WELCOME BACK TO AZREL!
HAPPY READING!
“Hari ini tidak ada pelajaran, Ibu akan rapat dengan beberapa guru lainnya.” ujar wali kelas XI IPS 2, yaitu kelas Karel, Rizam, juga Herzo.
Rizam mengangkat tangan, “Berarti boleh pulang awal dong, bu?”
Guru tersebut langsung melempar tatapan tajam. “Jangan pernah untuk mencoba pulang tanpa panduan guru! Hari ini kalian bisa kemana saja, yang penting tidak mengganggu kelas lain. Kalian juga boleh melakukan apapun. Mungkin cukup, saya mau pergi rapat dulu.” jelas wali kelas mereka langsung berlalu meninggalkan kelas.
Seisi kelas pun sontak bersyukur besar-besaran dan meramaikan perayaan sehari tanpa pelajaran ini.
Karel berjalan mendekat ke ketua kelas, “Zel, gue izin keluar.” pamit Karel memberi tahu Agazel—ketua kelas XI IPS 2.
Agazel mengangguk membuat Karel segera pergi keluar kelas dengan membawa setoples permen.
Rizam yang pertamam sadar pun kebingungan, “Loh, loh, Karel mo kemana anjir, ikutin yok, Zo,” ajak Rizam sembari menarik sepucuk kain seragam tepat dilengan Herzo.
Herzo hanya pasrah dan ikut berjalan menyusul Karel.
Setelah beberapa detik berlari, akhirnya mereka berdua sudah dapat menyamai langkah Karel.
“Mo kemana lo, njir! Gila ngos-ngosan gue, anjing!” umpat Rizam sambil mencoba menetralkan napasnya.
“Ngapelin cewe gue.” jawab Karel singkat.
“Idi idi idih idihh.. Anaknya Kenzo bisa aje,” goda Rizam menyenggol-nyenggol lengan Karel.
“Berisik lo Narto.”
“Bapak gue, anjing!” sahut Herzo tak terima padahal dia hanya diam saja.
“Eh iya maap.” sahut Karel.
“Nglawak lo ye,” ucap Herzo.
“Tuh, ngapain lo bawa-bawa permen setoples? Mau ngajak Maira mukbang lo?” tanya Rizam.
“Tadi pas gue jalan ke toilet ada cewe yang ngasih ini. Gua terima, kasian kalo gue tolak, ntar biar Ira yang bagi ke temen-temennya, yakali gue makan yupi setoples full begini yang ada diapet gue.”
“Diabet blo'on, diapet mah obat diare!” cerocos Rizam.
“Ya, itu maksudnya.” jawab Karel meng-iyakan agar cepat selesai.
Tak lama, akhirnya mereka sudah hampir sampai dikelas Azmaira, dan ternyata kelas gadis itu juga tengah jam kosong.
Karel tersenyum simpul dan segera masuk menuju kursi Azmaira.
Sampai didepan gadis itu, Azmaira terkejud kenapa bisa ada Karel dihadapannya.
Azmaira menaikkan sebelah alisnya tanda bingung, namun Karel tak menjawab, ia meletakkan setoples besar permen yupi diatas meja Azmaira.
“Apa nih? Permen?” bingung Azmaira sembari membolak-balik toples tersebut.
Karel menarik kursi kosong untuk ia duduki disamping Azmaira.
Mereka pun mengobrol bersama.
“Cogan kek kita jadi nyamuk, anjir!” dengus Rizam memperhatikan Karel dan Azmaira yang tengah bercengkrama.
“Iya, gila. Gak pa-pa, demi ditraktir anaknya Kenzo.” sahut Herzo.
“Halo, Kak, aku mau minta nomornya boleh?” cicit salah satu gadis mencoba ingin meminta nomor Rizam dengan malu-malu.
“Anjay mules pen berak gue! Gue ke WC dulu ya!” argumen Rizam untuk menghindari gadis itu. Ia risih jika ada perempuan yang mendekatinya terlebih dahulu, ia hanya ingin mendekati bukan didekati.
“Ntar, ya, lagi mules dia,” ujar Herzo kepada gadis itu.
Mereka berdua merasa canggung.
“Eem... nomor Kakak aja, boleh gak?” tanya gadis itu mencoba mendapatkan yang satunya. Semoga yang ini sedikit waras.
“Eh, oh iya, boleh. Catet nomor gue, kosong lapan lapan kosong kosong lapan lapan lapan kosong kosong lapan kosong.”
“Udah, Kak. Makasih banyak, ya, Kak!” ucap gadis itu dan berlari menjauh.
“Rel! Gue keluar dulu!” panggil Herzo dan diangguki Karel. Ia pun segera keluar untuk mencari keberadaan Rizam.
TBC.
Haduh mepettt sekali, ya, sodaraaa(╥﹏╥)
Panik banget keinget kalo belum nulis bab padahal baru dua puluhan, huhuu...
Target nya sih empat puluhann, itu pun kalo nyampee
Nangis banget belum bisa nepatin wishlist, semoga aja sebelum tahun baru, ni cerita udah ending, Aamiin...
Ayo disawer biar aku tambah semangat ngejar bab
O(≧▽≦)OTerima kasih yang udah nyawer🌷🌷🌷