WELCOME BACK TO AZREL!
HAPPY READING!
“Sarapan dulu, Mai, awas aja lo mabok darat lagi,” pesan Faira sembari memasukkan barang-barangnya kedalam koper.
“Gue nanti nebeng Karel aja, deh. Duduk bareng lo bisa-bisa gue kejepit!” ucap Azmaira menggebu-gebu.
Hal paling ia benci saat naik mobil adalah berada disamping Faira. Karena Faira jika diperjalanan jauh maupun dekat, ia tetap tidur terlelap hingga posisi tubuhnya yang beragam menjadi mengganggu penghuni mobil.
“Ra,” panggil Karel mendekat kepada Azmaira.
“Hm?” dehem Azmaira sebab ia tengah memakan buah apel sambil duduk dikursi.
“Punya minyak?”
“Minyak apaan?”
“Ya intinya minyak yang buat ngangetin tubuh gitu. Ada, gak?”
“Gue mana punya begituan.” jawab Azmaira.
Karel terdiam.
“Om, disini ada toko terdekat, gak?” tanya Karel kepada ayah Azmaira dengan pertanyaan yang berbeda.
“Ada yang dipertigaan depan sebelah kiri,” jawab Raka.
Azmaira mengerutkan alisnya, “Tadi nanya minyak sekarang nanya toko, yang bener yang mana coba?” cibir Azmaira melanjutkan membereskan barang.
“Buat lo pake nanti, kan perjalanannya jauh, biar lo gak masuk angin.” jawab Karel.
“Kan gue udah pake jaket lo,”
“Kurang anget.”
“Gue beliin minyak dulu bentar, lo ikut gak?” tanya Karel mengambil kunci motornya.
“Kaga, gue mau beresin ini.” jawab Azmaira.
Karel mengangguk dan berlalu menuju pintu keluar.
Inget sesuatu, Azmaira kelabakan mencari keberadaan Karel.
“Rel! Karel!! Woy!” teriak Azmaira saat Karel sudah hampir melesatkan gas motornya, untung saja Karel mendengar teriakan itu.
Karel pun menoleh kepada Azmaira yang memunculkan diri dari pintu usai berlari mengejarnya.
“Minyaknya minyak yang bayi aja jangan yang biasanya buat kerokan bokap lo, ya,” pesan Azmaira.
“Kenapa?” tanya Karel.
“Gak pa-pa, enak an bau minyak bayi, kalo bau minyak yang dipake bokap lo kaya minyaknya orang yang udah tua-tua,” ucap Azmaira ceplas-ceplos tanpa menyadari ada ayah Karel dibelakangnya.
Karel menyadari hal itu sambil terkekeh pelas namun tertutupi oleh helm full face nya. Ia pun mengangguk-angguk paham dan melesat menuju toko terdekat.
Melihat Karel telah pergi, Azmaira berniat untuk kembali membereskan kopernya.
Saat hendak berbalik, Azmaira terkejut setengah mati.
“Eh! Om? Udah lama disini? Hehe..” tanya Azmaira kikuk, ia takut jika ucapannya terdengar oleh telinga Kenzo—ayah Karel.
Kenzo tersenyum lalu mengelus puncak kepala Azmaira dan berlalu keluar villa.
Azmaira merasa sangat berdosa karena secara tak langsung ia mengatakan jika Kenzo sudah tua, meskipun memang faktanya. Ehh?
***
Deruman motor Karel terdengar mulai mendekat.
“Assalamu'alaikum,” salam Karel memasuki pintu villa setelah melepas helm nya.
“Wa'alaikumsalam.” jawab mereka serempak.
“Nih minyaknya,” sodor Karel ke Azmaira dengan dua botol minyak berbeda merk.
“Loh? Kok dua?”
“Nanti kalo gue bau orang tua, gimana?” lanjut Azmaira bertanya.
Karel yang hendak membantu ayahnya memasukkan beberapa koper ke dalam mobil pun ia urungkan dan berbalik menghadap gadisnya.
Ia mengikis jarak diantara mereka sampai membuat kedua hidung mereka nyaris bertemu.
Karel berucap, “Mau bau lo kayak orang tua maupun orang utan, gue tetep maunya lo, Azmaira.”
***
“Udah siap semua 'kan? Gak ada yang ketinggalan 'kan?” tanya Raka memastikan bahwa tidak ada barang mereka yang tertinggal.
“Beres!” sahut Kenzo lalu memasuki mobilnya untuk dikendarai.
“Ma? Nak? Gak ada yang kurang?” tanya Raka lagi untuk memastikan.
“Aman.” jawab Fina dan diangguki Faira.
Motor yang dinaiki Karel dan Azmaira menghampiri mobil yang paling depan, yaitu mobil Raka.
Sampai disamping jendela pengemudi, Karel mengetuk kaca mobil.
Setelah dibuka, Karel berucap; “Om, nanti duluan aja, ya, Karel sama Ira mau beli sesuatu dulu di mall.” pesan Karel.
“Iya, hati-hati, jagain anak om, awas aja kamu macam-macam!” ujar Raka dengan nada tegas yang dibuat-buat.
“Hahaha, siap om!”
“Ya udah, Karel sama Ira duluan ,ya, om.” pamit Karel diangguki Raka.
Karel tak perlu berpamitan kepada orang tua nya, karena mengajak jalan Azmaira tanpa suatu perizinan dari Kenzo dan Maya adalah hal biasa. Lagipula kata ilang-ilangan sudah melekat pada jiwa Karel.
Ia hanya perlu memberi tahu Ayah Azmaira jika putri nya ia bawa agar tidak ada yang khawatir.
***
TBC.
***
JANGAN JADI SILENT READERS, YA, SAYANGKUUUUU😃
Bingung mau ngetik apa lagi😔😔
Do'a kan semoga otak modal ngarang ini bisa tetep lancar, yowww!
Sawernya dong🌷🌷