SEMUANYA VOTE & KOMEN YAAAA!!!
500 komen next :(
Berita soal Lucifer yang menampakkan diri di hadapan publik membuat seluruh dunia gempar. Terutama Indonesia yang Ia jadikan sebagai tempat untuk menetap. Ratusan tahun benar-benar tak mengubah fisiknya yang sempurna. Nama pria itu sangat diagung-agungkan oleh beberapa buku. Termasuk buku sejarah. Padahal mereka jelas tak mengenal betul sosok Lucifer yang kejam. Mereka tahunya.. si bapak revolusi teknologi itu adalah emasnya Indonesia yang jenius. Sudah.
Undangan dari berbagai macam media, para pengusahawan, pakar sains dan politikus dari berbagai belahan dunia membeludak masuk lewat email bawahannya. Dalam hal ini, satu yang ingin mereka tahu. Apa yang membuatnya bertahan hidup, dan apa tujuan hidupnya itu?
George menghela napas. Ini kabar buruk.
••
"Hei.. "
Alskara mendekap tubuh putranya yang hangat itu. Kalau boleh jujur, ia sangat menyayangi Gal di luar permasalahan hidupnya yang rumit itu. Kehadirannya di dunia ini, mampu menghasilkan secuil rasa ingin terus hidup untuk anaknya. Dan ketika bocah itu sakit, dunia Alskara sedikit terguncang.
"Ayah, ayo ke Ibu," kata Gal parau.
Tidak ada pilihan lain kali ini. Alskara tak tahu cara merawat orang sakit. Lelaki itu mematikan komputernya, kemudian bangkit dengan Gal masih berada di gendongan. Membawa putranya untuk bertemu Kansa adalah satu-satunya obat untuk bocah itu.
Alskara mengambil jaket milik Gal di lemari, kemudian memakaikannya dengan telaten. "Kita ke Ibu sekarang," bisiknya pelan.
Kalimat itu tanpa sadar membuat bibir kecil Gal tersenyum tipis, bocah itu kemudian memejamkan mata, mencari posisi ternyaman di dekapan ayahnya. Mereka jarang-jarang juga bisa sedekat ini. Alskara pikir, ia belum pernah merasakan khawatir berlebihan seperti ini pada putranya. Gal dengan segala prilaku denialnya yang begitu kuat.
Tak ada perubahan apapun pada jalanan kota. Masih dilalui banyak manusia, dengan huru-hara yang tak ada habisnya. Malam ini begitu dingin. Alskara makin mengeratkan dekapannya saat kecepatan mobilnya bergerak di atas kecepatan rata-rata. Tidak ada hal apapun yang menarik perhatiannya, fokus lelaki itu hanya pada anaknya. Tapi tunggu. Ada hal lain yang membuatnya nyaris menghentikan laju mobilnya.
Dari arah berlawanan, belasan mobil mewah melaju bersamaan. Namun ada satu mobil yang nampaknya merupakan poros dari mobil lainnya—yang melaju di jajaran paling depan.
Sial. Mobil-mobil itu membuat Alskara hilang fokus untuk beberapa saat. Lelaki itu meremas kuat stir mobilnya dengan satu tangan. Sementara tangan lainnya bergerak mengelus punggung kecil Gal. Biasanya jika dikawal seperti yang dilihatnya tadi.. Alskara yakin, pasti itu bukan orang sembarangan. Bisa jadi anggota dewan, presiden, atau orang penting lainnya. Tapi kalau pejabat pemerintah, biasanya dikawal juga oleh pihak polisi, kan? Ini tidak.
Mungkin pengusaha besar kayak daddy, pikir Alskara.
Dan tidak memakan waktu lama, mobil jeep Alskara masuk ke pekarangan rumah milik Bunda Kansa. Tidak ada pencahayaan jenis apapun. Rumah itu kelihatan begitu sangat gelap. Padahal ini baru sekitar jam delapan malam, dan Kansa—perempuan paling hormat pada waktu itu tidak akan membiarkan dirinya terlelap, dan akan terus terjaga sampai jadwal tidurnya yang telah ditentukan. Minimal jam sembilan malam, maksimal jam sebelas, katanya dulu. Kalau Gal sudah tidur duluan atau anteng main sendiri atau sedang ikut dengan ayahnya, maka waktu tak akan Kansa siakan, perempuan itu akan belajar banyak hal baru, hal-hal berbobot yang bisa menambah perbendaharaan ilmunya di hidup ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSKARA
Teen FictionAlskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan Ia sudah menjadi sosok Ayah di umurnya yang baru menginjak angka ke delapan belas tahun. # 2 - tee...