You Are Mine ; 25

525 43 9
                                    



























Jaehwan, lagi-lagi menghampiri Heejin secara tiba-tiba dan sekarang. Dia membawa sebuah kotak yang ukuran nya lumayan besar. Mungkin itu adalah hadiah yang kemarin di bicarakan mama nya pada Heejin.

Sore ini, Heejin baru selesai mandi setelah dia pulang dari kantor. Heejin harusnya kuliah sekarang namun dia lebih memilih untuk bekerja dan dia namun Heejin juga selalu meluangkan waktu untuk kuliah juga.

Jaehwan masuk ke kamar nya lalu menaruh kotak itu di atas kasur milik Heejin.

"Apa itu?" tanya Heejin lalu menghampiri Jaehwan dan berdiri di samping laki-laki itu.

Jaehwan menatap sekilas pada kotak itu lalu menatap Heejin setelah nya, "hadiah," jawab Jaehwan to the poin.

Dahi mengerutkan kening nya, Heejin pun menatap kotak itu." boleh di buka sekarang nggak?" tanya Heejin.

Jaehwan mengangguk, "buka aja," jawab nya.

Tanpa menjawab, Heejin pun duduk di kasur lalu tangannya perlahan membuka kotak hadiah itu.

Setelah di buka, Heejin di buat terkesiap oleh isi dari kotak itu. Heejin menutup mulut nya shock, lalu menatap Jaehwan.

"Ini beneran?!" tanya nya antusias.

Jaehwan mengangguk mantap, "iya dong, suka nggak?"

"Suka banget, dress nya bagus banget papa ... Tumben banget papa beli yang kayak ginian, mana lengkap banget sama aksesoris nya juga." tutur Heejin, ternyata di dalam kotak itu ada. Dress vintage berwarna merah, high heels, kalung, anting dan juga tas nya.

Jaehwan langsung tersenyum namun kesan nya malah membuat Heejin curiga.

"Kenapa senyum gitu?" tanya Heejin curiga.

Jaehwan langsung memasang wajah datar, "apaan? Enggak kok, seneng aja kamu kayak bahagia gitu." katanya.

"Makasih banyak papa!" antusias Heejin lalu, mencium pipi Jaehwan. Heejin memang begitu, dia akan mencium pipi papanya jika laki-laki itu sudah kelewat baik.

Jaehwan ngangguk-ngangguk, "sama-sama," jawab Jaehwan di iringi senyuman manis nya.

"Eh, bentar deh," Jaehwan merogoh sesuatu dari saku celana nya dan memberikan nya pada Heejin, "nanti malam, sekitar jam tujuh. Kamu datang ke alamat cafe ini ya." ucap Jaehwan.

Lagi-lagi Heejin menatap curiga pada Jaehwan, "ada apa sih, kok papa mencurigakan gini. Papa gak ada maksud apa-apa, tiba-tiba banget papa kayak gini."

"Ya enggak lah, ngapain pake curiga segala. Kan kemarin kamu ulang tahun, ini hadiah pertama dari papa." Jaehwan menunjuk kotak barusan, "dan nanti di cafe hadiah kedua dari papa, bahkan yang di cafe mungkin bisa bikin kamu nangis kejer." tutur nya.

Heejin memicingkan matanya menatap Jaehwan, "awas aja ya, kalo papa macem-macem." peringat nya.

"Enggak ih!" jawab Jaehwan.





.

.

Seperti apa kata Jaehwan sore itu, kini Heejin memarkirkan mobil nya di depan sebuah cafe.

Saat keluar dari mobil nya, Heejin menatap kearah cafe itu. Kenapa terlihat sepi? Pikir Heejin.

Awalnya, Heejin benar-benar curiga jika Jaehwan sedang menyembunyikan sesuatu darinya dan sekarang, dengan Heejin melihat cafe itu. Rasa curiga nya kembali.

Langkah Heejin menyusuri tempat yang bernuansa romantis itu, Heejin baru tau ada cafe ini. Setiap meja terdapat lilin yang menyala bahkan banyak kelopak bunga mawar yang bertaburan di lantai maupun di atas meja.

Heejin semakin di buat bingung sekarang.

"Pergi ke meja nomor 18." Heejin ingat, Jaehwan mengatakan itu sebelum nya.

Sembari menatap kesana kemari, kaki Heejin perlahan berjalan sesuai arahan dari Jaehwan. Yaitu pergi ke meja 18. Cafe itu betulan sepi, hanya ada dirinya dan beberapa pegawai cafe yang sempat Heejin temui di depan.

Dari jarak dua meter, Heejin melihat seorang laki-laki yang duduk tepat di tempat nomor 18 itu.

Heejin memilin bibir sebentar, lalu dia melanjutkan langkah nya hingga tiba di belakang laki-laki itu.

"Permisi" suara Heejin selalu lembut, si pemilik tubuh itu lantas menoleh.

Saat laki-laki itu membalikan badan.

Deg!

Dunia Heejin terasa berhenti berputar, jantung nya berdegup sangat kencang, darah nya berdesir kuat. Mata Heejin langsung memanas detik itu juga, sosok yang selama ini selalu dia rindukan ada di hadapan nya sekarang.

Laki-laki itu adalah Jihoon.

Jihoon tersenyum manis ke arah Heejin, lalu melangkah hingga jarak tubuh mereka begitu dekat. Heejin menggeleng ribut, dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.

"Kangen nggak?" suara itu, masih terdengar menyebalkan.

Tak terasa, air mata Heejin langsung menetes dan membasahi pipi nya.

Jihoon menatap Heejin dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Aku pikir kamu gak bakal pake, kamu cantik banget pake dres ini." lanjut Jihoon dengan suara yang lebih tenang.

Heejin menutup mulutnya menahan tangis yang akan pecah, dada nya terasa sesak sekarang.

Jihoon mengedipkan matanya beberapa kali, tidak ada niatan untuk memeluk Heejin. Laki-laki itu hanya mematung sembari tersenyum.

"J- jihoon, kangen Jihoon~~" lirih Heejin, sesaat kemudian Heejin menghamburkan tubuh nya ke dekapan Jihoon, seketika tangisan Heejin pun pecah.

Jihoon membalas pelukan erat itu, "aku juga kangen, bahkan aku hampir gila karena mikirin kamu terus." ucap Jihoon mengusap punggung Heejin yang bergetar guna menyalurkan ketenangan.

Setelah nya Jihoon diam, namun dia juga mati-matian menahan tangis. Jihoon benar-benar merindukan Heejin begitu juga dengan Heejin.

Di tempat itu kini hanya terdengar suara tangis Heejin yang menyedihkan, sesekali Jihoon mencium pucuk kepala Heejin.

Heejin masih setia memeluk Jihoon, menuntaskan rasa rindu mereka masing-masing. Rasa bahagia dan sedih bercampur menjadi satu.

Beberapa saat, Heejin melepas pelukan nya dan Jihoon langsung menyeka air mata yang telah membasahi pipi wanita nya itu.

Jihoon menatap intens wajah Heejin yang sekarang nampak memerah itu.

"Lagi nangis aja cantik banget, apalagi kalo lagi senyum." goda Jihoon.

"Jihoon ih!" ketus Heejin lalu memukul dada Jihoon, Jihoon pun tertawa.

"Mau peluk lagi nggak?" tanya Jihoon lalu kembali merentangkan kedua tangan nya, tak menyia-nyiakan kesempatan. Heejin langsung memeluk Jihoon lagi.

"Walaupun kayak teletabis banyak pelukan nya, tapi aku pengen gini terus. Kalo mau sampe besok aja kita pelukan, aku gak mau milik aku lepas lagi." tutur Jihoon menduselkan pipi nya di kepala Heejin.

Tangan Heejin pun langsung mencubit pinggang Jihoon dan membuat Jihoon meringis karena kesakitan.

"Udah, jangan nangis lagi ya. Aku kesini mau ngajak makan malam, bukan buat nangis bareng-bareng. Sekarang duduk, makanan nya udah dateng tuh." tutur Jihoon melepas pelukan nya, dan Heejin pun kembali menyeka air mata nya.

Dari kejauhan, ada dua pasang mata yang memperhatikan mereka ternyata. Mereka ikut tersenyum.








.....
Cieee udah ketemu lagi, bener kan kata papa nya Heejin(>y<)

Baper gak baper gak??

You Are Mine || JIHOON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang