WELCOME BACK TO AZREL!
HAPPY READING!
“Kiw, cowok,” panggil Azmaira sambil bergelayut di pintu villa kamar Karel dengan centil.
Karel yang berada di bibir ranjang menoleh, “Ngapain ke sini? Hm? Sini duduk.” ucap Karel menepuk permukaan kasur disampingnya.
Azmaira berjalan mendekat, “Kagak, gabut doang gue.” jawabnya lalu duduk tepat disamping Karel.
“Ngapain nge kiw-kiw? Mau godain gue? Tanpa lo godain juga gue udah tergoda.”
PLAK!
Tamparan tangan Azmaira mendarat mulus di pipi Karel, hingga Karel sampai menoleh ke samping.
“EH! MAAP-MAAP, GUE REFLEKS! ADUHH!” panik Azmaira sampai bersikap serabutan lalu ia memegang pipi Karel yang tadi ia tampar.
Azmaira mengusap-usap pelan, “Sakit, ya?”
“Iya lah, lo kaga aba-aba namparnya,” jawab Karel mencebikkan bibirnya marah.
“Makanya jangan gitu, gue jadi refleks 'kan!” ucap Azmaira sedikit menggebu-gebu namun masih mengusap pipi Karel yang terlihat berwarna merah akibat tamparannya.
Mendengar teguran dari mulut Azmaira membuat Karel tersenyum lebar tanpa tau situasi karena gemas.
“IH!”
PLAKK!
Dua kali.
“Shh, kenapa ditampar lagi, sih?” tanya Karel dengan raut pasrah memelas.
“Tadi kenapa senyum?!” sebal Azmaira.
“Masa gak boleh senyum?”
“Ya boleh, tapi 'kan tadi lo senyum pas gak ada lawakan,” jawab Azmaira masih dengan menggebu-gebu.
Karel tersenyum hangat sambil memandang Azmaira yang tengah menatap nyalang kearahnya.
Tengah berusaha tetap marah, tak lama kemudian, bukannya salah tingkah, Azmaira malah ikut tertawa.
“Lo ngapain senyum?”
“Ya, lo, ngapain ikut senyum?”
Percakapan mereka diakhiri gelak tawa, meskipun tertawa di luar kata normal.
***
“Faira! Maira! Karel! Turun nak! Ayo persiapan pulang!” teriak Maya dari lantai dua yang tengah menyusul alat alat bersama Fina, Kenzo, dan Raka yang mereka bawa ke dalam ransel.
Faira yang menyadari terlebih dahulu daripada Karel dan Azmaira pun berjalan ke kamar Azmaira yang bersebelahan dengan kamarnya.
Ruang tidur mereka berada dilantai dua, namun orang tua mereka lebih dahulu ke lantai satu karna tempatnya yang dekat dengan dapur membuat mereka dengan mudah mempersiapkan bekal ataupun yang lain. Sedangkan Faira, Azmaira, dan Karel masih berada di lantai dua, yaitu lantai yang berisi ruang ruang tidur.
Faira mengetuk pintu kamar adiknya.
Setelah beberapa kali ia menunggu namut tak ada jawaban dari penghuni kamar tersebut, akhirnya Faira mencoba membuka ganggang pintu.
“Lah? Gak ditutup, ni anak kemana coba,” batin Faira sambil celingak celinguk memasuki kamar Azmaira yang berkondisi gelap.
“Mai, Maira, lo dimana, anjir? Udah bangun lo?” tanya Faira berharap mendapat sahutan, namun nyatanya nihil, Azmaira tidak ada di dalam kamarnya.
Faira pun keluar dan mengunci kembali pintu kamar Azmaira.
Ia mempunyai firasat jika adiknya berada di kamar Karel.
Ia menuju kamar Karel dan membuka pintunya.
“Ohh disini, gue cariin, gue teriakkin kaga ada sahutan, ternyata disini, hm?” ucap Faira melipat kedua tangannya didada sambil menyenderkan sebelah bahu nya ke pintu.
Azmaira menyengir tanpa dosa diikuti oleh Karel juga.
Kini mereka berdua tengah berada didepan cermin rias. Azmaira tengah duduk dikursi rias dan Karel yang tengah mengepang rambut Azmaira dengan fokus.
“Tidur sini lo semalem?” tanya Faira.
“Iya,” jawab Azmaira.
“Ohh,”
“Yaudah, abis itu buruan turun, mereka udah nungguin dibawah, lo berdua juga buruan siap-siap.” ujar Faira dan diacungi jempol oleh adiknya.
Bukan berjalan keluar kamar Karel, Faira malah mendekati Karel dan menarik kerah laki-laki itu dengan cepat, “Lo gak macem-macem ke adek gue, 'kan?” tanya Faira penuh penekanan namun dengan nada berbisik.
Karel tersenyum, “Kaga lah, gue juga tau batesan kali. Tapi kalo di ijinin, boleh lah icip dikit,” celetuk Karel membuat Faira tersulut emosi.
Dengan gerakan cepat bagai kilat yang menyambar tanpa aba-aba, cubitan maut dari Faira meluncur tepat mengenai pinggang Karel.
“AAA IYAA GUE GAK BAKAL KOK!” pekik Karel spontan.
Faira melepas cubitannya dan menepuk pundak Karel dua kali, “Bagus.” lalu ia berlalu pergi keluar kamar.
***
TBC.
Mulai males sampe tembus seribu kata, takut dibilang “BERTELE-TELE”🤓🤓
Ni part garing banget, bodoamat lah, ya😁
Intinya kalian tinggal baca, biar alurnya aku yang mikir.
Aku selaku author AZREL, nge bolehin dan nerima kritikan kalian, tapi kalo masalah ngehina dan ngecopy, aku gak nerima banget, karna apa? Karna bikin cerita itu susah, harus dengan mood yang baik, ide otak yang lancar, dan alur yang pas. Kadang kalau alurnya agak-agak melenceng atau ga sesuai ekspetasi aku, aku sendiri juga yang pusing, aku sendiri juga yang stress, harus revisi ulang, benerin typo-typo, dan lainnya.
Jadi intinya, kalian cukup support aku, ngasih pendapat yang sekiranya bisa aku terima dan jadiin motivasi biar bikin yang lebih baik lagi, dan nikmati setiap cerita. Ini cerita yang buat aku, sesuai kemauan aku, dan aku mau bikin cerita yang fashion aku, bukan untuk nurutin kemauan kalian, kayak, kalian mau alurnya gini dan aku harus bikin gini, kalian mau gitu aku harus bikin gitu.
Nggak, ya.
***
Okay,
Ayo Bapak, Ibu, Kakak, Nenek, Kakek, Adek, Om, Tante, Paman, Bibi, Sepupu, Mertua, Menantu, Sepuh, Buyut, Nenek Moyang, dll,
Ayo dong authornya disawer biar semangat dikit😃Jangan jadi silent readers, ya, sayang🌷🌷
![](https://img.wattpad.com/cover/343821707-288-k960135.jpg)