30# DIAM

11 0 0
                                    

WELCOME BACK TO AZREL!

HAPPY READING!

"Karel! Karel dengerin dulu, lo cuma salah paham, plis, Rel.." mohon Azmaira sambil mengejar langkah cepat Karel saat sudah berada diparkiran sekolah yang masih sepi sekali.

Pagi tadi Azmaira memang menyetting alarm nya untuk bangun lebih awal untuk datang ke sekolah yang bertujuan menjelaskan apa yang menurutnya tidak benar.

Namun, Karel tak merespon, hanya memberikan raut wajah tak suka dengan tatapan dingin seolah mereka tak saling kenal.

Saat Azmaira ingin meraih lengan cowok itu lagi, dengan hal yang sama, cowok itu kembali menghempaskan tautan tangan Azmaira yang sempat memegangnya.

"Lepasin gue, Azmaira." peringatan tegas yang sangat menakutkan tengah gadis itu terima.

"Azmaira?" Azmaira menatap tak percaya, Azmaira? Kemana panggilan kesayangan yang pernah lelaki itu ucapkan? Kemana tatapan dan nada hangat yang selalu lelaki itu berikan?

Azmaira merasa hancur. Dunianya seakan hilang.

Tak mau melihat Azmaira yang tengah menangis terisak dengan badan yang meluruh dipaving, Karel merusaha tak luluh kepada gadis itu lagi dan memutuskan untuk berjalan meninggalkan Azmaira disaat kondisinya yang sangat terpukul.

"Karel... Segampang itu?" lirih Azmaira menatap punggung lebar Karel yang perlahan menjauh.

Disisi lain, setelah menghilangkan dirinya, Karel menundukkan wajah dan memejamkan mata, "Maaf, Ira." batinnya melirih dengan hati yang hancur tak karuan.

***

"Diem mulu, udah istirahat ini, lupa Maira, lo?" celoteh Rizam mulai mendekatkan kursi kearah Karel setelah bell istirahat berbunyi.

Tak memberi respon, Karel hanya diam sambil memandang Rizam dan Herzo tanpa minat.

"Napa, sih?" tanya Rizam menanyakan Karel ke Herzo.

"Mana gue tau, anjir!"

"Siapa tau abis lo cium langsung ketempelan,"

"Bajingan lo!"

Rizam mengalihkan pandangan kearah Karel kembali.

"Heh! Sarap nih bocah,"

"Eh woy! Yang bapaknya Pendeta dong tolong temen gue butuh di rukiyah in! Dibutuhkan segera!" pekik Rizam meneriaki seisi kelas dengan beberapa anak yang tidak pergi ke kantin.

"Goblok anjir Sutris! Diem lo!" ucap Herzo sudah lelah dengan tingkah teman satunya ini.

"Ya lagian diem mulu anjir!"

"Tapi ya kaga pendeta juga, anjing! Rel, sakit gigi l-"

"Gigi berlubang? Gusi menggembung dan tidak nyaman? Pakailah pasta gigi emak gue! Seratus persen sinting!" serobot Rizam memotong ucapan Herzo dengan nada yang dibuat seperti iklan-iklan yang pernah dia tonton sembari mengeluarkan pasta gigi entah mengapa lelaki itu membawanya.

"Anjing! HAHAHAH! Goblokk, ngapain anjing lo bawa odol!" protes Herzo tak habis pikir.

"Kemaren malem gue disuruh nginep dadakan dirumah sepupu gue karna ortunya tiba-tiba ada panggilan buat kerja di luar kota, semua peralatan penting gue bawa, pas tadi pagi gue beresin malah ketinggalan ni odol. Begitulah ceritanya..." jelas Rizam panjang lebar.

“Diem mulu anjing, Rel!” umpat Rizam tak karuan, ia merasa berbicara dengan patung.

“Eh iya, ntar gue coba bahasa Isyarat.” celetuk Rizam lalu berdiri mengambil posisi didepan Karel pas.

Karel memandang Rizam malas, namun enggan mengalihkan pandangan hanya untuk melihat tingkah miring salah satu temannya tersebut.

Rizam mulai menggerakkan tangan demi tangan.

“Lo kira tuli, goblok! Tolol anying,” umpat Herzo menggebu-gebu.

“Eh, Cebol!”

TBC.

Hi cw jangan lupa sawer ya,

ERAWRR🐧

Akhirnya setelah abad ke-15, mood tiba-tiba pengen up📈📈

Aaaaaa sedih sekali wishlist ku tidak terpenuhi ya ampunnn(╥_╥)(╥_╥)

AZRELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang