya Ia seperti itu.

"Freen, sorry Aku telat. "

"Nam, urus surat perceraian Ku bersama Matt. "

"Freen. "

"Urus, "

Nam tau, semua hubungan Freen dan Matt adalah omong kosong, tidak ada rasa cinta dari wanita dingin itu untuk lelaki malang itu.

Brankar itu berjalan pelan di hadapannya, wajah pucat Becky memenuhi pandangannya, Freen meneteskan air matanya, entah untuk apa dan mengapa, hatinya hancur ketika melihat itu semua.

"Kau jaga Becky, akan Ku bunuh Matt dengan tanganku sendiri. "

Nam bahkan tidak sempat menghentikan Freen, wanita yang tidak akan pernah bisa diikat amarahnya, lebih baik membiarkan apapun yang Ia lakukan dari pada membuatnya ikut menderita.

Mobil sport putih itu melaju di atas rata-rata, rautnya dingin, matanya merah penuh amarah, rahangnya mengeras sempurna, sekelebat ingatan tentang bagaimana Matt menikmati tubuh gadis malang itu membuatnya muak, Becky sudah cukup hancur, kenapa harus ditambah lagi dengan semua hal gila ini.

"Di mana si brengsek itu?"

Tangannya mengepal sempurna saat tau penjelasan bodoh ini, uang mampu membeli keadilan, hukum yang tidak tau lagi bagaimana rasa adil harus berjalan, ternyata puluhan juta rupiah bisa membunuh hati nurani.

"Lacak mobilnya, Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri. "

Kematian, atau kehilangan tidak menjadi masalah besar untuknya, Freen benci seseorang yang menggunakan kekuasaannya untuk menindas orang yang lemah.

"Cempaka putih Safana sutera no 23. "

Freen memacu kendaraannya, itu rumah yang Matt belikan untuknya, mungkin sedikit bermain, Ia akan memghilangkan nyawa lelaki sialan itu.

"Datang dan tembak Dia, atau apapun yang bisa mencelakainya, cuci tangan yang bersih, ingat hapus semua jejak digital Kita, Aku tidak ingin Kau tertangkap. " panggilan itu Ia matikan, hilang atau mati?, yang penting harus lenyap hari ini.

Freen tersenyum miring, ini tidak akan lagi Ia sia-siakan, selama ini Ia hanya tidak punya alasan untuk lepas darinya, ternyata Tuhan jauh lebih baik, kali ini membiarkannya memiliki satu alasan pasti untuk melenyapkan lelaki itu.

Seperti tidak sedang merencanakan apapun, Freen masuk dengan senyuman yang bahkan tidak pernah siapapun lihat sebelumnya, dengan air mineralnya, Matt mematung sempurna.

"Babe. "

"Hmm, Aku gak tau Kamu pulang ke sini, Aku kira ke rumah. "

Wajah itu cukup gugup terlihat, Freen bahkan tidak pernah melihat hal seperti itu sebelumnya, ramah dengan senyum yang menguar hebat.

"Kau tidak marah?"

"Kalau dipikir-pikir untuk apa Aku marah?"

"Kau menjebloskanku ke penjara. "

"Memangnya Aku?"

Tubuh sexy itu duduk dipangkuannya, Matt terkejut dengan itu semua, hal intim pertama kali yang Freen lakukan padanya, bahkan bertahun-tahun pernikahannya, tidak ada sentuhan berarti yang Freen inginkan darinya.

"Kemana kek gitu Kita?"

"Freen? Kamu yakin gak marah?"

"Yang marah harusnya Becky, kenapa Aku?"

"Namanya Becky?"

"Iya, Kamu gak tau?"

"Gak...Aku terlalu mabuk untuk nanya Dia. "

Tangan Freen mengepal sempurna, bahkan laki-laki sialan ini tidak tau siapa yang Ia tiduri, mengotori tangannya hanya untuk keadilan Becky memang benar-benar cara balas dendam terbaik terhadap laki-laki bejad sepertinya.

"Mau kemana?"

"Kita nikmati makan malam romantis. " Tawar Freen, Ia tau para anak buahnya sudah melakukan hal terbaik saat ini.

"Aku jemput Nam sama Heng, Kamu bawa mobil sendiri ya, "

"Oke Babe, can i kiss you?"

Freen bersumpah ini yang pertama dan terakhir, karena sebentar lagi, Freen sendiri yang akan mengantar Matt ke neraka.

"Ayuk. "

Ia merekam semangat Matt untuk yang terakhir kalinya, jika memang uang mampu berbicara, akan Freen buktikan dengan kematian lelaki ini nantinya.

"Saya merusak remnya, jika dipakai dalam kecepatan tinggi itu dipastikan tidak akan berfungsi. " pesan di terima.

Sekali lagi, Freen tersenyum, haruskah Ia mengucapkan selamat tinggal kepada lelaki itu?.

"Matt?"

"Sebentar Babe. "

"I love you Matt, "

"Tiba-tiba?"

"Selamat tinggal. "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEAL ME (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang