Epilog

9.9K 413 9
                                    

Kegiatan ahad rutin adalah mengikuti kajian bersama keluarga di Masjid Ar Rahman. Langit memboyong istri dan tiga anaknya untuk ikut dalam kajian pagi itu.

Karena masjid tersebut tak jauh dari kompleks rumah mereka, maka mereka berjalan kaki bersama tanpa membawa kendaraan.

Si kembar Ismail dan Ishaq yang berusia lima tahun digandeng oleh Langit di sisi kanan dan kiri tangannya. Sedangkan Aisyah yang berusia empat tahun, digandeng oleh Mentari. Mereka semua kompak menggunakan pakaian berwarna biru gelap.

"Ayah? Ayah?" panggil Ishaq membuat Langit menoleh ke arahnya.

"Iya, Nak?"

"Kenapa sih kita harus ikut kajian terus?"

"Ya, karena kita harus belajar agama, Nak."

"Kenapa harus belajar? Ayah dan Bunda kan udah pinter," timpal Ismail.

Langit tersenyum. "Ilmu itu banyaaaaak banget. Walaupun kita udah berusaha sekeras mungkin, tetap ada yang kita gak tahu, Nak. Ilmu yang bunda tahu, bisa jadi Ayah belum tahu. Ilmu yang Ayah tahu, bisa jadi bunda belum tahu. Ilmu yang ustadz di kajian tahu, bisa jadi ayah dan bunda belum tahu. Itu yang membuat kita harus belajar sama ustadz," jelasnya berusaha memakai kalimat paling sederhana.

"Oh ... gitu, Ayah." Kedua pria kecil itu angguk-angguk kepala.

"Tapi kenapa harus ilmu yang ustadz tahu? Kan banyak orang dan banyak ilmu, kenapa harus ilmunya ustadz aja?" tanya Ismail lagi.

Mentari tersenyum tipis. "Ismail inget gak, waktu kita semua ke sekolahnya Ismail pertama kali?"

Ismail tampak berpikir. "Inget, Bunda."

"Waktu itu kan kita sampai cari jalan, lihat di peta biar gak nyasar dan sampai di tujuan. Sama juga, Nak. Kalau kita mau jalani hidup kita dengan baik, kita mau suatu saat masuk surga, harus tahu jalannya. Untuk tahu jalannya harus pakai apa? Harus pakai ilmu agama. Ilmu agama kita belajarnya di ustadz yang udah belajar dan lebih tahu tentang ilmu agama itu," jelas Mentari membuat anak kembarnya kembali angguk-angguk kepala pertanda paham.

"Oh ... gitu, Bunda."

"Ilmu agama itu wajib dipelajari oleh semua muslim. Insyaallah kalau kalian udah besar dan jadi apa pun, tetep harus belajar ilmu agama," lanjut Mentari.

Senyum Langit semakin mengembang.

Saat sampai di depan Masjid Ar Rahman, mereka melihat dua kotak donasi dari kayu di pintu masuk yang sudah disiapkan khusus untuk donasi bagi warga Palestina. Terdapat sebuah hadits yang ditempel di setiap kotak donasi itu.

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)

"Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain." (HR. Bukhari no. 6026 dan Muslim no. 2585)

Ada juga mading masjid yang ditaruh menyamping dari dua kotak donasi tersebut. Berisi beberapa informasi termasuk artikel mengenai kondisi Palestina.

Serangan Israel Tewaskan 344 Anak dalam Sehari

Gaza: Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, 756 warga Palestina tewas dalam 24 jam terakhir, akibat serangan Israel. Di antara angka itu, terdapat 344 anak-anak.

"Setidaknya 6.546 warga Palestina, termasuk 2.704 anak-anak, tewas dan 17.439 luka-luka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober," kata Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, dilansir dari Malay Mail, Kamis, 26 Oktober 2023.

Dekapan Langit (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang