"Heh! Bangun!" Heejin menepuk pelan pipi Jihoon."Mana disini sepi lagi, tapi ini kan bukan salah gue. Kalo di tinggal nanti dia mati disini dan gak ada yang nemui gimana?" Heejin melirik sekeliling, di tempat itu memang sepi. Bahkan tidak ada kendaraan yang lewat sama sekali.
Darah dari dahi Jihoon semakin banyak yang keluar, Heejin berdecak pelan lalu dengan terpaksa membawanya masuk ke dalam mobil nya lalu membawanya ke rumah sakit.
.
.
.
"Semoga aja luka nya gak parah, kalo parah bisa gawat." gumam Heejin sambil duduk di bangku di dekat pintu ruangan Jihoon di periksa.
Beberapa menit kemudian, dokter pun keluar dari ruangan itu.
"Dokter gimana kondisi nya?" tanya nya pada dokter itu, seraya bangkit dari duduknya.
"Pasien tidak mengalami luka berat hanya saja pasien tetap harus di rawat untuk sementara, tunggu saja sampai pemeriksaan yang lebih dalam keluar." jelas dokter nya.
Heejin mengangguk paham, "harus di rawat inap ya?" gumamnya.
"Dan lebih bagusnya kalau keluarga nya di hubungi, kami juga tadi sudah mencoba namun pasien tidak membawa apa-apa bahkan handphone saja tidak, dan apa kamu bisa menghubungi keluarga nya?" kata dokternya lagi.
"Ngehubungin keluarga nya? Gue kenal dia baru beberapa hari, orang tuanya siapa? Rumah nya juga dimana lagi." batin Heejin seraya menggigit bibir bawah nya.
"Saya pacar nya dok. Dan karena orangtua nya lagi pergi keluar kota jadi, biar saya aja yang ngurusin dia." Entah bagaimana kalimat itu terlontar dari mulutnya, yang sekarang Heejin takutkan adalah. Takut Jihoon akan menuntut nya nanti.
Dokter itu mengangguk, "baiklah kalau begitu." ucapnya.
Setelah dokter itu pergi, Heejin pun langsung masuk ke dalam ruangan itu.
Heejin menghela nafas, Jihoon masih belum siuman juga. Dahi nya di perban.
"Kenapa Jihoon gak bawa apa-apa? Bahkan ponsel pun, dia kabur apa gimana. Terus gimana cerita nya dia bisa luka parah gini, terbentur kah?" batin nya, "Nyusahin aja." lanjut nya.
Beberapa saat Heejin masih memandang wajah damai milik cowok itu, terlihat lucu, dengan dada nya yang naik turun perlahan dan terdengar dengkuran halus dari cowok itu.
"Ganteng..."
Hingga malam tiba, Heejin masih disana menunggu Jihoon bangun. Entah itu sudah di rencana kan atau bagaimana pihak rumah sakit tidak bisa menghubungi keluarga nya, Jihoon memang tidak membawa ponsel atau apapun bahkan uang saja tidak. Benar-benar merepotkan.
.
Kini Jihoon mulai tersadar, dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Saat penglihatan nya sudah jelas, objek yang pertama kali Jihoon lihat adalah. Heejin yang sedang tidur lelap di sofa.
Senyum Jihoon mengembang melihatnya, Heejin terlihat begitu cantik saat sedang tidur.
Jihoon bangun dan sesekali dia memegangi kepala nya yang terasa nyeri, namun dia tidak peduli kan itu. Jihoon langsung turun dari brankar dan mendekat pada Heejin.
"Lo harus tanggung jawab karena udah bikin gue masuk rumah sakit, gak berat sih. Asal lo jadi pacar gue aja." ucapnya dengan suara pelan lalu menyibakan rambut Heejin yang menutup sebagian wajah nya.
Dua jam kemudian, kini jam menunjukan 08:35 pagi. Heejin terusik dari tidur nya.
Jihoon yang menyadari itu lantas menoleh, Jihoon memang tidak tidur lagi setelah bangun tadi pagi. Dia hanya rebahan sambil menonton tv yang ada di depan brankar.
Jihoon mematikan tv nya, dan menatap Heejin yang terlihat masih linglung. Heejin duduk di sofa, seraya merapihkan rambutnya dan mengucek matanya beberapa kali.
"Selamat pagi cantik.." itu suara Jihoon.
Heejin menoleh pada cowok itu yang nampak nya mengejek, jika saja dia tidak sedang sakit mungkin Heejin akan melempar Jihoon ke luar bumi. Jihoon sangat menyebalkan.
Heejin menoleh ke arah jam dinding, jika ke sekolah. Dia sudah terlambat. Jadi Heejin hanya menghela nafas panjang.
Heejin tidak menghiraukan ucapan Jihoon dan segera ke toilet untuk cuci muka.
"Kata perawat lo harus bayar administrasi nya." seru Jihoon.
Heejin menoleh, "kenapa nggak bayar aja sendiri, lo kayak gini juga bukan salah gue. Lo yang nabrakin diri lo ke mobil gue." balas Heejin masih dengan suara serak nya, namun wajah bantal nya membuat Jihoon terkekeh gemas.
"Tapi disini gue korban dan lo pelaku, jadi lo lah yang harus tanggung jawab atau gue bakal laporin lo ke polisi, bokap gue direktur kalo lo lupa." kata Jihoon dengan santai nya.
Heejin menggertakan gigi nya, benar saja Ayah nya Jihoon seorang direktur yang pasti sangat berkuasa dan bebas melakukan apapun apalagi hanya menjebloskan nya ke penjara. Jika Heejin tidak mau tanggung jawab, soalnya dia tidak tau orangtua Jihoon karena Heejin baru beberapa hari kenal Jihoon nya juga.
"Kenapa lo gak hubungin keluarga lo aja sih—"
"Kan lo yang nabrak gue, jadi lo lah yang harusnya tanggung jawab." potong Jihoon.
Heejin memyugar rambut nya ke belakang, "Gue gak salah apa-apa! Lo yang nabrakin diri lo sendiri ke mobil gue, kenapa gue yang repot—"
"Kalo gue sengaja mana mungkin lah, lagian kalo lo gak nabrak gak mungkin gue sampe gini. Mana kepala gue kayak mau pecah lagi." sela Jihoon dan membuat Heejin berdecak kesal.
Heejin kalah telak sekarang, baiklah yang sekarang harus Heejin lakukan adalah mengalah dan terima semua konsekuensi nya.
"Kalo gak mau ya gue tinggal lap—"
"Iya iya, nanti gue bayar administrasi nya." sela Heejin, lalu Heejin pun langsung masuk ke toilet dan Jihoon tersenyum puas.
Sekarang Jihoon senyum-senyum karena kejadian beberapa menit lalu.
Flashback.
Seorang perawat masuk ke ruangan itu, Jihoon yang memang rebahan namun memejamkan mata. Jihoon membuka matanya dan bangkit dari rebahan nya dan memposisikan duduknya menjadi tegak.
Perawat itu menoleh sekilas pada Heejin yang masih terlelap itu.
"Pacar nya belum bangun ya, mas?" kata perawat itu, menatap Heejin lalu menatap Jihoon.
Jihoon mengerutkan dahi nya heran. "P-pacar?!" Jihoon agak terkejut dengan ucapan perawat itu.
"Iya, mbak ini pacar mas nya kan?" ucap nya.
"Di paksa jadi pacar gue gak mau, sekarang dia sendiri yang ngakuin gue pacar nya." batin Jihoon, "Oh, i-iya. Emang nya ada apa?" tanya nya.
"Harus bayar administrasi nya dulu," ucap perawat itu to the poin.
Jihoon mengangguk pelan, "yaudah, nanti kalo dia udah bangun. Saya kasih tau dan suruh dia bayar administrasi nya. Sekarang biarin dia tidur dulu ya,"
Perawat itu mengangguk, "kalo begitu saya permisi dulu." perawat itupun langsung pergi.
Jihoon menatapi Heejin, lalu terukir lah senyuman manis di bibir nya.
Flashback off.
......
Makasih( ˘ ³˘)❤
Btw jangan panggil aku Author, kak atau apa lah. Tapi panggil aku Ges atau bunda aja😁😆
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine || JIHOON✔
Fanfiction"Pipipip calon mantu!" "Heejin cantik siapa yang punya?" "Park Jihoon tentunya." "Berisik!" "Ih kok galak, aku ngambek nihh. " "Ya bodo amat." Jangan lupa follow juga akun nya, kalo mau. Kalo gak yaudah gapapa.