Rapat sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mahasiswa KKN. Program mereka memang sudah disusun sejak hari pertama di desa dengan berkoordinasi bersama Darwis selaku Kepala Desa, tapi dalam rencana pelaksanaan dan evaluasi, harus selalu dilakukan melalui rapat.
Seperti malam itu, Langit kembali memimpin rapat tim yang terdiri dari sepuluh orang mahasiswa dari berbagai jurusan itu. Ada Langit sendiri dari Teknik Sipil, Bella dari Akuntansi, Siti dari Pendidikan Biologi, Bayu dari Teknik Mesin, Karina dari Kedokteran Hewan, Keano dari Sastra Inggris, Lista dari Hukum, Dina dari Matematika FMIPA, Caca dari Psikologi, dan Dwi dari Sosiologi.
"Baik teman-teman sekalian, seperti yang sudah saya singgung pada rapat saat awal KKN, waktu kita di sini singkat, sehingga program kita tidak perlu terlalu banyak asal jalan dengan maksimal. Jangan sampai programnya banyak, tapi tidak jalan. Kalaupun jalan, tidak maksimal."
Semua teman-temannya yang tengah duduk di kursi itu angguk-angguk kepala.
"Sebelum kita bahas bersama pelaksanaan dari program kita selanjutnya, saya mau ingatkan kepada teman-teman semua, bahwa kemarin saya ditelepon oleh Pak Dito selaku Dosen Pembimbing Lapangan kita. Beliau menyampaikan, bahwa ada mahasiswa KKN di wilayah lain yang digerebek warga desa tengah tidur bersama dalam artian khusus. Kalian tahu maksud saya."
Semua anggota tim saling berpandangan dengan wajah terkejut.
"Memang sifat-sifat asli teman-teman satu tim kita akan terlihat jelas saat KKN. Kemudian ada yang saling menyukai saat di lapangan, didukung dengan jauh dari orang tua, maka merasa bebas melakukan tindakan yang tidak sepatutnya atas nama cinta.
"Ada juga yang membawa kebiasaan kotanya dalam artian negatif ke desa. Menyebarkan kekurangan desa pengabdiannya di media sosial untuk bahan tertawaan dan tidak bisa beradaptasi sama sekali, padahal dia yang pendatang di wilayah orang lain.
"Saya tidak mau tindakan tidak sepatutnya tersebut sampai terjadi di tim kita yang tidak hanya merusak nama pribadi, tapi juga nama semua anggota tim bahkan nama kampus. Oleh karenanya, mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan. Kita tingkatkan keimanan. Kita hargai ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Hindari oversharing di media sosial. Sebagai mahasiswa harus bijak, beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat. Itu sebenarnya sifat orang yang terpelajar. Jangan bersikap kurang ajar terutama di wilayah orang lain," tegas Langit.
Rapat terus berlanjut dengan pembahasan program sosialisasi sanitasi, pembelajaran sains menyenangkan, dan robot sederhana di SD Bhakti Mulia yang merupakan satu-satunya SD di Desa Mekar Sari itu.
Mendekati pukul sepuluh malam, Langit menutup rapat dan bersama teman-teman prianya menyingkir dari rumah warga tempat bermalam teman-teman perempuannya itu. Mereka pulang ke rumah yang berada di samping kantor desa karena menginap di sana.
Lantaran terlalu lelah, Langit tak sadar tidur mengenakan sarung yang digunakannya saat shalat Isya dan saat rapat dengan teman-temannya.
Tiba-tiba saat hendak tertidur lelap, pintu rumah diketuk membuatnya terperanjat dan kembali membuka matanya.
Tok tok tok
"Bayu?" Dia berusaha membangun Bayu dengan menepuk pelan pundak temannya yang berada di sampingnya, tapi nihil, pria itu sudah tertidur nyenyak.
Tok tok tok
"Bayu?" Dia masih mencoba tapi Bayu tak kunjung tersadar. Alhasil dia menuju pintu rumah dengan sikap waspada. Terlebih di luar sedang hujan meskipun tak deras.
"Siapa?" tanya Langit pada seseorang di balik pintu tanpa membuka pintu.
Agak lama dan tak ada jawaban membuat Langit curiga. "Siapa?" tanya Langit lagi dengan suara tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekapan Langit (TAMAT)
Spiritual📚 Part Lengkap #Karya 15 Tak seperti kisah putri dalam dongeng yang dijemput oleh pangeran dari kerajaan yang kaya raya. Mentari yang kerap disiksa oleh Tante Arumi dan saudara sepupunya itu dijemput oleh Langit. Mahasiswa Teknik Sipil yang KKN di...