WELCOME BACK TO AZREL!
HAPPY READING!
You
relllllllll :
buruan kesini :
ikannya udah mareng, nih :
*mateng :Karel
: iyaaaaaaSeperti kata Azmaira tadi, Karel benar-benar menuruti kemauan gadis itu.
Karel tadi baru saja selesai menjalankan ibadah sholat Maghrib seperti biasa. Selesai merapikan peralatan sholatnya, tiba-tiba pesan dari Azmaira terkirim kepadanya.
Karel segera keluar rumah dan mengunci pintunya, karna malam ini, ia sendirian, karena kedua orang tua yang mempunyai kesibukan dikantor. Nasib menjadi anak tunggal, ia selalu kesepian disaat-saat seperti ini.
Sampai didepan rumah Azmaira, Karel mengetuk pintu utama tersebut.
Tok tok tok..
Pintu pun terbuka menampakkan tubuh mungil Azmaira yang dibaluti piyama lengan panjang berwarna biru muda.
“Masuk, Rel” titah Azmaira mempersilakan Karel untuk memasuki rumahnya.
Karel tersenyum lalu menepuk-nepuk pelan puncak kepala Azmaira.
Karel mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah Azmaira.
Mereka berdua berjalan menuju dapur untuk menemui Faira dan ikan goreng.
“Mrene mangan, Rel. Iki lho iwak hasil leh mancing mau” ajak Faira kembali dengan logat Jawa. Entah kenapa setiap mereka bertemu, Faira dan Karel selalu berinteraksi menggunakan Bahasa Jawa, tetapi jika Karel dengan Azmaira, mereka cenderung menggunakan Bahasa Indonesia.
Karel mengangguk dan duduk dimeja makan. Karel duduk disamping Azmaira, dan Faira duduk didepan Azmaira.
“Lo berani dirumah sendiri, Rel?” tanya Azmaira sambil mengambil nasi putih.
Belum dijawab oleh Karel, Faira terlebih dahulu menyambar, “Pasti berani, lah! Nggak kayak lo!” ejeknya.
Azmaira menatap ganas kearah Faira, “Tak tabok loh kowe ngko, wong kok nyrobot terus!”
Karel tersenyum, “Udah biasa.”
Sungguh beragam bahasa mereka. Terkadang memakai Bahasa gaul anak Jakarta, diwaktu yang sama juga kadang tercampur dengan Bahasa Jawa.
Mereka mulai menyantap makanan juga lauk ikan goreng. Suasana menjadi tenang dan damai, tidak ada dentingan alat makan, karena mereka makan menggunakan tangan langsung. Makan makanan dengan tangan secara langsung membuat rasanya dua kali lipat lebih nikmat.
“Kak,” panggil Azmaira ke Faira.
Faira memandang sumber suara, “Kenapa?”
“Tadi gue ketemu sama Pak Samsul, orang yang bantuin kita pindahan dulu,” ucap Azmaira.
“Serius?”
“Iya.”
“Terus? Dia ngobrol apa aja sama lo?” tanya Faira diselingi menyuap nasi ke mulutnya.