PART 19

111 13 0
                                    

▪︎ Crazy Over You ▪︎
Part by: girlRin
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komen💜

•••

Nayra terbangun sore hari setelahnya. Setelah merasa sakit hati karena ucapan Arka, ia memilih pergi tidur di kamar tamu dan malah terbangun di sore hari. Kepalanya terasa pusing dan ia pun berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Setelah memuaskan dahaganya, ia pun mengedarkan pandangannya dan baru sadar kalau rumah Arka masih sepi.

“Tante sama Om belum balik, kah? Kok sepi amat?” ucap Nayra bergumam.

Tak lama Nayra pun berjalan menuju ruang tamu hanya untuk mendapati Arka yang tertidur dengan posisi terlentang di sofa panjang sambil memegangi ponselnya yang masih menyala menampilkan game yang telah tertampang ‘game over’ di sana.

“Lha, malah molor di sini dia?” ucap Nayra dengan suara pelan.

Nayra berjalan mendekati sosok Arka dan berjongkok di depan wajah pemuda itu. Nayra tersenyum gemas saat melihat bagaimana Arka tertidur dengan mulut sedikit terbuka dan bahkan sesekali pemuda itu akan mengerang kecil entah karena apa.

Nayra mengambil ponselnya dan mulai memotret bagaimana sosok Arka tertidur. Walaupun tertidur dengan posisi yang absurd seperti itu, Arka di mata Nayra masih terlihat begitu mempesona. Nayra pun menyimpan kembali ponselnya dan kemudian menyentuh pipi Arka dengan jari telunjuknya dengan lembut.

“Tidur lo nyenyak banget sih, Kak. Udah sore lho,” ucap Nayra dengan lembut.

Arka yang merasakan ada yang menyentuh pipinya pun mengerang kecil dan kemudian mengubah posisinya menyamping hingga menghadap wajah Nayra. Gadis itu sontak saja terdiam kaget. Ia benar-benar terkejut dan bahkan ketika Arka mengubah posisinya hingga kini posisi wajah mereka begitu dekat. Nayra bisa merasakan deru napas lembut dan teratur pemuda itu di wajahnya. Rasanya begitu menegangkan, tapi nyaman.

Nayra tersenyum kecil dan kemudian mendekatkan wajahnya. Saat sedikit lagi ia akan bisa mencium kening pemuda itu, tiba-tiba saja ponselnya Arka berdering menandakan panggilan masuk. Nayra langsung menjauhkan wajahnya dan Arka langsung bangun.

Nayra pura-pura duduk di lantai sambil memainkan bunga palsu yang ada di atas meja saat Arka menjawab panggilan masuk tersebut walau masih dengan muka bantal dan suara serak khas baru bangun tidur.

“Halo? Siapa sih?” ucap Arka saat menjawab panggilan tersebut. Arka bahkan mengusap wajahnya dengan kasar untuk mencoba lebih sadar karena ia masih mengantuk.

“Iya, iya. Aman anaknya kok, Ma. Mama tenang aja.” Oh, rupanya yang menelpon adalah Ibunya Arka. Nayra pun menoleh untuk menatap Arka. Wajah pemuda itu terlihat masam.

“Iya, iya. Mama bawel banget deh. Tenang aja, anak kesayangan Mama itu bakal Arka kasih makan kok. Paling nanti Arka kasih makan tai kucing depan kompleks,” ucap Arka yang langsung dihadiahi pukulan keras dari Nayra.

“Aduh! Iya, Ma. Iya. Ini anak kesayangan Mama ngamuk karna Arka belum kasih makan tai kucing. Udah dulu, Ma. Dah!” Arka langsung menutup panggilan tersebut dan menatap Nayra malas, “ngapain lo lesehan di sana?” tanyanya.

Nayra menunjuk bunga palsu di atas meja dan menjawab, “kok bunganya palsu sih?” tanya gadis itu dengan tak nyambung. Arka yang tak paham, tetap menjawab, “biar enggak layu. Apa lagi?”

Nayra membalas, “kenapa enggak taro bunga asli aja?”

“Kalo pake yang asli, nanti layu. Males gantinya. Lagian Mama punya bunga asli kok di halaman depan. Bejibun dia rawat kayak Malika,” ucap Arka.

