PART 14

132 16 4
                                    

▪︎ Crazy Over You ▪︎
Part by: girlRin
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komen💜

•••

Nayra menguap kecil saat gurunya menjelaskan materi di depan kelas. Naura yang melihat sahabatnya itu mengantuk pun segera membisikkan agar Nayra pergi mencuci muka agar tidak tertidur. Kalau ketahuan tidur bisa dimarahi oleh guru. Nayra pun izin ke toilet dan diperbolehkan oleh gurunya.

Nayra mengusap wajahnya dengan air begitu ia tiba di toilet perempuan. Ia menatap wajahnya yang basah di cermin wastafel toilet dan tersentak kaget saat mendapati sosok Dinda bersandar di pintu bilik toilet di belakangnya. Nayra pun berbalik dan menatap Dinda.

“Gue liat-liat lo makin berani ngedeketin Arka,” ucap Dinda.

Nayra membalas, “selagi Kak Arka jomblo, ya kenapa enggak? Emang dia udah jadian sama lo, Kak? Belum, ’kan? Bebas dong gue deketin.”

Dinda geram. Ia menendang pintu bilik toilet di belakangnya hingga menghasilkan suara nyaring. “Anjing! Nantangin lo, ha!” ucapnya sambil menunjuk ke arah Nayra.

“Dari mananya kata-kata gue ngomong kalo gue nantangin lo, Kak?” balas Nayra dengan santai.

Dinda sudah geram. Ia melangkah maju dan menarik rambut Nayra dengan kasar hingga gadis itu mendongak. Dinda mendesis, “dengerin gue ... Arka itu punya gue. Kalo gue enggak bisa milikin dia, maka enggak boleh ada satupun yang milikin dia.”

Nayra menyeringai kecil, “sekarang gue makin yakin buat ngedeketin Kak Arka. Gue enggak mau dia berakhir di tangan cewek gila kayak lo,” ucapnya.

Dinda mendelik tajam, “anjing! Gue abisin lo sekarang juga!” Dinda langsung menarik Nayra pergi dari toilet dan menyeretnya menuju tempat sepi. Karena jam pelajaran masih berlangsung tentu saja tak ada yang berkeliaran di koridor.

Dinda berhenti di dekat tangga dan kemudian menyeringai ke arah Nayra, “kalo gue dorong lo ke bawah, lo pasti mati, ’kan?” ucapnya dengan nada menyeramkan. Bukannya takut, Nayra malah membalas dengan tenang, “belum tentu.”

Dinda makin geram. Ia langsung mendorong Nayra hingga gadis itu terjatuh ke bawah. Dinda kira Nayra akan terluka, tapi siapa sangka bahwa di balik tembok ternyata ada Arka yang keluar dan malah jatuh tertimpa Nayra.

“Aduh!”

Nayra memang telah sadar kalau Arka akan keluar dari tembok itu karena ia tak sengaja melihat Arka tadi sebelum ia pergi ke toilet. Nayra tak melepaskan kesempatan itu, ia pun menutup matanya berpura-pura pingsan. Arka mencoba bangun dan langsung menatap ke atas dimana ada Dinda dengan tatapan terkejut dan kemudian ia alihkan pandangannya ke sosok yang terbaring pingsan di atas kakinya.

“Woi, Nay! Lo kenapa? Anjir, ni anak kagak mati, 'kan? Nay! Nayra!” seru Arka panik. Ia langsung menggendong Nayra pergi ke UKS dan mengabaikan Dinda yang semakin emosi di sana.

“Nayra, awas aja lo!” gerutu Dinda.

•••

Arka menarik napas lega saat Dokter di UKS mengatakan kalau Nayra tak kenapa-napa selain luka lecet di pipi. Arka memilih menunggui Nayra selama gadis itu pingsan—atau mungkin pura-pura pingsan.

Arka mengembuskan napas berat, “kok bisa sih lo jatuh gitu? Apa iya lo didorong sama Dinda?” gumamnya.

Nayra yang pura-pura pingsan sebenarnya sudah ingin segera bangun agar bisa melihat wajah Arka, tapi ia berusaha menahan sekeras yang ia bisa. Ia ingin agar Arka setidaknya menunjukkan kalau pemuda itu menyukainya dengan menunjukkan sedikit kekhawatiran. Setidaknya Nayra tahu kalau pemuda itu peduli padanya.

Arka mengusap pelan pipi Nayra yang terdapat luka goresan. Seperti luka bekas kuku. Arka bertanya-tanya apakah Nayra dan Dinda berkelahi sebelum Dinda mendorong Nayra dari tangga? Kalau benar-benar demikian, maka ini sudah tidak bisa diabaikan lagi. Dinda harus dilaporkan ke pihak guru agar ditegur.

“Lo ngapain sih cari gara-gara sama Dinda. Mungkin hari ini dia ngedorong lo dari tangga, besok-besok siapa yang tau dia ngedorong lo dari atap sekolah. Lo bisa aja mati, Nay. Astaga, nih anak bener-bener bikin kepala gue pusing,” ucap Arka.

Nayra mengerang kecil dan kemudian membuka matanya. Melihat itu, Arka langsung memasang wajah datar. Nayra mencoba bangun dan kemudian menatap Arka dengan tatapan bingung.

“Kok gue bisa sama lo, Kak?” tanya Nayra pura-pura tak tahu.

Arka berdehem kecil dan membalas dengan wajah datar, “lo pingsan. Jatuh dari tangga.”

Nayra mengerjabkan kedua matanya, “kok bisa? Perasaan tadi gue di toilet lagi cuci muka,” ucapnya.

“Mana gue tau! Ngapain nanya gue? Lagian Lo ngapain segala keluyuran di jam belajar gini sih? Pake acara jatoh segala. Liat tuh pipi lo sampe lecet.” Arka sambil menunjuk pipi Nayra.

Nayra menyentuh pipinya yang ditunjuk oleh Arka dan kemudian memasang wajah sedih. Arka mengerutkan keningnya heran, “kenapa lo?” tanyanya.

“Pasti kalo ketauan Papah bakal sedih nanti.” Nayra menjawab dengan sedih, padahal dalam hatinya ia mana peduli. Fandi mungkin akan bertanya, tapi takkan bertindak berlebihan karena ia tahu bahwa Nayra akan menyelesaikan urusannya sendiri dan baru akan turun tangan kalau Nayra sendiri yang meminta tolong.

Arka sedikit merasa bersimpati. “Lo diapain sama Dinda memang?” tanyanya dengan hati-hati.

Nayra mengerutkan keningnya dan kemudian menjawab, “Kak Dinda? Oh, gue inget. Pas di toilet dia ngancem gue buat ngejauhin lo. Trus gue bilang aja gue enggak mau. Kak Dinda marah trus ngejambak sama nampar gue.”

Arka semakin merasa kasihan. Ia sudah tahu kalau Dinda akan merundung siapapun yang mendekatinya karena Dinda selalu mengatakan bahwa ia akan memiliki Arka, tapi sikap berlebihan Dinda itu membuat Arka muak dan jijik. Itulah mengapa Arka tak pernah merespon apapun yang Dinda lakukan untuk mendekatinya.

“Kenapa enggak lo iyain aja? Daripada dia nyakitin lo mulu,” ucap Arka. Ia sebenarnya kasihan, apalagi ini kali pertamanya melihat Dinda berbuat senekat itu. Bisa saja Nayra malah mati gara-gara Dinda dan itu semua karena Arka.

“Kalo gue iyain, itu sama aja gue ngeraguin perasaan gue. Suka sama lo berarti gue bersedia buat berjuang. Kalo gue iyain ancaman Kak Dinda buat ngejauhin lo, sama aja gue enggak serius sama perasaan gue ke lo, kak.” Arka terdiam mendengar ucapan Nayra. Ia sudah sering mendapatkan pernyataan cinta, tapi entah kenapa hanya ucapan Nayra yang terasa berbeda. Apakah karena semua perempuan yang menyatakan perasaannya kepada Arka selalu pergi setelah dirundung oleh Dinda dan hanya Nayra yang terus bertahan padahal Dinda bisa saja membuatnya masuk rumah sakit karena mencelakainya? Nayra benar-benar serius dengan ucapannya.

“Tapi gue enggak suka sama lo,” ucap Arka. Nayra mengangguk paham, “mungkin sekarang belom. Siapa yang tau nanti, Kak? Bisa aja selanjutnya lo bakal suka sama gue sedalam gue suka sama lo,” ucapnya dengan keyakinan penuh.

Arka tanpa sadar tertawa kecil mendengar ucapan Nayra. “Dapet keyakinan dari mana lo kalo gue bakal suka sama lo?” tanya Arka.

Nayra tersenyum. Ia menyukai ketika Arka bersikap terbuka apalagi tertawa seperti tadi. “Karna gue percaya sama kekuatan cinta, Kak. Mungkin lo belum suka sama gue, tapi gue percaya sama kekuatan cinta gue. Percaya sama perasaan gue ke lo. Itu yang ngasih gue keyakinan kalo gue bakal bisa bikin lo suka balik sama gue.”

Arka menggeleng geli dan kemudian menyerahkan sebuah plester luka ke tangan Nayra. “Buat pipi lo. Gue balik ke kelas dulu,” ucapnya sambil berlalu pergi.

Nayra tersenyum dan mengusap lembut plester luka yang ada di tangannya itu. “Perlahan. Gue janji, perlahan-lahan lo bakal suka sama gue, Kak.” Nayra bergumam kecil.

•••

TBC 💜

Crazy Over You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang