WELCOME BACK TO AZREL!
HAPPY READING!
“Oke kita sudahi dulu latihan dance hari ini, terima kasih atas kerjasama nya. Silahkan pulang, hati-hati dijalan.” ujar Kak Karin penuh wibawa.
Tim Azmaira pun membubarkan diri dan berhamburan keluar ruangan.
Saat baru saja menginjakkan kaki keluar ambang pintu, tiba-tiba keberadaan Karel dengan tangan ditekuk sehingga siku yang menompang pada dinding mengejutkan Azmaira.
“Udah lama?” tanya Azmaira.
“Nggak, baru sepuluh menit an.” jawab Karel merapikan rambut Azmaira.
Azmaira meninju perut Karel, “Sepuluh menit itu lama!” ujarnya menggebu-gebu.
Karel terkekeh lalu menggandeng tangan Azmaira menuju parkiran sekolah.
“Capek?” tanya Karel disela perjalanan dikoridor.
“Iya, tapi seru.” jawab Azmaira singkat tanpa mengalihkan pandangan dari depan.
Karel kembali terkekeh, “Keren.” celetuknya memuji.
Azmaira menoleh cepat, “Maksud lo?”
Karel membalas tatapan Azmaira. “Gue tadi liat lo dance.”
“Lo keren,”
“Banget.” lanjutnya.
Pipi Azmaira bersemu merah mendapat pujian dari Karel, meskipun dia sudah sering dipuji banyak orang karena bakat dance nya yang bagus, namun kini rasanya berbeda.
Sampai diparkiran, Karel segera membenarkan posisi motornya dan menaikinya, “Cewe gue mau makan apa?” tanya Karel sambil tersenyum gemas pada ucapannya yang memanggil Azmaira dengan embel-embel 'Cewe gue'
Azmaira lagi-lagi membuang muka, ia tahu jika sekarang pipinya sudah memerah.
Tak ingin salah tingkahnya dibaca Karel, ia segera mengenakan helm dan naik ke jok bonceng. “Terserah.” jawab Azmaira dengan kata andalan.
“Nasi goreng?” tanya Karel diangguki Azmaira.
“Oke, berangkat!” seru Karel menyalakan mesin motornya dan mengendarainya menuju penjual nasi goreng.
Azmaira memeluk erat tubuh Karel, walaupun ia gerah akibat latihan dance, tubuh Karel sangat nyaman untuk dipeluk dan rugi jika diabaikan, lagi pula mereka sedang berkendara, tidak mungkin jika Azmaira tidak berpegangan.
“Beli disini aja, ya?” tanya Karel memberhentikan motor besarnya saat sudah berada didepan penjual nasi goreng pinggir jalan.
Azmaira mengangguk dan turun dari motor disusul Karel.
Karel melepas helm yang membalut kepalanya. Melihat Azmaira yang kesusahan karena rambut gadis itu tergerai, ia berinisiatif untuk membantuk melepaskan pengait helm itu.
Azmaira terdiam saat tatapannya jatuh pada mata teduh Karel yang bergulat dengan pengait helm.
Pengait helm yang dikenakan Azmaira pun terlepas. Mereka berdua menautkan tangan dan duduk dikursi milik penjual nasi goreng.
“Pak, nasi gorengnya tiga, jangan pedes-pedes, dibungkus.” ucap Karel memesan.
“Oh, iya, mas.” jawab penjual nasi goreng dan mulai memasakkan pesanan pembelinya.