Nayra terkekeh kecil, “kayak anak sendiri dong?”

“Iya, makanya gue kayak anak tiri. Udah deh, lo mending mandi sono. Kita makan di luar. Mama bilang lo enggak boleh masak, nanti luka kena piso.” Nayra mengangguk senang, “oke! Gue bakal dandan secantik mungkin!” Arka menggeleng kecil saat melihat Nayra berlari meninggalkannya.

Arka menguap kecil dan merenggangkan kedua tangannya. “Duh, mandi air dingin kayaknya seger deh.” Pemuda itu pun berjalan menuju kamarnya untuk mandi juga.

•••

Arka menghentikan motornya di sebuah rumah makan. Nayra segera turun dan kemudian menyerahkan helm yang ia gunakan kepada Arka. Keduanya pun masuk dan mulai memesan makanan.

“Saya pesen ayam bakar dada trus sayur asem sama es teh, Mba.” Arka menyebutkan pesanannya.

“Patin bakar yang bagian ekor trus sayur asem tambahan sambel ijo sama eh jeruk, Mba.” Nayra menyuarakan pesanannya.

Pelayan rumah makan itu pun mengangguk dan segera pamit dengan membawa buku menu.

“Jarang banget gue makan bakaran gini, Kak. Terakhir makan tuh sebelum pindah ke sini deh,” ucap Nayra.

Arka hanya mengangguk paham dan kemudian menolehkan kepalanya ke samping. Ia tersentak kecil saat mendapati salah satu temannya Dinda sedang menatapnya dan Nayra dengan tatapan kaget.

“Sialan,” ucap Arka sambil bergumam lirih. Nayra yang mendengar itu pun mengerutkan keningnya heran, “apaan sih, Kak? Pamali tau ngomong kasar apalagi depan makanan,” ucapnya.

Arka melepaskan jaketnya dan langsung menyuruh Nayra memasang jaket tersebut. Nayra yang memang sangat menyukai Arka pun memakai jaket itu tanpa banyak protes atau bertanya kenapa. Arka kembali menoleh dan tak lagi mendapati sosok gadis temannya Dinda itu. Sepertinya gadis itu sudah pergi.

Arka berpikir kalau mungkin saja gadis itu akan mengatakan kepada Dinda kalau ia melihat Arka dan Nayra berdua di rumah makan. Bisa Arka bayangkan apa yang akan Dinda lakukan kepada Nayra nantinya. Kalau sampai Dinda mencelakai Nayra dan Nayra pulang ke rumah dengan keadaan luka-luka lagi, mungkin Dewi akan langsung datang ke sekolah dan melaporkan hal ini kepada pihak guru.

“Nay ...”

Nayra yang sedang mengagumi jaket Arka pun menoleh, “kenapa?” tanya gadis itu.

“... gue mungkin bakal bikin lo dalam masalah besok.” Nayra mengerutkan keningnya heran karena ia tak mengerti apa maksud ucapan sang pujaan hatinya itu.

“Maksud lo apa, Kak? Gue enggak paham,” balas Nayra.

“Tadi ada temennya Dinda,” ucap Arka.

Nayra mengangguk paham, “tenang aja, Kak. Gue bakal ngatasin ini sendiri. Lo tenang aja,” ucapnya.

“Nay, dia ... kalo dia udah mulai keterlaluan, lo harusnya lapor ke guru atau bokap lo,” ucap Arka.

Nayra tersenyum gemas, “lo khawatir sama gue, ya?”

Arka mendelik tajam, “gue serius.”

“Gue juga serius. Lo khawatir sama gue, Kak?” tanya Nayra keukeh.

Arka berdecak kesal, “kalo lo luka ntar nyokap gue ngomelin gue lagi. Gosah kepedean lo,” ucapnya.

Nayra mengangguk kecil, “kalo gitu gue cuma harus sering-sering luka, ’kan? Supaya lo perhatian sama gue,” ucapnya dengan nada senang.

“Lunayra ... lo waras apa enggak sih sebenarnya?” ucap Arka dengan nada kesal dan malas.

Nayra tersenyum kecil, “gue suka sama lo.”

Arka mengusap wajahnya dengan frustrasi. Ia bingung harus dengan bagaimana lagi berbicara dengan Nayra.

•••

TBC 💜

Crazy Over You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang