PART 27

135 13 0
                                    

▪︎ Crazy Over You ▪︎
Part by: girlRin
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komen💜

•••

Seperti hari-hari biasanya, Nayra turun dari motor Arka dan menyerahkan helmnya kepada pemuda itu sambil merapikan rambutnya yang berantakan karena tertiup angin. Arka juga sesekali membantu Nayra merapikan rambut gadis itu yang mana membuat sosok Dinda di ujung parkiran mengepalkan tangannya menahan emosi.

“Liat aja lo, Nay. Salah lo berurusan sama gue,” desis Dinda sambil berlalu pergi. Panas ia lama-kelamaan menonton kedekatan antara Arka dan Nayra.

Kembali kepada dua sejoli tapi tak ada status itu—ups, maksudnya Arka dan Nayra. Kini Nayra telah memastikan rambutnya sudah rapi. Ia pun melemparkan senyum manis kepada Arka.

“Nanti pulangnya gue tunggu di depan gerbang kayak biasanya, ’kan?” tanya Nayra. Arka memutar bola matanya jengah, tapi tetap mengangguk mengiyakan. Nayra memekik kesenangan dan kemudian menepuk-nepuk puncak kepala Arka yang mana membuat Arka melotot kaget. Nayra yang mengetahui kalau Arka akan marah, langsung saja berlari sambil berteriak, “GUE KE KELAS DULUAN, KAK. JANGAN KANGEN SAMA GUE!”

Arka berdecak kesal dan kemudian mengacak-acak rambutnya sambil berlalu menuju kelasnya.

“Sumpah, pagi ini tuh cewek makin aneh aja,” ucap Arka dengan nada lirih.

•••

Dalam perjalanannya menuju kelas, Nayra tak sengaja berpapasan dengan Deo. Sontak saja gadis itu langsung menyapa kakak kelasnya tersebut.

“Pagi, Kak Deo!”

Deo yang mendengar itu langsung membalas, “pagi juga. Baru sampe, Nay?”

“Enggak, Kak. Ni baru arwahnya doang, badannya lagi di jalan. Ya, gue udah di depan lo gini masa lo masih nanya pertanyaan gitu sih?” ucap Nayra dengan nada kesal.

Deo bukannya meminta maaf, ia malah terkekeh kecil. Ia suka bagaimana Nayra terlihat begitu menggemaskan ketika memasang raut wajah kesal. Terlihat sangat imut.

“Sendiri aja? Biasanya bareng temen lo yang galak itu,” ucap Deo. Nayra mengerutkan keningnya bingung sampai akhirnya ia paham siapa yang dimaksud oleh Deo, “Naura maksud lo, Kak? Ah, dia mah enggak galak. Boro-boro galak, nanggepin gue aja kayaknya udah capek banget dia.”

Deo membalas, “soalnya lo kelakuannya absurd banget, Nay.” Deo mengacak-acak pelan rambut Nayra sampai gadis itu memekik kesal.

“Kak Deo! Rambut gue jangan diberantakin!” seru Nayra.

Deo tertawa kecil dan kemudian merapikan kembali rambut Nayra. Gadis itu hanya merengut kecil dan kemudian memasang wajah kesal—ngambek ceritanya.

“Dah ah, gue kemusuhan sama Kak Deo!” Nayra langsung berlari pergi meninggalkan Deo yang malah menahan gemas karena tingkah Nayra.

Saat Deo akan melanjutkan perjalanannya, ia tak sengaja melihat Dinda yang tengah bersandar di tembok sambil menatapnya dengan tatapan mata yang entah artinya apa. Karena takut didengar murid-murid lain, Deo langsung menarik Dinda pergi ke tempat yang sepi, supaya aman untuk berbicara.

•••

Dinda menyentak tangannya ketika mereka sudah berada di koridor yang sepi. Deo menatap gadis itu dengan tatapan mata yang tajam.

“Ngapain lo ngawasin gue sama Nayra begitu?” tanya Deo langsung pada intinya.

Dinda melipat kedua tangannya di dada, “lo enggak tau? Jaga temen lo di deket lo, tapi jaga musuh lo lebih deket sama lo. Nayra tuh halangan buat gue. Jadi gue berhak dong ngawasin dia biar Arka jadi milik gue.”

“Gue ingetin sama lo, jangan sekali-kali lo nyakitin Nayra,” ucap Deo.

Dinda menyeringai, “trus? Untungnya buat gue apa? Lo diajak kerjasama aja masih ragu-ragu kayak tai. Ngapain gue nepatin janji gue buat enggak nyakitin dia? Dia aja nempelin Arka kayak lintah makin hari,” ucapnya.

“Din, lo tuh bukan cinta sama Arka. Lo tuh terobsesi sama dia!” tegur Deo.

“Gue enggak peduli. Mau itu obsesi atau apa, yang jelas Arka punya gue dan cuma gue yang boleh milikin dia!” balas Dinda.

Deo menarik napas panjang, “pantes aja Arka enggak mau sama lo. Gue sebagai cowok aja enggak bakal mau walaupun cuma temenan sama lo,” ucapnya.

Dinda menyipitkan matanya menatap Deo dengan tatapan tajam, “jaga ucapan lo. Lo enggak tau apa aja yang sanggup gue lakuin buat menuhin apa yang gue mau,” ucapnya.

Deo membalas, “dan lo harus tau. Kalo sampe lo nyakitin Nayra, gue enggak bakal tinggal diam.”

Dinda menatap Deo dengan tatapan menilai, “kita liat aja nanti. Sebaiknya lo pastiin tuh lintah enggak nempelin Arka lagi.” Usai mengatakan itu, Dinda pun pergi meninggalkan Deo yang mengembuskan napas berat.

“Lo tenang aja, Nay. Gue bakal jagain lo dari Dinda,” ucap Deo pada dirinya sendiri.

•••

Jam istirahat, Nayra menarik Naura untuk pergi ke Kantin seperti biasa. Netranya mengedar ke seluruh penjuru untuk mencari sosok Arka. Saat ia menemukan Arka, ia langsung melotot kesal karena ia melihat Arka sedang berbicara dengan Dinda—ah, lebih tepatnya Dinda yang memaksa karena Arka terlihat sangat malas dan enggan.

Nayra langsung meninggal Naura untuk pergi menghampiri Arka dan Dinda. Naura yang melihat itu hanya bisa menepuk keningnya, “drama dimulai.” Gadis itu pun berjalan menuju meja di mana sudah ada sosok Nevan dan Daniel yang juga menatap ke arah Arka dan Dinda.

“Eh, Nayra mana? Tumben sendiri lo,” ucap Daniel kepada Naura. Gadis itu langsung menunjuk ke arah Nayra yang langsung memeluk tangan Arka hingga membuat Dinda menatapnya tak suka.

“Asyik, tontonan gratis!” ucap Nevan.

Nayra menatap Arka dengan tatapan mata berbinar-binar, “Kak Arka!” Gadis itu langsung saja menggandeng tangan Arka di depan Dinda yang kini memasang raut wajah tak suka.

Arka menoleh dan mengulas senyum tipis ke arah Nayra. Hal itu tentu membuat Nayra melayang kepalang senang karena Arka tersenyum kepadanya. Padahal itu dilakukan Arka untuk membuat Dinda kesal dan pergi meninggalkan mereka. Namun, jangan katakan itu kepada Nayra sekarang karena ia sedang kepalang bahagia.

“Kenapa, hm?” balas Arka dengan nada lembut kepada Nayra.

Dinda mengepalkan tangannya menahan emosi. Ia sangat membenci Nayra sekarang yang dengan seenaknya saja merebut perhatian Arka darinya.

Nayra menggeleng pelan, “gue laper. Makan yuk!” ajak gadis itu. Arka mengangguk, ia juga tak ingin berlama-lama di dekat Dinda.

Saat keduanya akan pergi, Dinda menahan tangan Arka. Pemuda itu menoleh dan menatap gadis itu dengan tatapan malas.

“Apa lagi sih?” tanya Arka dengan nada ketus.

Dinda langsung tersenyum manis, “cuma mau ingetin lo aja. Enggak ada satupun cewek selain gue yang bisa setara sama lo. Selain gue, enggak akan ada cewek lain yang bakal bersama sama lo.”

Nayra melepaskan tangan Dinda dari tangan Arka dengan kasar, “masih ada gue kok. Kak Arka bakal sama-sama bareng gue. Lagian gue udah dapet restu orangtua Kak Arka. Lo emang udah dikenalin ke keluarganya Kak Arka, Kak? Enggak, ’kan? Jadi jangan halu deh,” ucapnya.

Dinda mengepalkan tangannya dengan geram. Kemudian ia tersenyum tipis, “gue kalo jadi lo sih pasti hati-hati.”

Arka menarik Nayra agar berdiri di belakangnya. Ia menatap Dinda dengan tatapan tajam yang mana membuat Dinda tersenyum lebar, “kalau gitu gue bakal biarin kalian nikmatin kebahagiaan kecil kalian dulu. Abis itu, lo bakal jadi milik gue, Ar.” Dinda menepuk lembut pipi Arka sekali dan kemudian pergi meninggalkan keduanya.

Nayra langsung menangkup kedua pipi Arka dan mengusap pipi yang tadi ditepuk oleh Dinda. Ia tak rela kalau Arka di pegang-pegang oleh perempuan lain selain dirinya dan juga Dewi.

Arka yang melihat tindakan Nayra pun tanpa sadar tersenyum tipis. Ia selalu terhibur kalau gadis itu menunjukkan cemburunya.

•••

TBC 💜

Crazy Over You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang