Pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya mungkin cocok menggambarkan seorang Profesor Anwar dan Nadhira. Putri bungsu dari dua guru besar itu sangat rendah hati dan baik hati.
Sehari setelah pertemuan Langit dan Profesor Anwar, Nadhira langsung mengunjungi kos Langit dan Mentari.
Setelah menjawab salam, Mentari mendapati seorang wanita berhijab biru gelap, berkulit sawo matang tapi terlihat sangat cantik, dan memiliki senyum yang penuh.
"Hai ...." Nadhira tersenyum manis sebelum menyodorkan tangannya untuk dijabat. "Kenalin Mbak, aku Nadhira. Juniornya Kak Langit di kampus."
Setengah ragu, Mentari membalas uluran tangan itu. Dia memperhatikan penampilan gadis itu yang sangat rapi dan bersih. Rok panjangnya, bajunya, hijabnya, dan tasnya. Terlihat sangat mahal meskipun dikesankan sederhana. Sangat berbeda dengannya. Mentari menjadi sedikit tak percaya diri.
"Kalau gadis-gadis di tempat kuliah Mas Langit kayak gini, kenapa Mas Langit milih aku, ya?" Mentari bingung sendiri.
"Saya Mentari, Mbak. Istrinya Mas Langit."
"Panggil Nadhira aja, Mbak. Mbak Mentari cantik banget sih. Ih, aku tuh udah lama penasaran, ternyata istrinya Kak Langit tuh cantik banget. Fyi Mbak, Kak Langit tuh disukai banyak cewek di kampus. Orangnya pinter, rajin, ganteng dan rapi udah pasti, tahu cara memperlakukan cewek, shalat lima waktu, gak ngerokok, dulu aktif organisasi dengan jabatan bagus, dan bener-bener kelihatan jiwa pemimpinnya gitu, Mbak. Gak suka bertindak aneh-aneh. Pas Kak Langit nikah, banyak cewek yang patah hati," jelas Nadhira panjang lebar sampai lupa, dia telah memuji suami orang lain dengan lancar dan tanpa rasa bersalah di hadapan istrinya pula. "Eh lupa, aku bawa sesuatu, Mbak." Dia kembali ke mobilnya dan mengambil paket sembako lengkap yang sudah dibelinya.
Mentari terkejut dengan banyaknya barang yang dibawa Nadhira untuknya. Hampir semua yang dibutuhkannya. Tak hanya itu, sejumlah uang di amplop yang merupakan titipan dari Profesor Anwar juga diberikan untuknya. Dia sangat bersyukur. Setelah berbincang sejenak di dalam kos, Nadhira pamit undur diri. Meskipun hari itu dia tak bertemu Langit.
***
Profesor Anwar menepati janjinya. Tak berselang dua hari, Langit menemui Dokter Yahya. Kakak dari Profesor Anwar sekaligus salah satu dokter senior di rumah sakit swasta ternama.
"Sebenarnya kami tidak ada lowongan, cuma ada satu permasalahan. Petugas parkir kami jarang ada yang mau jaga malam. Kalau Dik Langit mau, jadi petugas parkir khusus jaga malam saja dan bantu petugas jaga kamar mayat. Pendapatan dari parkir gak usah disetor. Buat Dik Langit semuanya dan kami beri gaji khusus untuk bantu petugas jaga kamar mayat, yang penting jaga malam di sini. Nanti biar saya yang beritahu dan tanggung jawab ke atasan saya."
Langit yang duduk di seberang meja itu mengangguk cepat. "Insyaallah saya mau, Pak." Dia tak ada pilihan lain. Meskipun harus mengambil resiko tak tidur di kosnya saat malam hari.
Dokter Yahya tersenyum. "Kalau begitu, besok bawa berkas yang sudah saya sampaikan, ya, dik. Besok sudah boleh mulai bekerja."
"Terima kasih, Pak."
Langit sangat bahagia. Dia pulang dengan gembira menemui Mentari untuk menyampaikan kabar gembira itu, tapi entah kenapa, Mentari malah sedikit murung.
"Mas akan sangat jarang pulang dan jarang istirahat. Apa gak apa-apa?"
Langit tersenyum cerah. "Gak apa-apa. Yang penting, Mas bisa dapat kerjaan yang gak ganggu studi. Gak apa-apa."
Mentari berusaha tersenyum, tapi entah kenapa dia masih tak tenang. "Aku bakal buatin makan malam buat Mas bawa setiap jaga. Jadi Mas gak usah khawatir."
Langit mengangguk. "Terima kasih dik."
Tiba-tiba Mentari menunduk sedih. "Maafin aku, ya, Mas. Aku pasti nyusahin banget."
Cepat-cepat Langit menggeleng. "Gak lah, dik. Gak apa-apa. Udah tanggung jawab aku."
Sejak hari itu, kehidupan baru Langit dimulai sebagai petugas parkir yang berjaga saat malam sekaligus membantu petugas yang menjaga kamar mayat.
"Aku ini bukan ibunya, bukan saudara perempuannya, gak berjasa dalam hidupnya. Hanya wanita asing yang datang ke dalam hidupnya dengan status istri. Tapi dia mau kerja keras kayak gini buat aku?" Mentari menatap wajah suaminya yang tengah makan dengan lahap di hadapannya itu. Entah kenapa dia kasihan pada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekapan Langit (TAMAT)
Spiritual📚 Part Lengkap #Karya 15 Tak seperti kisah putri dalam dongeng yang dijemput oleh pangeran dari kerajaan yang kaya raya. Mentari yang kerap disiksa oleh Tante Arumi dan saudara sepupunya itu dijemput oleh Langit. Mahasiswa Teknik Sipil yang KKN di...