PART 23

116 12 0
                                    

▪︎ Crazy Over You ▪︎
Part by: girlRin
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komen💜

•••

Hari ini Dinda benar-benar geram karena Nayra terus-menerus berada di dekat Arka, lelaki pujaan hatinya. Dinda sudah beberapa kali mencoba mendekati Arka atau mencoba menarik perhatian Arka, tapi pemuda itu seolah abai dan memilih mendengarkan apa yang Nayra katakan.

“Ini enggak boleh dibiarin. Gue kudu bertindak,” ucap Dinda dengan geram. Gadis itu berlalu pergi meninggalkan Kantin karena sudah tak tahan dengan bagaimana Nayra menempel kepada Arka seperti lintah.

Dinda berjalan menyusuri koridor dan tak sengaja menemukan sosok Deo yang sedang membeli minuman di mesin minuman. Gadis itu berjalan mendekat dan mengambil minuman kaleng yang seharusnya diambil oleh Deo. Pemuda itu menoleh dan mengembuskan napas berat begitu tahu siapa gadis yang ada di depannya itu.

“Gue liat-liat lo enggak tulus deh sama Nayra,” ucap Dinda sambil memainkan kaleng minuman di tangannya. Deo yang mendengar itu tentu mengerutkan keningnya tak senang.

“Maksud lo apaan? Gue lagi males nyari ribut sama lo,” ucap Deo. Dinda menyeringai, “lo bilang lo suka sama Nayra, tapi buktinya perlakuan lo enggak keliatan kayak orang yang suka sama dia. Jangan-jangan perasaan lo itu cuma main-main doang,” ucapnya memanas-manasi.

Deo yang tak terima langsung mendorong Dinda hingga punggung gadis itu menabrak tembok dengan dirinya mengukung gadis itu di antara kedua lengannya. Tatapan Deo terlihat sangat menyeramkan, tapi bagi Dinda tatapan itu tak seindah atau sekeren tatapan Arka. Dinda malah menyeringai dan melipat kedua tangannya di dada sambil menatap Deo dengan tatapan menantang.

“Lo enggak berhak ngomong apapun tentang perasaan gue,” ucap Deo dengan nada datar.

Dinda memajukan wajahnya dan kemudian menatap Deo dengan senyuman licik, “oh? Jadi siapa yang berhak ngomongin tentang perasaan lo? Tuhan?”

Deo tersentak kaget saat Dinda dengan berani mendekatkan wajahnya. Pemuda itu sontak memundurkan kepalanya agar menciptakan jarak di antara keduanya. Melihat itu, Dinda malah tersenyum geli. Ia menyukai bagaimana Deo meresponnya.

“Lihat, ’kan? Dengan kemampuan lo yang begini, gimana bisa Nayra suka sama lo. Dianggap spesial aja kayaknya enggak bakal bisa deh,” ucap Dinda sambil menepis tangan Deo hingga ia bisa keluar dari kungkungan Deo.

“Mau lo apaan sebenarnya? Gue enggak ada urusan apapun sama lo,” ucap Deo pada akhirnya.

Dinda menatap pemuda itu dengan senyuman manis, “gampang kok. Gue cuma mau Arka jadi milik gue.”

Deo memutar bola matanya jengah, “mau sampe kapan lo gitu terus? Satu sekolah juga tau kalo Arka enggak mau sama lo. Mau lo kejar ke lubang semut pun dia bakal enggak mau berakhir sama lo,” ucapnya malas.

“Gue bisa pastiin dia jadi milik gue selama cewek lo itu enggak deket-deket sama Arka,” ucap Dinda dengan suara ketus.

“Nayra bukan cewek gue,” ucap Deo.

“Maksud lo belum, ’kan? Kalo itu yang jadi permasalahannya, itu bisa diselesaikan dengan gampang,” ucap Dinda.

Deo mengerutkan keningnya heran, “gue enggak paham sama otak licik lo, tapi kalo lo sampe macam-macam sama Nayra, gue enggak akan tinggal diam.”

Dinda menyeringai, “oh? Kalo gitu lo harus ngawasin gue dong. Siapa tau aja gue bakal nyelakain Nayra karna dia deket-deket sama punya gue.”

Deo menyipitkan matanya menatap Dinda dengan tatapan tajam, “maksud lo apaan?”

Dinda menyentuh lembut pundak Deo dan kemudian berbisik, “lo harus tau. Gue enggak akan suka apapun yang jadi milik gue diambil sama orang lain. Baik itu cewek atau cowok sekalipun bahkan mau dia anak Presiden atau bahkan anak pengemis sekaligus. Apa yang gue suka, harus jadi milik gue. Gue enggak bakal takut buat ngelakuin apapun biar kemauan gue terwujud ...”

Deo menatap Dinda dengan tatapan tajam. “... dan cewek yang lo suka itu—Nayra, bisa aja gue singkirin dengan mudah kalo gue mau. Niat baik gue mau nawarin kerjasama yang menguntungkan buat lo, tapi kalo lo enggak mau sih juga enggak masalah buat gue. Gue udah berbaik hati enggak bakal mampusin cewek itu dan biarin dia buat lo, tapi kalo lo enggak mau juga gapapa. Toh, jadinya gue bisa masukin tuh cewek ke dalam tanah, ’kan? Biar enggak ada lagi yang ganggu Arka gue,” sambung Dinda.

“Jangan macam-macam sama Nayra, Din!” bentak Deo.

Dinda menyeringai, “keputusan ada di tangan lo. Cuma, lo perlu tau satu hal. Gue bukan orang yang sabar.” Usai mengatakan itu, Dinda pun berlalu pergi meninggalkan Deo yang tertegun setelah mendengar ucapan Dinda.

Deo mengusap wajahnya dengan frustrasi, “gue enggak bisa biarin dia nyakitin Nayra,” ucapnya dengan nada lirih.

•••

Nayra mengulas senyum lembut saat Arka benar-benar membelikan dirinya susu kotak rasa cokelat. Awalnya tadi ia hanya bercanda karena ia tahu kalau Arka sedang berusaha mendapatkan maaf darinya. Nayra tahu kalau kemarin Dewi mengomeli Arka karena Nayra yang mengadu kalau Arka membuatnya kesal. Walaupun licik, tapi Nayra akan melakukannya untuk mendapatkan Arka.

Arka mendelik malas saat Nayra malah menatap susu kotak tersebut dengan tatapan terpana. “Buruan diminum. Kalo enggak lo minum, gue buang tuh susu,” ucapnya dengan ketus.

Nayra menatap Arka dengan tatapan sedih, “enggak ikhlas lo, Kak? Yodah, ambil balik sana. Bilangin Tante Dewi, gue enggak mampir ke rumah lo,” ucapnya pura-pura marah.

Arka mengusap wajahnya dengan frustrasi. Tadi malam Dewi mengomeli dirinya karena Nayra menolak mampir seperti biasanya dan ketika Dewi tanya kenapa, Nayra malah mengatakan kalau Arka membuatnya kesal. Alhasil, Dewi mengomeli dirinya selama hampir tiga jam penuh dan mengancam akan memotong uang jajannya serta menjual motor kesayangan Arka kalau sampai Nayra tak memaafkannya. Dewi juga berpesan kalau Arka harus bisa membujuk Nayra agar mampir ke rumah mereka hari ini karena Dewi sudah kepalang rindu dengan gadis itu.

“Sekarang lo mau apa? Ngomong ke gue. Lo mau apa, gue beliin.” Arka menyerah, daripada motor kesayangannya dijual dan tak dapat uang jajan.

Nayra dalam hati tersenyum, tapi ia mati-matian menahan diri. Ia harus mempertahankan wajah datarnya itu agar Arka bisa lebih aktif lagi dalam mengejar dirinya.

“Pikir aja sendiri!” ucap Nayra dengan ketus.

Arka menepuk keningnya pertanda ia frustrasi. Ia mana paham dengan segala kode perempuan. Ia menatap dua sahabatnya dan juga sahabat Nayra dengan tatapan meminta tolong, tapi mereka menggelengkan kepala tanda tak mau menolong dan menyuruh Arka agar menyelesaikan masalah itu sendiri.

Arka pun mengembuskan napas panjang dan berkata, “lo mampir ke rumah trus ngomong ke Nyokap gue lo udah maafin gue, trus sebagai gantinya gue bakal kencan sama lo.”

Nayra menatap Arka dengan tatapan berbinar-binar. “Beneran, Kak?” Arka sempat terpesona dengan tatapan penuh kegembiraan itu, tapi ia mencoba mempertahankan wajahnya. “Iya,” ucapnya malas.

Nayra bersorak kegirangan dan kemudian langsung memeluk Arka tanpa malu. Arka sendiri hanya memutar bola matanya jengah padahal dalam hati ia merasakan perasaan berdebar karena pelukan Nayra itu.

“Tepatin janji lo, Kak. Laki-laki tuh dipegang janjinya, bukan ngingkarin janji!” ucap Nayra. Arka hanya mendelik kesal tanpa ada niatan menjawab.

•••

TBC 💜

Crazy Over You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang