WELCOME BACK TO AZREL!
HAPPY READING!
“Eh, Cebol!” pekik Rizam memanggil Azmaira yang lewat melintasi kelasnya.
Azmaira menoleh, pun dengan Reyna yang menemaninya.
Rizam berlari menuju Azmaira lalu merangkul pundaknya. “Anjay, makin tinggi se-senti lo,” celetuk Rizam bergurau.
Posisi didepan pintu kelas XI IPS 2 yang terbuka lebar membuat mata Karel dan Azmaira yang tak sengaja bertatapan meskipun beda rasa.
Tatapan Karel hanya terkesan dingin dan tak peduli? Sedangkan sorot mata Azmaira memperlihatkan bahwa ia sangat mengharapkan sifat hangat Karel kembali.
Azmaira melepaskan rangkulan dari Rizam dan masuk tanpa izin untuk mendatangi Karel.
Sampai meja hadapan Karel, tiba-tiba lidah Azmaira kelu untuk berucap.
Karel menatap netra Azmaira menusuk sembari mengangkat satu alisnya tanda bahwa ia bertanya apa maksut Azmaira kemari.
“Rel, kita perlu bicara, sebentar aja.” ujar Azmaira setelah meyakinkan diri.
Karel mengangguk dan beranjak dengan Azmaira menuju tempat sepi agar mereka bisa bicara secara empat mata.
Mereka berjalan keluar kelas dengan Azmaira, gadis itu berjalan lebih depan.
“Gue gimana?” tanya Reyna saat Azmaira berhenti di depannya.
“Lo balik dulu. Tinggalin aja, gue gak pa-pa.” jawab Azmaira.
“Lo mau kemana emang?”
“Gue ada perlu dikit.”
“Ohh. Ya udah, gue duluan ya, Ra, Rel.” pamit Reyna tersenyum lalu pergi.
Mereka berdua pun melangkah menuju taman belakang sekolah yang tersedia tempat duduk panjang. Kursi itulah yang mereka duduki berdua.
“Apa yang mau lo jelasin?” tanya Karel dengan intonasi dingin.
“Masalah kemarin.. Itu bukan gue.” ujar Azmaira.
“Bukan lo gimana?”
“Gue kenal bentuk tubuh lo, lo punya tahi lalat kecil di samping kiri pusar.” ucap Karel, ia tahu hal itu karena ia pernah tak sengaja melihat Azmaira tertidur dengan posisi baju yang menyibak.
Azmaira menunduk, “Gue gak pernah ngambil foto gue kayak gitu..” lirih Azmaira menitikkan air matanya.
Karel melirik Azmaira lalu membuang muka nya agar tidak melihat gadis itu menangis. Karel meremas kuat pinggiran kursi untuk menahan diri agar tidak memeluk gadis itu. Karna ia tahu, ia takkan pernah tega melihat gadisnya menangis bahkan sejak mereka masih kecil.
“Kalau bukan lo, siapa? Siapa orang yang tau detail kecil ditubuh lo selain lo sendiri?”
“Gue gak tau, gue gak tau..” ucap Azmaira diselingi isak tangis yang semakin menjadi.
Mengetahui jika gadis disampingnya semakin terpuruk, ia segera beranjak pergi meninggalkan gadis itu sendiri. Bukan membenci, namun ia hanya menahan diri agar tidak luluh dengan gadis yang saat ini ia anggap murah.
Azmaira semakin menangis, ia merasa hidup sendiri dalam dunia yang penuh rumit.
Dari kecil saat Azmaira menangis, selalu ada Karel yang memeluknya, menenangkannya, dan menghiburnya hingga mereka beranjak dewasa. Dengan peristiwa baru ini, Azmaira tak lagi mendapatkannya, bahkan sorot mata penuh kenyamanan dan kehangatan kini sirna tertelan tipu daya.
Kursi taman, saksi bisu dimana kebersamaan mereka terekam. Mencari kesenangan, menghabiskan jam kosong, dan saat.. Azmaira mengalami mimisan akibat bertabrakan dengan seseorang. Bisa dilihat dari peristiwa yang pernah ada, betapa perhatian dan penuh kasih sayang Karel yang lelaki itu curahkan kepadanya. Menjadi Karel sakit, namun menjadi Azmaira jauh lebih sakit.
TBC.
Kali ini edisi #AUTHORMOOD📈📈📈
GAK JADI MOOD HUHUUU!
INI BUAT YANG BINGUNG SAMA PART NYA YANG ACAKADUL, KALIAN BACANYA SESUAI NOMOR URUTAN, YA, SAYANGKU, CINTAKUU!! AKU JUGA GAK TAU TIBA-TIBA KEACAK GINI, SUMPAH SEDIH BANGETT(╥﹏╥)(╥﹏╥)Sawer dulu sayang-sayangkuu,
See you🌷