You Are Mine ; 9

454 36 1
                                    


"Beliin gue makanan dong." titah Jihoon tanpa beban.

Heejin yang baru masuk setelah dia membayar administrasi, Heejin langsung mendengkus kesal.

"Lo lagi sakit, makan aja tuh makanan yang biasa nya ada di rumah sakit." ketus Heejin.

"Justru itu, gue lagi sakit makanya beliin makanan enak. Makanan rumah sakit gak enak soalnya," katanya dengan nada lemas. Heejin diam tak merespon.

"Ayo dong, masa tega ngebiarin pacar nya kelaparan." lanjut Jihoon, sebenarnya Heejin terkejut namun dia tetap menjaga ekspresi nya. Heejin menyesal karena mengakui Jihoon pacar nya kemarin.

"Ck! Yaudah ayo, mau makan dimana?"

"Di restoran depan rumah sakit ya?" Jihoon menatap Heejin dengan mata berbinar.

"Iya," jawab Heejin masih ketus lalu segera melangkah pergi lalu Jihoon pun mengikuti nya.

.

Kini Jihoon dan Heejin sedang menikmati makan bersama di restoran depan rumah sakit. Dokter juga tidak melarang Jihoon untuk mengonsumsi makanan apapun, selagi Jihoon gak makan batu yaudah.

"Nanti kalo udah keluar rumah sakit, gue ikut ke rumah lo aja ya?" celetuk Jihoon.

"Uhuk! Uhuk!" Heejin langsung tersedak mendengar ucapannya, Heejin segera minum. Heejin betulan kaget mendengar nya.

"Mau ngapain?!" pekik Heejin setelah batuk nya mereda.

"Ya ikut aja," jawab Jihoon santai.

Heejin benar-benar tak habis pikir dengan cowok ini, sudah membuat nya kesusahan karena membayar administrasi yang lumayan mahal, nyusahin karena Jihoon banyak mau nya mana pake ngancam segala dan sekarang dia bilang ingin ikut ke rumah nya apa kata tetangga nanti.

"Lo jangan aneh-aneh deh, lo pasti punya rumah kan. Ngapain pake pengen ikut ke rumah gue apa kata tetangga nanti kalo ketahuan gue bawa cowok asing ke rumah." tutur Heejin yang gemas ingin sekali mencakar wajah tengil nya itu.

"Kan tinggal bilang kalo gue abang lo." dengan mudah nya dia menjawab.

Heejin tertawa miris, "Abang? Semua tetangga gue juga tau, kalo gue itu gak punya abang," batin Heejin.

"Kalo gak mau yaudah, tinggal lapor polisi gue tuntut lo nan—"

"Iya boleh, tapi awas lo macem-macem." kata Heejin dan Jihoon pun tersenyum puas.

"Apes banget gue, mana uang tabungan gue udah sendikit karena di pake bayar rumah sakit, sekolah baru beberapa hari padahal. Mana dia pengen ikut gue lagi. Belum juga apa-apa udah di pertemukan sama manusia kayak dia, dasar cupu," batin tertekan yang penting bebas dari tuntutan, walaupun kecelakaan itu bukan seratus persen salah nya.

.

Setelah makan, Jihoon kembali ke ruang rawat nya.

Heejin duduk di sofa, awalnya Heejin berencana ingin pulang ke rumah nya namun karena si cupu ini ngancem terus, jadi Heejin tidak bisa melakukan apapun selain pasrah saja.

Jihoon merebahkan tubuh nya di atas brankar, lalu dia menatap Heejin yang nampak nya sangat tertekan itu.

"Gue berlebihan gak sih? Gak apa-apa deh yang penting gue bebas dulu dari papa, walaupun gue gak tau lanjutan nya bakal gimana." batin Jihoon.

Jihoon langsung mengambil posisi tiduran, kepala memang terasa sangat sakit dan nyut-nyutan sekarang.

Jihoon menoleh pada Heejin yang beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?" tanya Jihoon, "kan gue udah bilang jangan kemana-mana." lanjut nya.

"Apa sih Jihoon! Lo mending hubungin keluarga lo, dan pulang sana. Jangan nyusahin gue mulu!" bentak Heejin tak tertahan.

Tiba-tiba raut wajah Jihoon menjadi murung, dia sedih karena itu. Bukan nya Jihoon tidak mengizinkan Heejin pergi, tapi Jihoon takut ada anak buah papa nya yang mencari nya dan secara Jihoon akan di paksa pulang. Jihoon akan di jodohkan, kan dan dia tidak mau.

Lalu, jika sekarang ada Heejin sekarang, setidaknya Jihoon bisa meminta bantuan padanya. Untuk mengelabui orang-orang yang di suruh papa nya, misal nya begitu.

Entah ada hujan apa, Heejin menjadi luluh saat Jihoon diam seraya menundukan kepala nya.

"Ck!" Heejin mendecak, "yaudah iya, gue gak kemana-mana." Heejin kembali duduk di sofa itu.

Seketika Jihoon mendongak kan wajah nya dan menatap Heejin, lalu Jihoon pun tersenyum puas.

"Gue mau tidur ya, inget! Lo jangan kemana-mana." ujar Jihoon langsung mencari posisi yang nyaman untuk merebahkan tubuh nya.

"Dih!" Heejin hanya bisa mengumpat dalam diam.


































.

.

.

.

Dua hari kemudian.

Malam ini Jihoon sudah di izinkan pulang dari rumah sakit, dan Heejin betulan mengajak Jihoon ke rumah nya.

"Ini rumah gue, maafin gue kalo rumah gue gak sesuai ekspektasi lo." ucap Heejin seraya turun dari mobilnya di ikuti Jihoon.

"Gak apa-apa, yang penting sama lo aja." Jihoon mengikuti langkah Heejin untuk masuk ke dalam. Tanpa mereka tau, beberapa laki-laki berjas sedang mengawasi mereka berdua.

Heejin benar-benar mengajak Jihoon ke rumah nya, bukan tanpa alasan tapi tau lah jika Jihoon terus mengancam Heejin. Cupu emang manusia satu ini yang mengambil kesempatan dalam kesialan.

Mereka pun masuk ke dalam rumah Heejin yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil itu.

Heejin mengajak Jihoon untuk melihat-lihat beberapa tempat di rumah nya. Seperti dapur dan beberapa kamar.

"Sementara lo tinggal disini, lo jangan macem-macem dan jangan nyusahin mulu, lo kira gak capek apa." ucap Heejin dan Jihoon langsung mengangguk.

"Ini kamar lo." Heejin menunjukan sebuah kamar tamu untuk Jihoon tinggali nanti.

Jihoon melirik ke setiap penjuru ruangan, lalu Jihoon pun tersenyum ke arah Heejin. "Em, makasih." jawab Jihoon.

"Sama-sama." jawab Heejin seraya mengangkat kepala nya.




















































"Saya sudah menemukan keberadaan tuan muda, tuan. Dia tinggal di perumahan dekat area sekolah, dia bersama seorang perempuan." ucap seorang ajudan pada atasan nya itu. Dia menundukan kepala dalam-dalam.

Laki-laki itu menggebrak meja dengan perasaan kesal dia menatap sang ajudan bersama tiga orang lainnya.

"Anak kurang ajar! Bisa-bisa nya dia kabur dan malah tinggal bersama perempuan lain!" gertak nya. "Dia ingin mempermalukan keluarga kita."  laki-laki itu menunjukan semburat kemarahan di wajah nya.

"Apapun yang terjadi paksa dia pulang!" lanjut nya tak mau di bantah.

"Jangan terlalu kasar, nanti dia akan semakin kabur jauh." ucap sang istri dengan suara lembut, tak lupa dia juga mengisi bahu suami nya untuk meredakan emosi nya.

Laki-laki itu mengusap kasar wajah nya, "Mau bagaimana lagi, dia benar-benar memalukan, pokonya kalian awasi dia dan jangan pernah lengah. Paham?" ucap nya tegas pada mereka berempat.

"Baik tuan." jawab si ajudan sambil menunduk hormat.

Laki-laki itu mengatur nafas nya, "dasar anak tak tahu malu." cibirnya.












.....
Makasih ( ˘ ³˘)♥

You Are Mine || JIHOON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang